"kak doyoung, aku suka sama kakak."
saat doyoung sedang makan di kantin, dengan tiba-tiba seorang gadis berdiri di depan doyoung dan dengan lantang mengucapkan kalimat tersebut.
doyoung tak tau dia siapa. dia hanya tau bahwa gadis didepannya ini adik kelasnya, mengingat tadi dia memanggilnya 'kak'.
ia tersenyum tipis, "maaf, saya ga bisa balas perasaan kamu."
sang gadis ikut tersenyum, kemudian mengangguk, "gapapa, aku cuma mau ngasih tau aja, biar lega." kemudian ia berlalu dari sana.
doyoung berdecak kagum. ia kira akan ada drama menangis seperti biasanya.
matanya menyusuri setiap langkah gadis itu pergi. tak menyadari kehadiran yedam yang melihatnya dari jarak jauh sana.
baru seminggu pacaran kok udah bikin panas aja sih?!
°°°
seharian ini yedam diam, doyoung sadar akan hal itu.
"kak, kenapa?"
"gapapa."
"jangan cuma gapapa, saya ga bisa baca pikiran orang."
yedam merengut lalu menghentakkan kakinya. memutuskan untuk segera masuk ke kamarnya dan meninggalkan doyoung dibelakang.
yedam kira, doyoung akan masuk ke kamarnya sendiri untuk berganti baju, ternyata tidak. ia malah mengikuti yedam sampai ke dalam kamarnya, menagih jawaban dari pertanyaannya tadi.
"kak,"
"gapapa."
"saya belum nanya padahal.."
"oh."
doyoung lama-lama juga kesal.
kerah seragam belakang yedam ditarik, membuat yedam sedikit terbatuk karena tercekik.
"GILA KAMU? KAKAK GA BISA NAPAS, DOYOUNG."
merasa bersalah, doyoung kemudian melepaskan tarikannya lalu mengelus leher yedam.
"sakit kak?"
yedam mengabaikan. doyoung menghelas napas.
"kak, kalau saya ada salah, kasih tau dong."
lagi-lagi tak dijawab.
"hei-"
"minggir, aku mau keluar."
yedam berseru acuh. sebenarnya ia tak ingin membuka suaranya, namun doyoung menghalangi jalan keluarnya dari kamar.
melihat yedam yang tampak rapi dengan setelan baju pergi, doyoung mengernyit heran.
"mau kemana?"
"kepo."
kali ini doyoung marah.
doyoung mencengkram lengan yedam kuat, sedikit membuat yedam meringis.
"susah sekali untuk menjawab, iya?" doyoung bertanya dengan nada rendah.
yedam bergetar ketakutan. ditambah cengkraman doyoung yang sama sekali belum terlepas, membuat yedam menjadi ciut.
"jawab."
"m-mau pergi sama keita."
"apa tujuannya?"
"keita ngajak ngedate."
cengkraman pada lengan yedam mulai mengendur. doyoung memandang yedam sinis.
"oh, jadi ga inget kalau kakak sudah ada saya? oke."
"doyoung, bukan gitu.."
"jelaskan."
yedam menunduk, bibirnya dilengkungkan kebawah, dengan tangan yang memilin ujung bajunya acak.
"kim yedam."
yedam mendongak menatap doyoung. matanya sudah berkaca-kaca.
"h-hiks, huhuhu dobby, maaf.."
tatapan doyoung melemah. tanganya dengan segera menarik tubuh yedam untuk didekap, tak peduli dirinya masih mengenakan seragam.
ia hanya tak bisa melihat yedamnya menangis, apalagi embel-embel 'dobby' yang diucapkan tadi.
doyoung mengelus surai yedam lembut, "jadi, bisa dijelasin kenapa?"
yedam mengangguk, kemudian menceritakan tentang doyoung dan adik kelasnya yang sedang berada di kantin tadi. ditambah mata doyoung yang tampak seperti mengikuti kemanapun jejak si adik kelas, membuat yedam cemburu.
mendengar penjelasan yedam, doyoung tertawa.
"iya, tadi dia confess ke saya, tapi saya tolak kok. kalau ga percaya, coba tanya sama dia."
yedam menyandarkan kepalanya pada dada doyoung sambil berusaha menghentikan sesenggukannya.
"maaf kalau kakak cemburu karena itu. tadi saya cuma kagum, waktu ditolak kok responnya biasa aja. akhirnya saya ngeliatin dia terus."
melihat yedam yang siap menangis lagi, doyoung buru-buru menjelaskan, "eh, eh, bukan berarti saya tertarik, kak. serius, deh. biasanya kan perempuan yang saya tolak selalu berakhir nangis.. duh, gimana jelasinnya ya? intinya saya ga tertarik sama dia." kalimat akhir diucapkan doyoung dengan tegas.
"lagipula saya sudah punya kakak, ga mau nambah lagi. sudah lebih dari cukup."
______________
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite the Star - Dodam
Fanfiction"kalau saya bisa, saya mau nulis ulang takdir tentang kita." warning! harsh words wrote in lowercase, except for some parts [ attached media are cr. by pinterest ]