Apa yang sebenarnya terjadi dengannya?

20 5 0
                                    

*Bruk* Orang yang aku cari malah jatuh tersungkur menindihku. Rupanya dia memang berbakat membuat jantung ini berdegup kencang karena terkejut setengah mati.

Aku buru buru menyingkirkan tubuhnya dariku "K-kamu nguping ya!" Tuduhku pada Rama yang masih tergeletak kesakitan di lantai.

"E-enggak! Gue cuma mau mastiin lo masih marah apa enggak doang" Katanya mencoba berdiri sambil membersihkan pakaiannya.

"Hishhh" desisku kesal dan pergi meninggalkan Rama di depan pintu sendirian.

Rama yang semula hanya berdiri disana tiba tiba menyusul langkahku dengan cepat "Lo kenapa sih marah sama gue" Tanyanya sambil terus mengikuti langkahku. Aku yang tidak menjawabnya terus berjalan menuruni tangga dengan cepat menuju dapur.

*Ahh* Rama menangkap tubuhku dengan cepat "Tuh kan, lain kali hati hati. Lo bisa gegar otak kalo jatuh dari sini" katanya tersenyum riang ketika ia berhasil mengejekku yang hampir terpeleset di tangga.

"Ma-ka-sih." kataku singkat melepaskan tangannya yang masih menopang tubuhku dan terus berjalan menuju dapur.

"Hei! Seenggaknya lo jelasin dong kenapa lo marah sama gue" Katanya masih terus mengikutiku.

Kami sudah sampai di dapur saat ini. Aku berinisiatif membantu bi Inah karena aku melihatnya masih repot memasak di dapur sendirian. "Bi zera bantu ya" kataku pada bi Inah dan menghiraukan apa yang dikatakan Rama.

"Bi, lihat bi masa dia nggak mau ngasih tau salahku apa. Terus tiba tiba dia ngambek gitu aja bi, salahku dimana coba?" tanya Rama pada bi Inah yang jelas. Bi Inah menatapku di sampingnya.

"Bi kalo bibi ketemu sama cowo yang kasar terus emosian kesel nggak sih?" tanyaku pada bi Inah sambil mengiris tomat di sampingnya.

"Ya kesel sih" kata Bi Inah menjawabku sambil menumis sayur kangkung.

"Kasih tau tuh bi suruh peka" kataku pada bi Inah.

"Bi kasih tau balik bi. Aku udah khawatir nih ya bi nyariin dia tapi taunya dia malah pergi sama cowo ga jelas coba" kata rama yang memperhatikan kami memasak.

"Bi kasih tau balik bi. Katanya dia ada acara penting nih kan ya makanya zera suruh pulang sama pak Agus eh taunya acara penting itu tu pergi sama cewenya coba bi. Padahal pak Agus nganter papa ke luar kota. Untung aja ada temen zera yang mau nganter pulang eh dia malah berantem sama temen zera itu" kataku kesal

"Kasih tau bi itu cuma temen rama" jawabnya ketus.

"Kasih tau bi, yang tadi itu juga cuma temen zera." kataku berhenti sejenak saat memotong daun bawang.

Tepat saat itu juga bi Inah mematikan kompor yang ia pakai untuk memasak kemudian pergi menarik tanganku dan rama ke meja makan bersama lalu menyuruh kami duduk berhadapan."Gini, bibi gatau kenapa kalian berdua nyuruh bibi bilangin ini itu yang bibi ga tau padahal kalian bisa denger sendiri jawabannya. Jadi, duduk disini tanyain baik baik habis itu bibi bawain makannya." Kata bibi berdiri menengahi debat kami dan kembali pergi memasak di dapur.

"Aku" "Gue" Ucapku dan rama bersama.

"Kamu duluan" "lo duluan" timpal kami masih bersamaan.

Suara bel rumah menggema di seluruh penjuru rumah ini. Tiba tiba saja ada tamu yang datang saat hujan deras seperti ini. Bi Inah berlari keluar dari dapur untuk membukakan pintu tapi ,aku mencegahnya.

"Zera aja" kataku menggantikannya untuk menerima tamu. Rama mengikuti langkahku menuju pintu untuk membukanya

Seorang wanita dengan wajah tidak asing berdiri di depanku mengenakan sweater berwarna ungu muda menatap seolah tidak percaya. "Rama?" kata wanita itu masih sambil menatapku.

Rumah [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang