...
Satu bulan kemudian...Mew dan Gulf tengah berada di ruang pribadi. Keduanya sedang sibuk mengurusi beberapa berkas.
"Gulf, taruh berkas ini disana" Mew yang menyuruh Gulf untuk menaruh sebuah berkas. Sekretarisnya itu langsung saja berdiri dan menaruh berkas tersebut di tempat yang sudah ditunjuk olehnya.
"Apalagi pak Boss? Ada lagi??" tanya Gulf sambil memeriksa berkas yang masih di pegangnya. Mew menggeleng.
"Ok pak." Kata Gulf kembali duduk di sofa.
Sejak sebulan telah berlalu. Dan Mew juga tidak lagi di rawat di rumah sakit. Gulf, sekertarisnya itu langsung turun tangan merawat Mew dengan berbagai cara.
Terlihat sekali sangat perhatian. Sering kali gulf memarahi Mew saat melakukan sesuatu hal yang menguras banyak tenaga.
Menjadi sekretaris Mew adalah sebuah pekerjaan yang cukup sulit untuk dilakukan. Ditambah lagi memiliki rasa bersalah pada Mew.
Percayalah, Gulf benar-benar akan gila jika Boss besarnya itu lenyap karna ulah Ten. Ia akan selalu merasa bersalah, malu, bahkan menderita. Mungkin ini terdengar dramatis. Tapi bagi Gulf, Mew sudah melindunginya pada saat kejadian.
Ten memang sudah gila. Lelaki itu tidak terlihat lagi setelah semuanya terjadi. Entah bagaimana keadaannya sekarang. Gulf rasa Ten tidak bisa hidup bebas. Apalagi jika hidup bersama Mayda. Karna Mew terlihat aneh satu minggu ini.
Mungkinkah Boss besarnya itu sudah melakukan rencananya kembali?? Gulf cukup ragu. Takut hal buruk akan kembali terjadi.
"Gulf, tolong ambil buku itu"
Saat Mew kembali menyuruh sekretarisnya. Gulf segera mengambil buku tersebut.
"Ini Boss" Mew yang melihatnya langsung mengambil dan kembali fokus pada berkas yang ada di atas mejanya.
"Ini udah waktu makan siang, si Boss udah laper belum ya??" sambil melihat jam tangannya. Gulf terdiam. Namun ia berniat untuk bertanya pada Mew.
"Euhm, Boss, mau tanya boleh?"
"Tanya apa?" jawab Mew sambil menoleh ke arah Gulf.
"Boss gak laper?"
"hm.. " sejenak Mew berpikir.
"Mau makan apa? Jangan hm doang dong Boss,"
Sambil melipatkan kedua tangannya di dada. Ekspresi Gulf langsung terlihat sedikit galak. Membuat Mew terkekeh pelan.
"Galak banget sih sama saya."
"Gak ingat ya kalo saya masih jadi pacar kamu?"
Saat Mew mengatakan seperti itu. Gulf langsung menampakkan ekspresi yang susah di jelaskan.
"A-apaansih pak Boss! Jangan banyak ngelantur deh, lagian kan cuma pura-pura! saya juga sekedar nanya 'Boss laper gak?'kenapa pak Boss nya malah menyebalkan sih!"
Terlihat lucu, Mew sebenarnya berharap Gulf akan selalu disampingnya dan akan selalu menjadi sekretarisnya. Gulf adalah sosok yang begitu unik dimata Mew. Bahkan ia berharap lukanya tidak sembuh-sembuh agar selalu di perhatikan oleh Gulf.
"Pak Boss, jadi gimana? Laper atau gak?!" Gulf kembali bertanya pada Mew.
Mew mengangguk. "hm, oke. Yaudah sana masak!" suruhnya pada Gulf.
"Ya tapi, Boss mau makan apa? Nanti kalo masakannya udah jadi, si Boss malah gak suka lagi.." katanya yang masih melipat kedua tangannya di dada.
"Apa aja yang penting layak untuk di makan"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Big Boss HOMO
FanfictionBerawal dari kehidupan Gulf yang diterpa banyak hutang karna orang tuanya sering bermain judi. Mau tak mau Gulf harus membayar lunas hutang-hutang tersebut. Tetapi apa daya jika saat itu ia belum mempunyai uang? Hal tersebut akhirnya membawa Gulf k...