Bagian 22

1.6K 245 18
                                    

Bagai mendengar petir di siang bolong, Haechan merasa pendengarannya bermasalah. Tadinya, dia mau marah pada sahabatnya. Tapi, mendengar pengakuan sahabatnya. Dia melupakan semuanya, kepalanya benar-benar kosong.

"Ap-apa?" Haechan tidak memiliki keyakinan termasuk pada indra dengarnya saat ini.

Renjun berseri-seri mengulang ucapannya sekali lagi, "Iya, Haechanie. Aku jatuh cinta pada calon adik iparmu, Na Jaemin" Ulangnya, kali ini dia menampilkan ekspresi yang bersalah.

Sementara Haechan kebingungan, Yeri yang sedari tadi mencuri dengar ternganga. Wanita cantik itu bahkan merasa dia telah bermimpi mendengar pernyataan Renjun.

"Aku minta maaf Haechannie, tapi aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku lebih lama lagi" Renjun meraih tangan Haechan dan merematnya pelan. Dia mencoba meminta pengampunan.

Haechan melepaskan tangannya dari cengkreman tangan Renjun. Dia memijit pelipisnya pelan.

"Jadi ini alasanmu? Kau diam saja karena kau menyukai adik kekasihku?" Tanya Haechan meyakinkan. Dia tidak menyangka plottwist kisah cinta temannya seperti ini.

"Eum?" Renjun tak paham, tetapi melihat Haechan yang masih mencoba memproses pengangkuannya. Dia perlahan menganggukan kepala.

"Ya!" Haechan mempunyai keinginan memukul kepala temannya. Namun, Haechan menghela napas. Wajar saja Renjun memaafkan perselingkuhan Jeno, ternyata dia memiliki hati kepada yang lain. Sialnya, itu adik kekasihnya sendiri.

"Jadi, pengakuanmu tempo hari yang menemukan kepingan hati? Bukan Jeno?"

Sekali lagi Renjun mengangguk.

"Kau-kau maksudku kalian akan menikah" Haechan tidak tahu lagi harus menanggapi kisah cinta rumit sahabatnya seperti apa.

Renjun menundukkan kepalanya.

"Aku menyesal mempertemukan kalian berdua" Haechan berucap datar. Renjun segera mendongak, air mukanya tampak sedih. Dia tahu, Haechan adalah sepupu Jeno pastinya Haechan sedikit banyaknya terkhianati ditambah fakta orang yang dia taksir adalah adik dari kekasihnya.

"Akan lebih buruk jika kami bertemu setelah aku menikah" 

"HUANG RENJUN!"

Haechan kesal luar biasa.

* * *

Orang yang paling terguncang setelah semua sudah tentu Kim Yeri. Dia bahkan harus menampar pipinya sendiri. Mencoba mencerna semua yang terjadi. Jadi? Kenapa Renjun-sajangnim naksir selingkuhan calon suaminya sendiri?.

"Dunia ini sudah gila" Gumannya pelan.

* * *

Jaemin terkejut tapi tidak aneh melihat Jeno sudah bersandar di dinding dekat pintu apartementnya. Menggelengkan kepalanya Jaemin tetap berjalan mendekatinya.

"Bagaimana jika tunanganmu tahu kau mengunjungiku?" Jaemin berucap sembari melewati Jeno dan memasukan password apartementnya.

Jeno hanya tersenyum sebagai tanggapan, dia kemudian mengekori Jaemin. Belum sempat dia masuk, Jaemin sudah menutup pintu. Tidak sepenuhnya, menyisakan sedikit celah untuk mengintip.

"Pergi" Jaemin menunjuk ke arah lift dengan dagunya.

Jeno menggeleng, Jaemin mendelik.

"Jangan keras kepala" Pintanya. "Aku tidak ingin menciptakan kesalahpahaman" Ucapnya.

Jeno mengeryitkan keningnya, "Kesalahpahaman apa?"

"Kunjunganmu" Jawab Jaemin.

"Oh... Aku hanya ingin berdiskusi mengenai menu dessert di resepsi pernikahanku nanti"

Memutar bola matanya bosan Jaemin pura-pura menatap Jeno galak.

"Kita bisa membicarakan itu besok di cafe" 

"Maksudmu, besok kau ingin aku mendatangimu lagi di cafe?" Jeno cukup terhibur melihat ekspresi Jaemin yang nampak lucu.

"Untuk berdiskusi menu dessert di resepsi pernikahanmu" Jaemin berniat menutup pintu kalau saja tidak dengan segera Jeno menahannya.

"Kau merindukanku heh?" Tidak tahu malu!.

Jaemin melebarkan matanya, dia hampir tidak mempercayai pendengarannya sendiri.

"Aku normal Lee Jeno" Dia mempertegasnya.

Jeno mengulas senyum yang penuh arti.

"Huh? Setelah berteriak dan mendesah dibaw-"

Belum usai dia berbicara, Jaemin sudah membuka pintunya dan berusaha menutup mulut Jeno dengan tangannya.

"Jeno!" Teriaknnya, wajahnya pun memerah.

Terkekeh, Jeno meraih tangan Jaemin yang menutup mulutnya. Dia merematnya pelan sebelum mengecup tangan mulus si manis itu.

"Kau masih mengingatnya" Ucapannya sarat akan makna.

Ting

Menyadari mereka diluar, Jaemin mengalihkan pandangannya ke arah lift. Dia melebarkan matanya...

"Mark!"

Blue HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang