Bagian 7

5.1K 825 56
                                    

.
.
.
.
.
.

Deretan angka yang ada didepan matanya membuat Haechan mendadak pusing, sial! Mengapa dia sampai tidak menyadari kalau ada hal yang tidak beres?! Jika Jeno tahu dirinya membuat kesalahan seperti ini, dia pasti tidak akan melepaskannya. Menghela nafasnya berat, Haechan meraih ponselnya.

"Hallo sayang? Malam ini sepertinya aku tidak bisa ikut denganmu menemui adikmu... Hum... Ada beberapa pekerjaan yang harus kukerjakan... Ya, kita akan mengatur waktu lagi di masa depan... Maafkan aku ya sayang..."

Haechan menurunkan tangannya, matanya menatap layar ponselnya yang sudah padam. Gagal lagi rencananya untuk bertemu adik kesayangannya Mark. Padahal Haechan sudah sangat bersemangat menemuinya, dia selalu memimpikan bisa sangat akrab dengan saudara dari kekasihnya itu. 

"Mungkin lain kali!" Haechan mengela nafasnya.

.

.

Jaemin gelisah, tidak seharusnya dia tertipu daya Somi. Seharusnya dia menuruti kata hatinya yang menyerukan kamarnya menjadi labuhan utama untuk menghabiskan hari ini. Bagaimana pun kepalanya masih pusing, yang perlu dilakukannya adalah tidur bukannya terdampar tidak jelas di mall begini. Apalagi yang dia lakukan? Tentu saja menemani Somi memenuhi hasrat matanya yaitu belanja!.

"Dasar perempuan" Rutuk Jaemin.

Somi yang mendengar gerutuan tanpa henti Jaemin hanya menggeleng-gelengkan kepala. Dia menyeret Jaemin kesini karena ingin sahabatnya itu melakukan penyegeran otak. Lagipula Jaemin dan dirinya sudah lama tidak belanja berdua seperti ini.

"Daripada kau menggerutu terus-menerus. Mengapa kau tidak mencari kemeja untuk dirimu sendiri? Sementara aku memilih gaun-gaun indah ini? Kutraktir deh" Somi jengah juga mendengar Jaemin tidak bisa diam sembari membututinya kemana-mana.

Menghentak-hentakkan kakinya sebentar Jaemin pergi berlalu meninggalkan Somi.

"Dasar maunya gratisan terus!" Gantian Somi yang menggerutu.

"Suami anda lucu sekali" Pegawai toko yang melayani Somi memuji. Somi hampir tersedak ludahnya sendiri.

Jaemin? Suaminya? Jangan bercanda! Bahkan disaat di dunia ini hanya tersisa Jaemin, dia tidak akan menikahinya!.

Somi tertawa keras, sebelum mendatarkan wajahnya "Dia bukan suamiku"

"Oh.. Maafkan saya" Pegawai toko tersebut segera meminta maaf.

Somi tersenyum manis, dia melakukan gerakan menutup sisi mulut dengan tangannya.

"Ngomong-ngomong... Dia itu gay" bisik Somi.

.

.

Memasukkan ponselnya kembali ke sakunya, Renjun tersenyum senang. Akhirnya calon ibu mertuanya menyetujui untuk makan malam bersama. Memikirkan hal itu rasanya jantung Renjun hampir meledak akan kebahagiaan. Sangat susah menaklukkan hati calon sang ibu mertua selama bertahun-tahun, tidak berlebihan rasanya jika dia amat sangat senang sekarang ini. Dan Renjun tinggal memberitahukan hal ini pada Jeno. 

Ah Jeno, pria tampan tunangannya itu pasti akan terkejut mendengar Renjun berhasil meluluhkan hati ibunya.

Dengan perasaan berbunga-bunga Renjun berjalan menuju ruang kerja Jeno. 

"Lee-Daepyonim baru saja keluar bersama sekertaris Kim"

Air muka Renjun sedikit berubah, Jeno pergi? Mengapa tidak mengabarinya?. Cepat diraihnya ponsel ingin menghubungi tunangannya itu. Sayangnya hanya suara operator yang menjawab panggilannya.

Karena dia pergi dengan sekertarisnya, itu pasti mengenai pekerjaan.

Renjun mendesah, padahal dia ingin secepatnya memberitahu kabar bahagianya.

.

.

Dan orang yang coba dihubungi Renjun tengah sibuk mengawasi pria berbalut sweater pink yang tampak asyik melihat-melihat deretan pakaian, seperti biasa dia terlihat manis. Bukan, bukan Jeno sengaja menguntit si manis itu. Hanya saja departement store ini masih milik NCT Group, dia dan Yeri pergi untuk meninjau langsung. Tanpa sengaja matanya menangkap sosok yang amat sangat dikenalnya. 

Mereka memang hanya bertemu sekali...

Tapi dia mampu menghiasi mimpi-mimpi Jeno selama tiga bulan penuh. Membuat pria tampan itu menderita.

Menderita akan rasa bersalah kepada tunangan cantiknya.

Jeno memejamkan matanya, bahkan ketika dia menutup mata si manis itu yang muncul di pelupuk matanya.

Ya Tuhan!

Jeno mendesah frustasi! 

Na Jaemin...

Jeno membuka matanya, senyumnya muncul. Nama itu sangat sesuai disandang pria berparas manis itu.

Sementara itu disisi lain Kim Yeri mengatupkan kedua tangannya, bos besarnya benar-benar keterlaluan! Bagaimana bisa dia dengan senyum menawan seperti itu mengamati seseorang yang mungkin menjadi bagian masa 'kelamnya' tiga bulan yang lalu?. Tak mungkin kan Jeno berniat kembali mengulang kejadian tiga bulan yang lalu? Dia sudah memiliki seseorang yang sangat sempurna di sampingnya!.

'Semoga Huang-sajang tidak mengetahui hal ini, jika tidak dia adalah orang yang paling terluka nantinya'

Bertahun-tahun menjadi sekertaris Jeno, bahkan Yeri tahu bagaimana perjuangan keduanya. Itulah mengapa dirinya shock berat saat tahu Jeno meniduri orang lain. Bukankah dia masih bosnya? yang sama sekali tidak bisa hidup jika tidak ada Huang Renjun di sisinya?.

Tapi saat tahu itu hanya kesalahan, Yeri memaklumi. Ketua adalah penentang sejati hubungan kedua orang itu wajar ada rencana-rencana 'kotor' dalam upaya memisahkan mereka.

Sayangnya apa yang dia lihat sekarang...

Yeri menjadi sangat cemas...

Pernah sekali dia mendengar ucapan Renjun 

'Aku berada disisinya sejak bertahun-tahun, walau begitu aku sebenarnya tidak tahu bagaimana ekpresi Jeno kala dia jatuh cinta...'

Takut-takut Yeri menatap Jeno...

Tatapan matanya yang lembut...

Senyumnya yang tanpa beban...

Yeri pernah jatuh cinta, tentu saja...

Haruskah Yeri memamerkannya pada Huang Renjun?

Bahwa saat ini dirinya.... Melihat sang bos menatap penuh damba pada orang lain. Seakan-akan dia sedang jatuh cinta...

Blue HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang