Bagian 27

2K 225 35
                                    


Mengerjabkan matanya beberapa kali sebelum kembali bertanya...

"Kau yakin kita makan disini?"

Oke, ini sudah ke tiga kalinya Jaemin bertanya. Sahabatnya yakni siapa lagi kalau bukan Jeon Somi menggeram kesal. 

"Kau kenapa sih? Apa aku terlihat miskin dimatamu? Tenang Jaem, ibuku yang membayar semua ini. Karena ya, aku sedang miskin dimulai saat kau menjual perjakamu senilai secup kopi" Somi menjawab tanpa dosa. Memang benar,  ibunya memangkas uang sakunya sebagai konpensasi atas rencana ibunya yang gagal.

Somi sebenarnya sih bingung. Kenapa jadi dia yang harus menanggung kesalahan?. Ah, entahlah yang penting uang sakunya masih tersisa setengah dan dia cukup bahagia kala sang ibu mentraktir makan di restaurant mewah.

"Kau tahu peramal yang kami datangi kemarin bilang aku dipenuhi aura negatif. Padahal beberapa waktu yang lalu auraku sangat bagus" Jaemin yang sedang memilih menu tidak melirik.

"Peramal bilang itu karena seseorang yang seharusnya membantuku menolak semua hal-hal jahat itu sudah tidak suci lagi"

TRAAAKKK

PLAAAKKKK

Buku menu yang cukup tebal Jaemin pukul ke kepala Somi.

"Akkhh! Jaemin sialan!" Somi mendelik galak sembari memegang kepalanya yang sakit.

"Habisnya aku tahu maksudmu!" Cengiran diwajah Somi membuat si manis mencibir.

"Aku bodoh dan semakin bodoh" Guman Somi sembari mengelus mandiri kepalanya.

Jaemin memutar kedua bola matanya. Memang seharusnya dia tidak menerima ajakan makan malam bulan-bulan ini, selalu saja berakhir membuatnya tidak nyaman.

"Tapi, katanya auraku akan kembali bagus bahkan lebih bersinar. Kalau kau punya anak Jaem..."

Tolong jangan sampai Jaemin melembarkan teko air mineral didepannya dia lemparkan ke muka sahabatnya.

"Jadi, Jaem... Kapan kau akan punya anak? Ibuku bilang dia akan membiayai pernikahanmu"

* * *

Semua orang sedang kenapa sih?

Tidak ada satu pun yang bertingkah normal disekitarnya akhir-akhir ini. Jaemin merasakan kelelahan apalagi mengingat tingkah pasangan calon pengantin. Mata Jaemin mengerjab, dia memikirkan permintaan Jeno.

Sungguh keterlaluan...

Dan agak tidak tahu malu...

Ah... Andai Jeno tidak memiliki tunangan....

Tak

Jaemin memukul kepalanya sendiri, pemikiran bodoh macam apa ini?

"Apa dia mencintainya? Ah mereka berkencan sekian lama..." Jaemin berguling-guling di kasurnya.

Mereka memang pernah menghabiskan malam bersama tanpa sengaja. Jeno jelas sudah berselingkuh, tetapi bukankah itu tidak bisa dihitung? Kemudian dia datang menggoda Jaemin sedikit dan memintanya berkencan... dibelakang Renjun? Walau Renjun juga tidak kalah anehnya...

Niat awal ingin memperlakukan client secara ramah tampaknya disalah artikan hingga pengungkapan cinta diam-diam melalui buket bunga...

Niat tersirat yang murni...

"Tidak tahulah..." Baru kali ini Jaemin merasa tidak berdaya.

* * *

Memikirkan masak-masak perkataan dan permintaan Haechan. Renjun juga menimbang hubungan baiknya dan Jeno selama bertahun-tahun. Lebih baik melepas perasaan kasih sayang seumur jagungnya terhadap Jaemin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blue HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang