Apa dia selebritas?

27 7 6
                                    

*Tok.. Tok.. Tok..* *Tok.. Tok.. Tok* Suara ketukan pintu mengembalikan alam sadarku.

*cklek* Terdengar seperti seseorang sedang membuka pintu. Mata sayu ini mulai mencoba mengenali keadaan di sekitar dengan perlahan dan pasti. Suara gorden yang sedang dibuka kian menyadarkan kalau saat ini aku tidak berada di kamarku tetapi ada di kamar Rama. Aku yang semula masih mencoba memahami kejadian semalam, seketika terduduk diam tak bergeming.

"Kita tukar kamar semalam. Lo disini, gue di kamar lo." jelas Rama seakan mengerti semua yang aku pikirkan.

"Untung lo masih hidup, bisa diomelin papa kalo lo mati di kamar gue." gerutu rama kesal karena aku tidak lekas membuka pintunya tadi.

"Kok aku bisa di kasurmu sih" kataku lirih sambil mengaitkan kejadian kejadian yang aku ingat sebelumnya.

"Jangan berharap gue yang gendong lo ya." Kata es batu sambil membenarkan kancing baju seragamnya.

"Aku tau itu" kataku kesal dan mulai berdiri merapikan tempat tidurnya.

"Tau apa?" tanyanya terdengar seperti memastikan.

"Kalau kamu gak bakal lakuin itu" kataku mempertegas pernyataanku. Sambil merapikan rambut sesaat dan melipat selimutnya.

"Hmm" jawabnya singkat sembari memakai jam tangan yang diambil dari dalam lemari koleksinya. Tampaknya ia sangat menyukai jam tangan dan sepatu. Beberapa koleksi sepatunya bahkan tertata rapi di sebuah lemari kaca di dalam kamar ini. Untuk seorang anak laki laki, dia tampak sangat perfeksionis menurutku. Aku pun memutuskan untuk keluar membawa kertas kertas yang dipelajari semalam dan mulai bersiap untuk tes pagi ini. Tampaknya om Indra sudah lebih dulu berangkat kerja karena rumah tampak sepi dan lenggang. Aku melihat dari atas bi Inah sedang menyiapkan sarapan di meja makan sendirian.

****

"Mas rama, non zera ini sarapannya di makan dulu" Kata bi Inah yang sudah siap dimeja makan saat melihat rama turun dan disusul aku dibelakangnya.

"Rama telat bi, sarapan di sekolah aja." Tukas rama dan bergegas berangkat ke sekolah.

"loh loh, non ga sarapan dulu ini bibi udah siapin" Tanya bi inah

"Maaf bi inah, nanti Zera makan sarapannya pas pulang sekolah aja ya" kataku tidak enak karena bibi sudah menyiapkan semuanya dan aku malah pergi menyusul es batu itu."Yaudah gapapa non, ati ati" teriak bi Inah dan hanya kubalas dengan mengacungkan kedua ibu jariku padanya.

"Masuk cepet" perintah si angkuh padaku. Dengan nafas terengah karena menyusulnya, aku menuruti perintah Rama untuk masuk ke mobil dan berangkat bersama.

Sesampainya di sekolah, semua sorot mata itu mulai memandangku seakan akan aku ini ancaman bagi mereka. Aku merasakannya saat mereka melihatku keluar dari mobil rama."Ohh... jadi ini anak barunya?" Ucap salah seorang yang aku lewati.

"Liat deh kegatelan banget kan pake deket deket sama my honey" ucap seorang lainnya.

"Gausah dengerin" Kata Rama dan mulai menarik tanganku kembali seperti orang tua yang takut putri kecilnya hilang di tengah keramaian.

"Omg guys, lo liat itu?" Teriak salah satu siswa perempuan yang melihatku ditarik rama begitu saja.

Tapi tidak sedikit juga yang menatapku kagum. Entah mengapa tapi aku merasakan bahwa Rama adalah seorang yang populer hingga setiap geraknya diamati oleh semua orang di sekolah ini.

"Udah ih, kita diliatin tau sama satu sekolah" tolakku dengan melepaskan tangan rama dari tanganku.

"Siapa juga yang mau lama lama" Kata Rama bikin kesel untuk yang kesekian kalinya. Tanpa berkata apapun ia berjalan begitu saja meninggalkanku di lorong kelas.

Rumah [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang