Mengapa ia membuatku terus berdegup kencang

15 5 4
                                    

Aku hanya bisa diam melihat rama pergi bersama dengan wanita itu tanpa melakukan apapun. Aku tidak bisa mengganggunya karena dia sudah memintaku pulang bersama supir kemarin.

"Eh" Kataku terkejut melihat vino dibelakangku. Dia melepas helmnya dan menawarkan tumpangan padaku. "Ayo" katanya sambil memberikan helm yang kemarin aku kenakan. Aku meraihnya dengan senyuman hangat

"Pak, nggak jadi saya kembaliin hari ini ya" kata vino pada pak jati.

"Gapapa mas, santai aja." balas pak Jati.

Aku memutuskan setuju untuk pulang bersama Vino. Motor ini berpapasan dengan mobil rama tepat di depan gerbang sekolah. Aku tidak menoleh sama sekali ke arah mobil Rama.

"Lo berantem lagi?" tanya Vino tiba tiba.

"Emang biasanya gitu kok" kataku menghibur diri sendiri.

Vino menjalankan motornya mendahului mobil rama. Kami melesat cepat menghindari beberapa kendaraan di depannya. Namun tiba tiba saja hujan deras turun dengan mendadak membuat kami harus segera mencari tempat berteduh. Vino menepikan motornya di sebuah toko kelontong "Yah maaf ya, gue nggak bawa mantel" Katanya padaku kecewa.

"Gapapa kok, aku juga sebelum ini sering hujan hujanan." kataku pada vino.

"Gue boleh pinjem ponsel enggak? Ponsel gue habis baterainya. Gue mau telpon supir gue biar lo dianterin pulang sama dia." kata vino mulai cemas.

Aku mengeluarkan ponsel dari tasku. "Yah vin batre ku juga habis nih, mana udah gak bisa hidup lagi. Btw kita hujan hujanan juga gapapa kok" kataku kecewa ketika menyadari baterai ponselku juga habis.

"Jangan! nanti lo sakit, gue nggak mau lo sakit. Yaudah deh kalo gitu terpaksa kita harus nunggu disini dulu sampai reda atau minimal gerimis kecil. Gapapa kan?" Kata vino menyerah.

"Maaf ya, kamu jadi repot gara gara aku" Kata ku menyesal karena harus selalu melibatkan vino dalam masalahku.

"Engga kok, gue juga biasa hujan hujanan gini. Santai aja" tampak senyum tersunggi di raut wajahnya menandakan ia tidak keberatan.

Hujan tidak kunjung mereda setelah 15 menit menunggu. Vino yang mulai tampak bosan sesekali menengok langit dan menatapku cemas. "Kita beli makanan dulu yuk" Ajakku pada vino dan dibalas dengan senyum hangatnya yang menandakan setuju untuk membeli makanan lebih dulu.

Kita memutuskan masuk ke toserba dan memilih beberapa makanan. Setelah dirasa cukup kami pergi ke kasir untuk membayarnya. Seorang wanita yang berjaga di kasir itu menawarkan mantel pada kami. "Apakah kalian membutuhkan mantel? Kami menyediakan mantel untuk sekali pakai" Tanya kasir itu padaku.

"Ahh rupanya toko ini juga menjual mantel" Kata Vino tersenyum garing.

Aku menatapnya sambil tersenyum lebar "Hahaha seperti itu tampaknya"

"Kami akan membelinya, beri kami 2 mantel ya" Kataku pada kasir itu dan segera di ambilkan.

"Totalnya Rp 68.000" kata kasir itu. Aku mengeluarkan uang dari dalam tasku dan memberikannya namun, vino mengikutiku memberikan uang pada petugas kasir itu. Ia tampak kebingungan memilih uangnya.

"Pakai ini aja" perintah vino pada petugas kasir.

"Yang ini aja mbak" Kataku menyodorkan uangnya lebih dekat.

"Ini aja mbak" Bantah vino mengikutiku.

"Mbak ini aja ya" Kataku tersenyum tidak mau kalah dari Vino.

"Hahaha ayolah jangan berdebat, kalian hanya akan membuatku bingung." Kata petugas kasir itu memecah perdebatan kami.

"Ini aja" tiba tiba saja tangan lain menyodorkan uang pecahan 100 ribu dari belakang kami. Suaranya yang khas membuatku berbalik cepat ke arahnya. Ups! Aku hampir saja menabrak Rama yang berdiri tepat di belakangku.

Rumah [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang