Sudah satu bulan semenjak pernikahan Alen dan Andra berlangsung. Tidak ada yang berubah, mereka masih berteman seperti biasa. Berteman seperti setengah tahun kebelakang, hanya saja mereka semakin akrab dan lebih sering mengobrol juga Andra lebih sering menghabiskan waktunya di apartemen ketimbang kelayapan seperti sebelum menikah.
Entah mengapa, perasaan Andra yang dulu merasa asing pada Alen kini lambat laun berubah. Ada sesuatu yang baru ia sadari, bungsu Nalendra itu orang yang asyik untuk diajak bertukar fikiran. Membuka sisi lain pemikirannya.
Ia sering bercerita, banyak bahkan. Tentang berbagai hal yang terjadi di kehidupannya tentunya. Andara memang begitu, tidak pernah ada yang ditutup-tutupi. Meski di awal perjanjian pernikahan dia yang lantang meminta ‘privasi’ nyatanya pria itulah yang malah tidak memiliki rahasia di antara keduanya.
Juga tentang mantan kekasihnya, Aiden, Andra tidak jadi untuk pergi ke Jakarta dan mendatangi pertunangan pria itu dengan kekasih barunya. Meski pada awal keinginannya menggebu untuk pergi ke sana, namun urung berkat Harsa yang memberi petuah kecil namun cukup untuk merubah niatannya. Bahwasanya, siapapun yang telah menjadi masa lalu biarkan saja tersimpan di sana, ucapnya.
Oleh karena itu, kado yang telah ia beli dan dibungkus sedemikian cantik tempo hari saat membeli bersama Alen, ia kirim saja melalui jasa kurir yang terletak tepat di sebrang gedung apartemennya. Terlalu sayang bukan jika kado itu terbuang sia-sia?
“Sirup maplenya mau di tumpahin apa di pisah?”
Alen yang sedari tadi berkutat di dapur kecil mereka memecah fokus Andra pada acara bulu tangkis di televisi.
Selepas bel sekolah berbunyi, ia sengaja buru-buru pulang karena tahu teman seatapnya itu berdiam diri di rumah. Dan Alen yakin, lelaki yang lebih tua pasti belum makan sedikit pun sejak bangun tidur.
“Satuin aja gapapa.” jawabnya tanpa memutus pandangan pada layar benda pipih yang tertempel di dinding.
Siang ini, cuaca cerah terlihat jelas dari jendela unit mereka yang nampak bersih berkat kedua lelaki jangkung ini bekerja sama membersihkan tempat tinggal mereka di hari sabtu kemarin.
Alen yang memang malas untuk datang ke sekolah untuk melihat ekskul seperti biasa, membangunkan Andra pagi-pagi sekali untuk mengajaknya bebersih rumah.
Hal itu tentu mendapatkan penolakan pada di awal, namun Andra luluh juga saat Nalendra mengeluarkan tatapan memelas yang membuat lelaki Watanabe melipat lengan bajunya dan mulai sergap memegang lap.
“Nontonnya sambil dimakan, nih. Kalau dingin entar nggak enak.”
Alen meletakkan dua buah hidangan di meja ruang tengah mereka. Satu piring yang terisi waffle dan satu lagi sebuah mangkuk berisikan baso tahu yang ia beli saat perjalanan pulang.
“Menang apa kalah?” tanya Alen basa basi sembari mulai menyendok siomay di mangkuknya.
“Unggul dong 4-1.” Jawab yang lebih tua bersemangat. "Nanti lanjut yang ganda putra."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident | hajeongwoo [ ✓ ]
Fanfictiondua pemuda yang berasal dari kota yang berbeda harus berbagi tempat tinggal saat haruto andara melanjutkan pendidikan di kota bandung. meski hampir setahun tinggal dalam satu atap, akur bukanlah kata yang tepat untuk menggambarkan keduanya. keadaan...