Pesta Relasi pertama

22 5 3
                                    

"Mbak tolong modelnya dibuat elegan tapi untuk anak muda sekarang ya" Kata rama pada wanita yang akan meriasku begitu kami sampai di tempat yang dituju.

"Oh iya ini untuk acara semi resmi. Jangan terlalu mencolok juga, buat senada dengan gaun yang itu." timpal rama sambil menunjuk gaun berwarna biru pastel yang dipajang di sisi meja rias. Wanita itu hanya meng-iyakan menuruti perintah rama dan segera membawaku masuk ke sebuah ruangan yang lebih kecil. Terdapat kaca besar dan lampu di sisi-sisi cermin. Aku terduduk manis mengikuti perintah wanita yang membawaku tadi.

Aku menghabiskan waktu setengah jam untuk persiapan acara ini, sungguh merepotkan dan melelahkan. Wanita tadi memberikan gaun yang ditunjuk Rama sebelum menyelesaikan riasannya dan kini saatnya menata rambut agar sesuai dengan konsep yang diminta rama.

Akhirnya selesai, aku keluar dari ruangan tadi dan bergegas menemui rama di ruang tunggu. Aku tidak menyadari dari tadi kalau di sekitar ruangan ini banyak gaun terpajang di sudut sudutnya. Toko ini tampak sangat mewah dengan sentuhan warna putihnya. Rama menatap seolah tidak percaya bahwa yang di depannya adalah aku. ia terdiam sejenak mengamatiku dari atas hingga bawah dan menggernyitkan jidatnya saat gerakan matanya sampai bawah.

"Sneakers? kenapa lo pake sepatu itu sih zera astaga" Katanya menepuk jidat.

"Ya kan tadi aku pake baju biasa, rama.. makanya aku pakai sneakers" belaku pada diri sendiri.

"Mbak kasih heels yang cocok untuk dia juga ya" Katanya pada wanita tadi yang meriasku dan segera dilaksanakan.

Ia kembali dengan dua pasang sepatu berhak cukup tinggi. Ia memberikannya kepada Rama

"Ini edisi terbatas dan produk terbaik di tahun ini tuan Rama. Kami hanya memberikannya kepada pelanggan VVIP" kata wanita itu pada Rama

"Ah baiklah aku mengerti desainer C.O pasti akan melakukannya, beri kami edisi terbatas saja seperti biasa" Perintah Rama pada wanita itu sambil membuka majalah di hadapannya

Kali ini aku benar benar sudah menyelesaikan semuanya. Rama juga sudah menyetujui penampilan ini. Kami memutuskan untuk berangkat ke tujuan lebih awal setelah menyelesaikan semuanya di toko ini untuk menghindari kemacetan jalan yang tak terduga.

"Pertama, lo harus inget ini acara resmi tapi nggak resmi resmi banget. Nggak usah banyak ngomong ke orang sekitar karena pasti yang mereka omongin itu tentang bisnis. Lo nggak bakal percaya kalo beberapa keluarga mereka bisa menjual anaknya alih alih mempererat relasi." Kata rama membuka obrolan sambil menyetir.

"Kamu serius?" Tanyaku tidak percaya.

"Makanya diem aja biar lo nggak ditaksir sama anak konglomerat" Kata rama meyakinkan.

"Kamu tau ini pasti karena kamu pernah naksir anak konglomerat ya? Iya kann? ngaku hayo" godaku pada rama yang masih fokus mencari jalan.

"Mereka kalik yang naksir sama gue" Jawabnya percaya diri.

"Duh, kasihan ya mereka. Pasti mereka ga tau kamu aslinya gimana." Balasku tidak percaya.

"Loh lo gak lihat? Gue baik gini, suka menabung, penyabar pula. Gimana mereka nggak naksir gue coba." Balasnya kesal karena aku meragukannya.

"Idih PD bener" Kataku mengakhiri perdebatan lebih awal agar tidak lebih panas dan memicu pertempuran sengit.

Ini kali pertama nya aku berbicara banyak dengan Rama, ia tidak begitu dingin padaku. Entah mengapa sepulang sekolah tadi ia menjadi lebih hangat dari sebelumnya. Dia mulai mengajakku berbicara meskipun hanya saling adu argumen dan tidak mau kalah. Beberapa menit perjalanan akhirnya kami sampai ditempat tujuan. Rama memberhentikan mobil ini di depan pintu lobby hotel.

Rumah [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang