Bagian 14

2.3K 334 44
                                    

Pesona calon pengantin tiada duanya, aura kebahagiaan tidak bisa disembunyikan. Membuat Haechan hampir meneteskan air mata. Jeno menggandeng sahabatnya untuk pertama kalinya dimuka umum ah lebih tepatnya di kantor. Padahal hubungan keduanya sudah jadi rahasia umum. Namun, Jeno jarang menunjukkan afeksinya terhadap sang tunangan.

"Kau beruntung Renjun-ah. Jeno cinta mati padamu dan sekarang selangkah lagi kalian tidak terpisahkan..." Haechan memeluk Renjun bersemangat setelah pemuda itu memasuki ruangannya.

Senyum sumringah Renjun mendadak hilang.

Dia menoleh, melihat Haechan sisi samping wajah sahabatnya.

"Ah... Mengingat perjuangan panjang kalian. Rasanya sesuai bukan?"

"Dia tidak salah memilihnya... Kurasa ini takdir..."

Cup

Secepat kilat Renjun memejamkan matanya, hatinya serasa tertusuk jarum. Ada kenyataan pahit menunggunya...

* * *

Kembali, pagi ini Jaemin mendapati office boy membawakan paper bag berisi sekotak macaron. Dia bertanya siapa pengirimnya, office boy itu menggeleng pelan. Tidak mungkin Huang Renjun kan? Jaemin masih trauma dicium kemarin oleh kliennya itu. Tapi, tidak mungkin karena Huang Renjun mengakui kiriman buket tanpa menyebutkan macaron.

"Dia wanita cantik" 

Jaemin menghembuskan napas lega.

Wanita cantik?

"Lisa?" 

"UHUK!UHUK!" Somi tersedak macaron.

"Eiy"

"Tzuyu?"

Somi menggigit macaron sekali lagi, "Ayolah Jaem, kedua wanita itu sejak awal tidak tertarik pada gay sepertimu. Apalagi Lisa..."

Plakkk

Jaemin melempar paper bag yang kosong mengenai kepala Somi.

"Aw! Sialan"

"Aku tidak gay, sialan!" Jaemin berkacak pinggang.

Mencibirkan bibirnya, Somi berkata "Kata seseorang yang sudah pernah tidur dengan sesamanya"

"Malam itu... Sedetik pun tidak bisa kulupakan"

Cup

Jaemin berbalik,

Deg

Deg

Perlahan tangan kirinya menyentuh dadanya, kenapa? Kenapa jantungnya berdegup kencang? Setelah mengingat ciuman...

Mengenai ciuman, Jaemin mengangkat tangan kanannya untuk menyentuh bibirnya.

Jaemin berbohong.

Dia jelas mengatakan telah melupakan semuanya. Nyatanya setiap saat...

"Ayolah... Kau memiliki pesona gay Jae-! Eh, Jaem kau ingin kemana?!"

Berlari sekuat tenaga, Jaemin begitu saja meninggalkan Somi yang kebingungan menatap punggungnya.

Brraakkkk

Pintu terbuka

Blaaammm

Pintu tertutup

Jaemin bersandar dibalik pintu ruangan khusus miliknya, dia terengah-engah. Tidak membutuhkan waktu lama sebelum Jaemin merosot kebawah. Dia menekuk lututnya dan memeluknya erat.

Blue HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang