Bagian 10

4K 481 46
                                    

Bohong...

Renjun bohong...

Tentu saja dia memikirkan cerita yang dijual calon ibu mertuanya. Walau bagaimanapun Renjun meyakinan Jeno bahwa dia tidak memikirkannya. 

Ragu

Jelas Renjun meragu, Jeno dan dirinya menghabiskan belasan tahun bersama. Mungkinkah dia dan Jeno belum terlalu jelas akan perasaan masing-masing?.

"Kau jadikan memilih cafe adiknya Mark untuk menyediakan dessert di pesta pernikahan kalian nantinya?" Haechan bertanya dengan antusias, membuyarkan lamunan Renjun.

"Aa... Kurasa ya..." Renjun pura-pura menyantap makanannya kembali.

Bola mata Haechan berbinar, dia benar-benar senang akan idenya. Karena Renjun dan Jeno beberapa bulan lagi menikah. Dia teringat adik kesayangan Mark mempunyai cafe, jadi dengan sedikit tidak tahu malu dia merekomendasikannya pada Renjun. Haechan memang belum pernah bertemu adiknya Mark tapi dia tidak perlu bersusah payah mengambil hatinya. Bukankah memberi perkerjaan sebelum bertemu sudah memenangkan hatinya?.

"Jangan kurasa... Kau tahu, aku harus memberikan kesan calon kakak ipar yang murah hati" Haechan cemberut.

Renjun menggelengkan kepalanya, "Ah kau kapan akan bertemu dengannya?"

"Mungkin dalam waktu dekat" Haechan mengangkat bahunya.

"Bagaimana kalau meminta alamat cafenya pada Mark. Biar sore nanti kita kesana? Kebetulan waktuku kosong dan jika memang dessert disana enak. Aku bisa memilih cafenya untuk menyediakan dessert di pesta pernikahan kami" Saran Renjun.

"Setuju!"

.

.

Somi penuh percaya diri melangkah mendekati Jaemin yang tengah berada dibalik meja kasir. Kacamata hitamnya dia turunkan dan dengan genit mengedip ke arah Jaemin.

"Sir, hari ini sangat cerah untuk pergi shopping. Jika tak keberat-"

"Keberatan" Jaemin cepat menyelesaikan perkataan Somi. 

Mengerucutkan bibirnya kesal, Somi sudah siap merengek.

"Ayolah... Beberapa brand ternama sedang diskon besar-besaran musim ini. Kita melewatkannya begitu saja?!"

"Kekasih Mark ingin mengunjungi cafe sore ini. Tidak mungkin aku ikut denganmu. Lagian mengapa suka sekali mengajakku berbelanja sih" 

"Kekasih Mark? Ah yang namanya Hiuchan? Huuchan? Ah siapalah itu?"

"Haechan" Jaemin mengoreksi.

"Ahh Haechan"

Jaemin mengangguk, dia memang baru saja mendapat pesan dari Mark bahwa kekasih tercinta kakak sepupunya itu ingin menemuinya. Dan dia dengar-dengar Haechan merekomendasikan cafenya untuk menyediakan dessert dipesta pernikahan sahabatnya yang merupakan orang terpandang di negeri ini. Jaemin disatu sisi canggung tapi disatu sisi lain berterima kasih.

"Tidak menyenangkan" Somi mendesah. "Ya sudahlah aku pergi belanja sendiri. Beritahu aku nanti seperti apa rupa Hiuchan, yang membuat Mark bertekuk lutut."

"Haechan"

"Terserah, mulut juga mulutku. Kalau begitu bye!"

Jaemin menggelengkan kepala melihat Somi sudah memakai kembali kacamatanya dan berbalik untuk melangkah keluar dari cafenya.

* * *

Ceroboh memang, Haechan hanya bisa menepuk jidat dan gusar menatap Renjun. Bagaimana bisa dia lupa menyerahkan file yang diminta team audit?. Ingin rasanya Haechan memukul bagian belakang asistennya. Mengapa tidak sejak dia berada dikantor tadi? Mengapa harus ketika dia berada didepan cafe adik kekasih tercinta, barulah sang asisten mengingatkan?. 

Blue HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang