SEPULUH

17.4K 1.1K 10
                                    

         mobil Mario berhenti di pelataran rumah Arinda. Mereka berdua terdiam didalam mobil, tidak ada yang memulai pembicaraan. Mario menatap lurus jalanan didepannya. Sedangkan, disamping Arinda meliriknya . Hingga akhirnya, suara Arinda memecah keheningan.

     "kembalilah ..." ucap Arinda, membuat Mario menoleh. Menatap Arinda bingung. Arinda memutar bola matanya.

    "gak usah pura-pura deh, udah sana... Aku tau dia masih disana...hari mendung gini, bentar lagi bakal hujan. " ucap Arinda seraya turun dari dalam mobil Mario. Mario bergeming, sampai Arinda menghilang masuk kedalam rumah mobil Mario masih diam didepan rumah Arinda. Arinda menatap kesal mobil itu. Mario terlalu keras kepala, padahal Arinda tau laki-laki itu peduli dengan amanda, tapi terlalu gengsi untuk mengaku.

     Senyum lebar mengembang dibibir Arinda ketika mobil Mario mulai berbalik arah dan melaju.

***

     Amanda duduk ditaman kecil disamping kampus, tak peduli rintik hujan mulai turun dan membasahi bajunya. Dia benar-benar tidak peduli. Air mata tak henti-hentinya menetes dari mata amanda. Dibenci Mario, dia masih bisa menahannya, di acuhkan pun amanda masih bisa menerimanya. Tapi ketika Mario bersama orang lain, dia tidak bisa... Benar-benar tidak bisa. Sakit... Sakit sekali, bahkan Mario lebih memilih bersama Arinda daripada bersamanya, bahkan Mario lebih memilih menarik Arinda pergi daripada menjelaskan apa yang terjadi padanya.

   Hey, untuk apa dia menjelaskannya padamu. Dia bahkan membencimu!.

      Amanda menyentuh dadanya yang terasa nyeri. Harus sesakit inikah takdirnya, tuhan..

    Hujan mulai deras, tapi amanda sama sekali tidak ingin beranjak dari kursi taman itu. Dia menengadah membiarkan air hujan membasahi wajahnya, membaur dengan air matanya.

       "Amandaaaaa!"

amanda terkekeh dalam hati, BISA-bisanya dalam keadaan seperti ini dia masih berhalusinasi mendengar suara Mario memanggil namanya, bodohnya dirimu amanda!

"AMANDAAA!!!!!! " suara itu makin jelas ditelinganya, tapi amanda masih tetap menutup matanya, masih menganggap itu hanya halusinasinya saja sampai sebuah tangan menariknya berdiri.

   Amanda langsung terbelalak,

                " Mario?!? "

   " lo tu punya telinga gak sih! Gue panggil daritadi.. Ngapain lagi hujan-hujanan kaya gini... Kaya anak kecil aja tau gak!"ucap Mario beruntun sambil menarik amanda menuju mobilnya, lalu mendudukan gadis itu di kursi penumpang, memutar mobil, lalu duduk dikursi kemudi disebelah amanda.

   Amanda menatap Mario bingung, bagaimana laki-laki ini bisa ada disini? Apa dia kembali untuk amanda?

Amanda masih terdiam, Mario mengibaskan rambutnya menghilangkannya dari tetesan air hujan.

      "kalau mau sakit. Gak gini caranya, childish banget..." ucap Mario sambil melirik amanda, gadis itu menunduk. Mario menatap amanda yang mulai mengigil, bibir gadis itu mulai membiru. Mario lalu menggapai jaketnya di jok belakang lalu memberikannya kepada amanda.

     "pake.." ucapnya datar. Amanda menyambut dalam diam. Setelah gadis itu sudah benar-benar memakai jaketnya, Mario baru menjalankan mobilnya.

Selama perjalanan, mereka berdua hanya diam sibuk dengan fikirannya masing-masing. Amanda sibuk menetralkan jantungnya karena perlakuan Mario barusan yang bisa dibilang 'manis' walau masih dengan nada datar dan memaksanya, tapi Mario peduli padanya, kenyataan itu membuat hati Amanda menghangat. Sedangkan Mario, sibuk menelaah apa yang baru saja dia lakukan. Entah setan dari mana yang merasukinya, membuat Mario peduli pada gadis disampingnya ini. Ah, sudahlah Mario pun tidak mengerti.

    Amanda masih berkutat dengan fikirannya sampai Mario membuka bicara.

    "gak usah berfikiran macam-macam..." ucap Mario. Amanda menoleh bingung, tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan Mario.

    "yang tadi.... Gue cuma gak mau lo sakit terus ngerepotin gue.." ucap Mario datar, tanpa melirik amanda. Hati Amanda sedikit kecewa,ternyata Mario tidak benar-benar peduli padanya. Dia hanya tidak ingin direpotkan. Amanda merutuki hatinya yang terlalu percaya diri.

        Mobil Mario berhenti, tepat didepan rumah amanda. Hujan pun ternyata juga sudah berhenti. Amanda melirik ragu Mario, dia ingin berbicara tapi...

     "Apa?" tanya Mario. Amanda kaget, apa laki-laki ini bisa membaca fikiran?

    "eh... Mm.. Kamu... Gak mampir dulu?" tanyanya pelan. 

"gausah. Gue mau pulang.". Jawaban Mario sudah jelas, amanda mengangguk lalu turun dari mobil Mario, ketika dia menoleh lagi, ternyata mobil itu sudah melaju pergi. Amanda menghela nafas nya, dia selalu saja terlambat mengatakan..

     "hati-hati...."

***

       Keesokan harinya, Mario mengatakan dia akan menjemput amanda. Sontak membuat gadis itu bingung sekaligus senang. Bingung, karena biasanya dialah yang mengajak Mario dan disambut dengan ogah - ogahan oleh laki-laki itu. Apa mungkin, dia merasa bersalah karena kemarin? Ah berhentilah bermimpi amanda! Dan dia senang, akhirnya Mario mengajaknya tanpa paksaan, menurutnya.

 

    Senyum makin mengembang diwajah manis amanda, ketika suara klakson mobil terdengar dari halaman rumahnya.

     Amanda menatap sekeliling rumahnya, sepi....

Pasti bunda dan ayahnya sedang tidak dirumah. Amanda menghela nafas,

    "amanda pergi......" ucap Amanda lirih, tak ada jawaban. Amanda pun melangkahkan kakinya menuju mobil Mario yang sudah terparkir manis didepan rumahnya.

     "lama banget sih.." gumam Mario, dan amanda sudah kebal dengan kata-kata itu. Dia hanya diam, Mario pun melakukan mobilnya. Seperti biasa suasana hening. Tanpa ada yang berniat untuk membuka pembicaraan. Walaupun dia hanya bisa diam, hati Amanda masih sakit ketika mengingat Mario kemarin, dan sekarang laki-laki ini duduk disamping amanda dengan tanpa rasa bersalah sama sekali. Berlaku seperti biasa, seolah-olah kejadian kemarin  tidak pernah terjadi. Maunya apa sih?.

     Mobil Mario berhenti diparkiran, tapi mereka berdua masih terdiam didalam mobil. Amanda meraih Ranselnya ingin mengambil kotak makan yang sudah dia siapkan untuk Mario seperti biasa, sesekali melirik Mario disampingnya. Gerakan amanda terhenti diudara, gadis itu terdiam.
Bagaimana kalau Mario melempar kotak makan ini lagi? Bagaimana kalau nanti Mario membentaknya lagi? Beribu kata bagaimana berkeliaran difikiran amanda. Mario menoleh kearah amanda.

     "mana????" tanyanya sambil mengulurkan tangan. Amanda menatap Mario dan tangannya bergantian.

     "ck, kotak bekalnya. Buat gue kan? Mana?" ucapnya sambil menatap amanda. Amanda meraih kotak makan kuning dari dalam tasnya memberikan kepada Mario.

     Mario mengambil kotak makan itu, lalu memasukannya kedalam Ransel. Sedangkan amanda menatap takjub kearah Mario.

        "apa?" tanya Mario kembali menetapkan datar. Amanda menggeleng.

      "yaudah sana turun!" ucap Mario. Amanda tersentak dari lamunannya, lalu buru-buru turun dari mobil Mario.

    Sepanjang langkahnya, sudut bibir gadis itu terangkat perlahan dan mulai membentuk senyuman lebar.

   Mungkin, dia belum terlambat...

  Tuhan masih memberinya kesempatan..

***

TBC
Vomentnya thanks yaaa:3

   Salam damai,

WHEN I'M GONE (end✔) available on playstore! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang