Happy Reading♡~♥~
Baru kali ini Vanessa mencurahkan apa yang ada di hatinya pada seseorang yang bukan Sahabat atau Saudaranya. Vanessa bingung harus mulai dari mana cerita nya.
"Lo pasti dah tau cerita tentang Kak Tia dari Kak Fery kan?."--tanya Vanessa dengan nada lemah sehabis menangis.
"Iya."--jawab Leo singkat.
"Sejauh mana Lo tau kisahnya?."
"Dari awal kecelakaan sampai dan sampai Lo pingsan beberapa bulan yang lalu dan histeris di Rumah sakit dan akhirnya Gue telpon Fery agar segera ke Kairo."--jawab Leo.
"Waktu Bunda kesini Bunda cerita juga sama Lo masalah Gue?."
"Iya."
"Mmmmm. Semenjak Gue inget semuanya setiap malam Gue terbangun, karena mimpi kecelakaan yang menyebabkan Kak Tia meninggal dan semua itu memang salah Gue, Gue pantes di sebut pembunuh kan!?."
"Cukup Key, cukup Lo bilang bahwa Lo adalah seorang pembunuh!. Dan Lo penyebab kematiannya Kakak Lo!."
"Gue pantes nerima semua itu memang Gue yang menyebabkan Kak Tia meninggal, semua gara-gara Gue."--Vanessa pun menangis kembali.
"Terus kalo sudah seperti ini, apa yang mau Lo lakuin?. Kalo Lo terus-terusan menyalahkan diri Lo maka selamanya Lo bakal mimpi buruk terus."--jawab Leo dengan nada sedikit kesal karena pemikiran Vanessa yang seperti itu.
Vanessa pun terdiam dan hanya menangis entah apa yang harus dia ucapkan, hanya tangisan yang keluar.
"Aku lelah dengan semua ini, Aku ingin bisa melupakan semua ini tapi semua sudah terjadi, Hiks.....hiks...hiks..."--tangisan Vanessa pun semakin menjadi karena sudah tidak bisa menahannya lagi.Leo hanya bisa diam dan menunggu meredanya tangisan Vanessa. "Gue pikir Lo pinter Lo bisa hadapi semuanya, berdamailah dengan masa lalu Lo terima semuanya dengan Ikhlas, pasti lama-kelamaan pasti Lo bakal bakal bisa terbebas dari mimpi Lo itu."
"Bicara memang mudah tapi untuk menjalankannya itu sangat sulit."--jawab Vanessa dengan sesegukan karena menangis.
Sudah lama mereka duduk di kursi Taman dan akhirnya Vanessa pun tenang dan berhenti menangis. Mereka hanya saling diam tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut Mereka berdua.
Dan Leo pun memecahkan keheningan dengan berkata. "Sudah tenang?. Sudah puas nangis nya?. Kalo sudah Gue anter Lo pulang ya?."
"Udah ga usah Gue mau balik ke Kampus aja ada satu Mata Kuliah yang masih bisa Gue ambil."
"Pulang saja, masa iya Kuliah dengan mata Lo yang sembab abis nangis."
"Tinggal cuci Muka dah segeran ga masalah kan tinggal Gue pake kacamata aja."
"Jangan keras kepala Gue anter Lo pulang kalo engga Gue telpon Fery tentang Semuanya."--kata Leo dengan sedikit ancaman.
"Sumpah ya kenapa Lo selalu bikin Gue kesel!!. Dan sekarang Lo mau ancem Gue!. Jangan harap!."
"Bukan bukan ngancem Lo, kalo ga percaya Gue buktiin, Gue telpon Fery sekarang!!."--kata Leo sambil membuka kunci layar Handphonnya seraya mau menelpon Fery.
"Oke-Oke Gue pulang puas Lo!."--jawab Vanessa dengan ketus.
"Nah gitu donk jadi Gadis penurut."
~♥~
Sesampainya di Apartemen Leo mengantarkan Vanessa sampai di depan pintu. Dan melihat Vanessa masuk Apartemen dan Leo pun langsung pergi kembali ke Kampus karena ada kerjaan yang belum selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanessa [On Going]
Jugendliteratur[FOLLOW DULU SEBELUM BACA :v] hargai penulis dengan Vote and Komment🙏. "Udah nunggu lama?, Sorry ya tadi Gue nganter buku dulu ke ruang guru."--duduk di sebelah Vanessa. "Leo?." "Kirain sapa tadi yang Chat Gue, hehhe" "Iya" "Bay The Way, kenapa ya...