13 : sorry

416 95 16
                                    

"DOYOUNG, YEDAM!"

seperti diperlambat, suara itu memasuki indra pendengaran mereka. disusul suara tamparan yang menggema di ruangan.

nama-nama yang baru saja dipanggil hanya diam tak berkutik. berdiri dengan pandangan yang ditundukkan menjadi satu-satunya opsi.

"bu-bunda tadi ga salah liat kan?" ucapan bunda melirih.

doyoung menyentuh pipinya yang berbekas tamparan, "bunda.."

kekosongan sempat menghampiri sejenak, membuat suasana kian menegang.

doyoung berkali-kali merutuki dirinya sendiri dalam hati.

andai ia bisa mengontrol diri tadi,

sedangkan yedam hanya menunduk, tak berniat untuk sekedar melirik ke arah bunda yang tengah memasang raut kecewa.

"kalian saudara, dan itu ga pantes buat dilakuin sama kalian!"

dengan bersimpuh, yedam memohon, "bunda, maaf, yedam.. yedam tau ini salah. tolong maafin yedam sama doyoung, bunda."

bunda memandang kosong yedam, "kenapa kalian ngelakuin ini?"

"bunda,"

"sejak kapan, doyoung?"

"a-apa karena bunda sama ayah terlalu sibuk sampai ga merhatiin kalian? maaf, bunda minta maaf."

yedam menggelengkan kepalanya, berusaha menahan badan bunda agar kembali berdiri ketika bunda bersiap meletakkan lututnya pada dinginnya lantai.

"kita yang minta maaf. bunda, bunda!"

"bunda minta maaf. bunda— bunda janji bakal berhenti dari kerjaan dan mulai ngasih kalian perhatian lebih. tapi bunda minta tolong, tolong jangan lakuin hal itu lagi. kalian.. kalian ga boleh-"

bunda menutup mulutnya, masih terlalu sulit untuk percaya dengan pemandangan yang tadi menyambutnya, ketika ia dan suami baru saja pulang dan menjejakkan kaki di ruang keluarga.

kedua putranya tengah saling bertindih dengan bibir yang saling berkait?

"doyoung,"

"maaf, ayah."

"ayah perlu bicara, dengan yedam juga."

°°°

ayah menatap datar kedua putra yang ada didepannya, "sejak kapan?"

"ayah, maaf-"

"sejak kapan hubungan kalian dimulai?"

"ayah-"

"SAYA TANYA, SEJAK KAPAN?"

yedam bergetar ketakutan. doyoung yang mengerti situasinya segera menggenggam tangan yedam dan mengusapnya lembut.

ayah yang menangkap pemandangan itu kemudian berdecih.

"hubungan kalian itu ga lebih dari kata menjijikkan. saya ga mempermasalahkan dengan orientasi seksual kalian, tapi apa ini? hubungan sedarah? kalian gila?"

doyoung menunduk, total menyalahkan dirinya. karena dia yang meminta yedam untuk memulai hubungan dengannya.

ayah menghela napas pelan, berusaha mengontrol emosi. membiarkan keheningan melingkupi sejenak, lagi.

"maaf, ayah gagal didik kalian."

yedam terisak dan melepaskan genggaman doyoung, "e-engga yah, yedam sama doyoung yang minta maaf karena udah ngecewain ayah sama bunda."

yedam berjalan mendekati sang ayah, berniat untuk memeluk sosok yang paling ia segani sejak dulu.

namun ayah tak berniat membalas ketika yedam mulai melingkarkan lengan pada lehernya.

"sejak kapan, yedam?" ayah bertanya lembut.

"7 bulan yang lalu, a-ayah. hiks- yedam minta maaf." suara yedam teredam oleh dada milik sang ayah.

doyoung masih menundukkan kepalanya, tak mempunyai nyali untuk menatap mata lelah milik sang ayah.

"maaf, ayah ga bisa ngasih restu," ayah berucap lirih.

"dan khusus untuk doyoung, bereskan barang-barangmu. kamu bakal terbang dan melanjutkan sekolah di australia."

Rewrite the Star - DodamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang