Bagian 9

3.6K 505 34
                                    

.

.

Tidak menyangka, Jeno benar-benar tidak menyangka. Ibunya yang angkuh dan penuh akan kesombongan itu mau makan malam bertiga dikediaman tunangannya. Dia pikir salah mengira membaca teks pesan Renjun saat pujaan hatinya itu mengatakan ibunya setuju.

"Aku benar bukan? Ibu akan luluh dengan berlalunya waktu" Bisik Jeno mesra tepat disamping telinga tunangannya. Renjun menyunggingkan senyum lebarnya, bahagianya tidak terbendung.

"Tuan muda, nyonya besar Lee tiba" 

Baik Jeno maupun Renjun segera berdiri dan tanpa sadar keduanya tegang kala mendengar ketukan high heels terdengar di udara. Begitu ketukan terakhir terdengar, muncullah sesosok wanita cantik yang aura mendominasinya sangat kuat.

"Kau disini?" Suara feminim terdengar.

Jeno menatap wanita yang tidak lain ibunya itu, "Tidak mengharapkan aku datang?" Pertanyaan jelas untuknya.

Tidak berapa lama terdengar tawa halus dari ibunya. Jenis tawa yang membuat Renjun tanpa sadar meremat celananya.

"Kau pasti sangat takut aku menindasnya kan?"

.

.

Somi mencoba semua pakaian barunya, membuat Jaemin jengah. Ya Tuhan, mengapa Somi dengan santainya melepas dan memasang pakaian barunya tepat didepan matanya?!. Jaemin sedikit frustasi dan tertekan.

"Walau kita berteman belasan tahun bukan berarti kau seenak jidatnya!" Gerutu Jaemin. 

Somi tertawa mendengar gerutuan sahabatnya.  Jaemin mendesah pasrah.

"Bagaimanapun aku masih laki-laki Som" 

Somi melepas gaun merah yang dicobanya, sekarang hanya mengenakan pakaian dalam. Dia melirik Jaemin, sahabatnya itu cepat membuang muka. Sesuatu segera lewat dikepala Somi, dengan senyum yang sedikit berbahaya dia berlari mendekati Jaemin dan duduk disampingnya.

"Pasang pakaianmu dulu Som!" Jaemin dengan cepat memunggungi Somi. Somi tersenyum jahil.

"Memangnya kenapa kalau kau laki-laki?" Pertanyaan main-main terdengar.

Jaemin mendengus, "Bisa saja aku khilaf!" Jawabnya cepat.

Somi langsung tertawa mendengar jawabannya. Dia menyandarkan kepalanya dipunggung Jaemin.

"Jika khilaf tidak apa-apa Jaem, aku ikhlas..." Somi terdengar serius.

"Asalkan dirimu masih ingat... Kau pernah berteriak keenakan saat berada dibawah kendali seorang pria"

Jaemin tersentak mendengar perkataan Somi. Seketika kenangan malam itu membanjiri isi kepalanya.

Brukkk

"Aw!" Somi mengaduh kala tubuhnya terhempas kedepan, dia memandang Jaemin yang sedang berdiri kesal.

"Kenakan pakaianmu Som!" Jaemin tanpa menatap Somi segera berlalu meninggalkan kamarnya. 

Menatap punggung sahabatnya, sedikit bersalah hinggap dihati Somi. Dia hanya menggodanya, tapi reaksinya diluar dugaan. 

"Mengapa susah sekali menyadarkan Jaemin" Somi memijit pelipisnya pelan. 

Plakkk

Tiba-tiba saja Somi memukul jidatnya sendiri.

"Jaemin! Katakan padaku!! Kau pasti terangsang melihatku kan?! Kalau tidak mengapa aku menjadi objek mimpi basahmu! Dasar tidak tahu malu!"

Blue HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang