Bagian 23

1.5K 253 55
                                    

Renjun memandang tangannya cukup lama sampai, dadanya berdesir aneh. Dia pikir tangannya lebih kecil daripada tangan seseorang yang dia coba genggam tadi. Ternyata tangan keduanya begitu pas dan cocok. Perasaan manis mengalir dihatinya.

Tidak pernah dia seperti ini sebelumnya, bahkan terhadap tunangannya... Tetapi, mengingat reaksi ketidaksukaan Haechan tadi... 

"Mengapa aku harus menemukanmu disaat yang tidak tepat?"

* * *

Benar dugaan Mark, makan malam tempo hari. Dia bisa melihat adik sepupunya dan tunangan dari sahabat kekasihnya tampak aneh. Ternyata mereka kenal baik, bahkan Jeno datang ke apartement Jaemin.

Dia tidak bisa membayangkan betapa hancurnya perasaan Haechan dan Renjun jika mengetahui hal ini. 

"Kau mengecewakan aku Jaem"

Jaemin disisi lain bingung menjelaskan dirinya. 

"Jeno itu sudah bertunangan..."

Jaemin tahu.

"Kenapa kau tidak fokus mengejar dan mengencani orang lain saja? Kenapa harus Jeno?"

"Ta-tapi..."

"Asal kau tahu, Renjun sangat mencintai Jeno... Dia pasti patah hati melihat apa yang telah kulihat tadi"

"..." Jaemin

* * *

Gelisah siang dan malam, Jeno merindukan Jaemin. Ekpresi marah dan kesalnya menggemaskan. Terakhir kali bertemu keduanya tengah dipergoki kekasih sepupunya. Dia tidak takut, malah menikmati kepanikan Jaemin. Jeno meninggalkan keduanya setelah puas mencuri satu ciuman di pipi. Membuat bola mata Mark seperti ingin keluar.

Jaemin ya...

Jeno sekali lagi merindukannya...

* * *

Sementara itu, seorang wanita yang di usianya sudah sangat matang namun terlihat masih cantik jelita menerima laporan tentang putra satu-satunya. Awalnya dia hampir tidak memperdulikannya...

"Sepertinya Uh-, tunangan tuan muda pun memiliki hati untuk pemuda ini"

Seketika itu pula wanita yang tidak lain adalah ibu dari Lee Jeno menghentikan kegiatannya memeriksa pekerjaan. Dia tampak tertarik.

"Benarkah?" Tanyanya memastikan.

Orang kepercayaannya memberi amplop coklat ke atas meja. Wanita itu mengambil dan membukanya. Beberapa lembar kertas foto dia dia lihat silih berganti. Wajah datarnya mendadak dipenuhi senyuman. Apalagi sewaktu melihat satu foto menampilkan tiga orang saling bergandengan tangan. 

"Kalau tidak salah ingat namanya Na Jaemin, bukan?"

"Anda benar ketua"

Wanita itu mengetuk-ngetuk jemari tangan kanannya diatas meja, sementara tangan kirinya memegangi foto tersebut.

* * *

Pagi-pagi sekali Sanha menerima paperbag dan sebuket bunga tulip merah. Bukan untuk dirinya tapi untuk sang bos. Hanya saja dia tidak mengerti orang yang memberikannya selalu wanita cantik. Apakah orang ini naksir kepada bosnya?. Mengedikkan bahu tidak peduli, Sanha melanjutkan pekerjaannya.

Barulah tengah hari saat Jaemin datang, dia memberikan semua titipan itu. Namun, Jaemin terlihat tidak bahagia.

"Ah kasihan wanita itu patah hati" Pikir Sanha.

* * * 

Jaemin membawa tulip dan paperbag yang dia yakini berisi kotak macaron ke ruangannya. Dia mengamati kartu ucapan di buket bunga. 

Blue HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang