Pertemuan singkat Dengannya

32 7 4
                                    

* Kedatangan hanyalah satu proses tuk menemui pahitnya kehilangan *

" Hei!!!! jangan lari kamu" Terdengar samar dari kejauhan, membangunkan respon pada tubuh ini untuk segera bergegas menyelamatkan ibu dan dwi yang masih tertidur pulas. Setengah sadar aku menyuruh Dwi lari lebih dahulu di depan kami karena aku harus mendorong ibu dan membawa mereka ke tempat yang aman.

"Wik mlayuo sik banter mengko mbak susul karo ibuk, goleko tempat sik iso gawe berlindung" (Wik lari sekencang kencangnya nanti kakak dan ibu menyusul, carilah tempat yang bisa untuk berlindung). Dengan sekuat tenaga aku menyusul Dwi yang mencari jalan di depan

* Bruk!!..* "Aduh, maaf pak maaf saya nggak lihat kalau ada bapak" kata dwi meminta maaf pada seorang laki laki di depannya yang tidak sengaja ia tabrak

"Kamu ini mau kemana lari lari begini"tanya bapak itu, "Anu pak, saya anu-" jawab dwi bingung seraya menyelaraskan dengan nafas terengahnya

" Dwi kok mandek ngopo" (Dwi kok berhenti kenapa) " Anu mbak-" Dwi berbalik dan sedikit menepi dari sosok laki laki berbadan besar di depannya. "Hei mau lari kemana kamu, bawa kesini gerobak kamu" Suara satpol pp semakin jelas terdengar di telinga

" Aduh pak, saya minta maaf sekali tapi saya harus pergi, izinkan kami pergi ya pak. Saya janji kelak ketika bertemu kembali dengan bapak saya akan membalaskan budi karena sudah membiarkan kami lolos dari satpol pp. Kami tidak punya uang pak dan kami juga tidak mau kalau harus masuk di panti sosial. Saya mau mengurus ibu saya ini pak" Laki laki itu masih diam terpaku menatapku, karena dia tak menghiraukannya aku menarik dwi dan mulai mendorong ibu kembali

"Tunggu" Cegah laki laki itu.

''Alzera" Aku menghentikan langkahku dan terpaku di tempat itu.

"Darimana anda tau nama saya" terdengar mengejutkan ketika laki laki itu menyebut namaku.

"Akan saya beritahu nanti, sekarang ikutlah dengan saya" Karena tidak ada pilihan lain untuk lebih jauh membawa ibu dan dwi dari sini aku mengikutinya.

Setelah cukup jauh ia menghentikan langkah sesampainya di depan rumah putih dengan halaman yang sangat luas. "Anda mau membawa kami kemana? bisakah anda jelaskan bagaimana anda bisa mengetahui nama saya?" tanyaku sangat penasaran sambil memperhatikan tingkah khawatirnya "Nanti saya jelaskan di dalam"

"Ini rumah anda?'' tanyaku terheran karena saat bertemu tadi dia seorang diri berdiri di tepi jalan dan sekarang ia berhenti di rumah besar?

"Iya, masuklah saya akan menghubungi supir saya di depan sana karena tadi saya harus membawa kamu pulang terlebih dulu meninggalkannya di toko tambal ban. Saya takut dia menunggu saya terlalu lama" jelasnya sambil membuka ponsel yang ia genggam dan menelponnya.

"Terimakasih pak" Kataku sembari bersyukur karena telah dipertemukan dengan orang baik seperti beliau.

"Mbak iku sopo, sok kenal banget mbak mengko nek dewe diapak apakno pie jal. Wis yo mbak dewe kabur wae lagian iki wes aman seko satpol pp" (kak itu siapa, sok kenal banget sih. Nanti kalau kita diapa apain bagaimana. Dahlah ayo kak kita kabur aja lagipula ini sudah aman dari satpol pp)

"Ssst meneng, seorane wong iku wes bantu dewe. Delok kui sakke ibu wik, ibuk kudu leren raoleh kekeselen" (Sssttt diam, setidaknya orang itu sudah membantu kita. Lihat ibu kasian wik, ibu harus istirahat dan tidak boleh kelelahan)

"Sebaiknya kita masuk sekarang saya akan suruh pelayan menyiapkan kamar untuk kalian" Katanya sambil memasukkan ponsel ke dalam saku bajunya "Maaf sebelumnya, tapi saya tidak mau merepotkan bapak. Terima kasih atas kemurahan hati bapak kami pamit untuk melanjutkan perjalanan"tolakku halus.

Rumah [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang