"Nih aspirin lo." Alen meletakan sebuah obat lengkap dengan segelas air putih di atas meja makan.
Andara yang telah selesai mandi baru menyadari pening di kepala yang semakin lama semakin terasa.
"Mau dianter nggak?" ucapnya sembari memijit pelan pelipisnya.
Alen menatap ngeri padanya, seumur hidup ia tidak pernah merasakan minuman beralkohol, seringnya mengurusi teman satu apartemen yang kadang menyusahkan. "Gak usah, lo istirahat aja. Gue berangkat yaaah!"
"Yoo ..."
Pemuda Andara mengambil aspirin yang Alen berikan. Lantas menelannya dalam satu kali tegukan. Semalam dirinya minum terlalu banyak pastinya jika di pagi hari merasa tewas begini.
Merasa bosan, ia membuka laman Instagram yang tidak ter-refresh sejak malam—menampakan foto seorang lelaki memeluk tubuh pria mungil di hadapannya.
Senyuman miring terulas di bibir, sakit hatinya mulai datang kembali. Sudah hampir setahun namun nyatanya rasa itu belum sepenuhnya hilang.
"Lo kok gampang banget buat ngelupain gue?"
›:‹
Suasana sepi menyambut Nalendra di gerbang sekolah. Ini masih terlalu pagi namun pertengkarannya dengan Andra membuatnya ingin lekas pergi.
Ia membawa tungkainya malas kearah kelas, bahkan lorong SMA dikawasan Dago ini hanya ada satu-dua orang saja. Begitu lenggang.
"Alen!" dari kejauhan terdengar seseorang memanggil namanya, kemudian berlari menghampiri.
"Heh!" ujarnya seraya menepuk bahu pemuda tan. "Gak ada angin gak ada ujan—tumben dateng pagi?"
Itu Junghwan Adiwarna, menyambutnya dengan senyum lebar juga donat goreng ditangan yang selalu ia beli di kantin sekolah.
"Gabut gue di rumah." ia berbohong.
"Cielah, kan ada Kakak Ganteng?"
"Apaan sih lo, males ah!" Nalendra kemudian berlari meninggalkan teman sebangkunya yang turut mengejar sembari tertawa.
Pelajaran Matematika selalu membuatnya pusing. Bukan tidak mengerti, hanya saja dirinya dan angka bukanlah sahabat yang baik.
Setelah mengotret beberapa rumus yang diterangkan, ia mengambil ponsel yang bergetar disakunya secara diam-diam.
Tiang listrik:
Pulang jam berapa?
Gue jemput biar langsung ke hotel.Jam 2, ok.
Y
Dia mendengus sebal ketika membaca pesan yang Andra sampaikan. Teringat kembali dengan kejadian tadi pagi—mereka serius akan menikahkan?
"Alen ..." Si Adiwarna menyenggolnya, membawanya kembali dari lamunan. "Ngelamun aja, lagi kenapa deh?"
"Gak ada apa-apa kok, Ju."
Lelaki itu memegangi keningnya, kalau-kalau dirasa panas atau ada yang salah disana. "Dingin kok! Tapi lo kok jadi soft gini ... gue ngeri anjir!?"
Yang lebih tua menatapnya nyalang, kesal dengan lelaki Adiwarna yang terus mengganggunya sejak bel pertama.
Awalnya ia akan mengomel, menghujani lelaki itu dengan amarah. Namun urung malah mengambil nafas dalam dan menghembuskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident | hajeongwoo [ ✓ ]
Fanfictiondua pemuda yang berasal dari kota yang berbeda harus berbagi tempat tinggal saat haruto andara melanjutkan pendidikan di kota bandung. meski hampir setahun tinggal dalam satu atap, akur bukanlah kata yang tepat untuk menggambarkan keduanya. keadaan...