Bagian 16

2.2K 330 52
                                    

Buket tulip merah membuat Jaemin terpaku. Matanya mengerjab beberapa kali sebelum akhirnya dia menerima buket tersebut dari tangan sang sahabat. Bukan dia tidak suka, tapi dirinya tahu Renjun serius akan maknanya.

Bagaimana bisa?

"Sepertinya nona R ini serius padamu" Nada Somi terdengar menggoda. 

Nona?

"Dia laki-laki" 

"Oh... EH?!! APA?!!"Bola mata Somi hampir keluar mendengarnya. Dia lalu mengatupkan kedua tangannya.

"Akhirnya, Jaemin telah kembali ke jalan yang benar. Terima kasih telah mendengar doaku selama ini" Betapa bahagianya Somi.

BRAAAAKKKK!

Buket bunga tulip itu Jaemin lemparkan ke kepala Somi.

"Akhirnya, akhirnya! Sialan kau" Jaemin emosi, sementara Somi mengaduh kesakitan.

* * *

Paling anti kalau sudah ibu dari sepupu sekaligus merupakan bibinya itu datang memanggil. Apalagi itu untuk makan siang hanya berdua! Terornya sangat terasa, padahal bibinya tampak biasa saja menyantap makanannya sendiri. Apa karena auranya yang terlalu kuat?.

Perlahan Haechan mengunyah makanannya, dia takut menimbulkan suara yang bisa membuat bibinya mengamuk. Mimpi buruk apa dia semalam? Sampai pagi-pagi buta, sekertaris bibinya mengirim pesan.

"Jeno akan menikah..." Setelah keheningan yang luar biasa panjang. Sang bibi membuka suara begitu keduanya selesai menyantap hidangan utama.

"Bi-bibi tidak perlu khawatir, semua diurus dengan baik" Dia tahu bibinya bukan membahas persiapan pernikahan tapi lebih baik berpura-pura bodoh didepan wanita berkuasa ini.

"Apa Jeno sudah menceritakan semuanya pada Huang itu?"

Haechan memeras otaknya, apa ini? Bisakah dia masih berpura-pura bodoh?.

"Eum, tentang apa itu bibi?" Haechan tidak bisa meraba-raba kemana arah pembicaraan ini bermuara.

Wanita dihadapannya tersenyum sembari mengambil gelas berisi wine, diteguknya sekali-dua kali.

"Rupanya dia belum bercerita"

Deg

Haechan mendapat firasat buruk melihat sudut tarikan disudut bibir bibinya. Mau tidak mau Haechan ikut mengambil gelasnya yang juga berisi wine.

"Jeno telah tidur dengan orang lain..."

PRAAANGGGG

* * *

Fakta ini mengguncang Haechan sampai ke intinya, dia tidak percaya pada pendengarannya sendiri. Dia melangkah ke kantor dengan perasaan yang tidak bisa dijabarkan. Seolah-olah apa yang diucapkan bibinya bagai mimpi buruk disiang bolong.

"Haechan-bujangnim" Sapaan demi sapaan tidak dia hiraukan, bukannya dia sengaja.

Hanya saja, pikirannya melayang pergi.

Akan sehancurnya apa Renjun mendengarnya nanti? Pertanyaan inilah yang mengganggu pikirannya.

"LEE JENO BRENGSEK!!!" Haechan tanpa sadar berteriak di koridor. Mengabaikan rasa malunya, dia berlari ke dalam lift yang terbuka.

* * *

Kehilangan akalnya, Renjun tidak tahu apa yang melanda hatinya. Bisa-bisanya dia menyuruh membelikan bunga tulip merah didetik-detik terakhir. Jaemin sudah tahu artinya, bagaimana reaksinya setelah ini?. Renjun jadi ingin menangis, betapa bodohnya dia.

Blue HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang