14 : dua rasa

391 88 27
                                    

lagi-lagi yedam termenung. merenungi kesalahannya dulu saat menerima ajakan adiknya untuk menjalin kasih.

bagaimana senyum itu ketika yedam menerimanya dengan malu-malu, bagaimana tangan halus milik doyoung yang selalu mengusap rambutnya saat rengkuhan hangat ia terima dulu.

walaupun begitu, andai waktu bisa membawanya kembali, ia tak akan menyesal untuk mengulangnya berkali-kali.

walaupun akhir dari mereka tak pernah ia harapkan untuk hadir di tengah-tengah cerita ini.

tok tok

cklek

"yedam.."

bunda melihat kearah yedam yang tengah meringkuk diatas ranjangnya.

beliau kemudian menyentuh bahu pemuda tersebut, menimbulkan reaksi kejut pada tubuh yedam.

yedam memindahkan posisinya menjadi duduk, "a-ah, bunda, maaf. kenapa bunda?"

bunda memperhatikan wajah milik putra sulungnya. tangannya kemudian dibawa untuk mengelus kantong mata yang setahun belakangan selalu hadir di bawah mata sayu milik putranya itu.

"pasti sulit ya?"

senyum yang tadi tersemat pada bibir yedam perlahan memudar.

sulit sekali.

"bunda minta maaf."

seolah tak terjadi apa-apa, yedam mengukir senyumnya kembali.

"yedam mau ngampus dulu, bun."

yedam menggigit bibir bawahnya, berusaha meredakan isakan yang hampir lolos dari bibirnya. menunduk guna menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca.

saat yedam beranjak dari kasurnya, bunda lebih dulu mendekap tubuh mungil tersebut kedalam dekapannya.

yedam hanya diam, memandang kosong arah di bawahnya.

tangannya masih enggan membalas pelukan sang bunda, begitu pula bibirnya yang masih terkunci rapat, enggan membuka suara.

"udah setahun,"

"doyoung bukan buat kamu, yedam."

°°°

doyoung hanya melamun menatap langit-langit kamar apartemennya.

sudah setahun, dan doyoung masih belum bisa melepaskan jerat bayangan yedam.

bagaimana kabarnya hari ini?

akses untuk mengubungi yedam telah diputus oleh sang ayah, membuat doyoung selalu berusaha untuk menekan rasa rindu yang belum bisa ia selesaikan.

apa kak yedam istirahat dengan baik?

doyoung sering terjaga pada malam hari, menuntaskan isi kepala yang selalu berkecamuk. terlalu banyak berandai tentang yedam dan dirinya.

andai dulu ia tak menjalin hubungan dengan yedam,

andai dulu ia menekan perasaannya untuk yedam,

dan andai, ia tak bersaudara dengan yedam.

doyoung kemudian memutuskan untuk keluar. menghirup udara segar pada malam hari sepertinya cukup membantu untuk menenangkan pikirannya yang berantakan.

mengambil jaket yang tersampir pada hanger, doyoung segera berjalan kearah lapangan luas yang berada dekat dengan apartemennya.

ia lalu mendudukkan diri tepat ditengah-tengah. suasana cukup ramai saat ini. bersyukur karena setidaknya, kesendiriannya akan ditemani beberapa kerumunan yang tengah asik berbagi tawa.

doyoung mendongak, mengamati awan yang samar tampak bergerak.

No one can rewrite the stars
How can you say you'll be mine

nada lirih yang terdengar membuat doyoung memejamkan matanya.

Everything keeps us apart

dulu, saat tangan yedam dan doyoung masih bertaut, doyoung selalu meyakinkan yedam bahwa mereka selalu bisa menulis ulang cerita tentang mereka sendiri.

And I'm not the one you were meant to find
It's not up to you, it's not up to me
When everyone tells us what we can be

tapi doyoung selalu mengingkari, bahwa ia sama takutnya dengan yedam.

takut dengan realita yang terhubung jelas di antara mereka.

And how can we rewrite the stars?
Say that the world can be ours, tonight

"Tuhan, saya hanya ingin menulis ulang takdir milik saya dengan kak yedam."

_______________

so sorry for the late update, asksk. ga ada mood main wp, even buat baca sekalipun. padahal book ini udah aku bikin draftnya sampe selesai, tapi males update :"D

semoga masih ada yang nungguin, makasii!

Rewrite the Star - DodamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang