"waduh, asik banget ya keliatannya?" yedam menyindir doyoung yang tengah duduk bersama segerombolan wanita.
padahal dapat dilihat jelas, doyoung tampak tidak nyaman dengan posisi tersebut.
"engga, kak." doyoung menatap yedam dengan pandangan memohon bantuan, namun yedam memilih acuh dan meninggalkan area lapangan.
doyoung memijit pangkal hidungnya pelan, "permisi, maaf, saya mau ke kelas, bisa tolong—"
"KITA ANTERIN KOK."
°°°
bel istirahat berbunyi, doyoung dengan segera keluar dari kelas dan mencari tempat aman untuk bersembunyi dari kejaran orang-orang tadi.
ia kemudian berlarian di koridor sekolah dan tak sengaja menabrak yedam hingga terjatuh.
"astaga, maaf kak!" doyoung segera membantu yedam untuk berdiri, namun tangannya ditepis.
"kak, kak!" doyoung berteriak memanggil yedam yang sudah melengos pergi.
"eh, eh, itu kak doyoung!"
mendengar seruan yang tak asing, doyoung segera berlari mengejar yedam dan menariknya pergi.
menghiraukan protesan yedam, doyoung berlari secepat kilat menghindari orang-orang yang masih mengejarnya.
yedam menumpu tangannya pada lutut ketika mereka telah sampai pada tujuan—toilet pria—dan doyoung telah melepaskan genggaman mereka. napasnya tersengal-sengal sehabis diajak berlari.
sedangkan si tersangka sedang diam-diam mengintip keluar, memastikan orang-orang tadi tak mengejar dirinya lagi.
"ngapain sih?!" yedam berseru kesal.
"tadi saya dikejar-kejar lagi,"
"terus kenapa harus narik kakak?!"
"nanti kalau saya sama mereka, kakak malah marah," jawab doyoung polos.
yedam menegakkan tubuhnya ketika napasnya mulai normal kembali, "pede banget."
doyoung menghela napasnya, kemudian mendekati yedam.
"marah-marah terus kenapa sih, hamil ya?"
yedam mendelik, "mulutmu sembarangan banget! aku cowok loh ini, buta mata kamu?"
"tapi, kok, manis banget?" doyoung terkekeh.
"gombal terus." yedam menatap doyoung jengah.
"udah dong marahnya, ya?" bujuk doyoung sambil mengelus pipi sang kakak.
"mending pacaran aja tuh sama mereka," balas yedam jutek.
"ga mau, mau sama kakak aja."
"kan lebih enak, bukan saudara, bisa dikenalin ke ayah bunda, terjamin hubungannya."
doyoung melirik tak suka, "jangan diungkit.""loh, bener kan? lebih bebas kalo mau pacaran. di sekolah bisa, di rumah bisa, di depan ayah bunda juga bisa."
pandangan doyoung melemah, "kak,"
"apa kakak mempermasalahkan tentang itu?"
"kamu kira selama ini aku ga pernah mikir sampe sana? setiap aku tanya tentang gimana kita selanjutnya, kamu cuma diem. aku bingung harus gimana, doyoung." yedam menyandarkan kepalanya pada bahu doyoung, mengistirahatkan sejenak pikiran yang sedari tadi menganggunya.
doyoung mengelus pucuk kepala yedam, berharap bisa menyalurkan sedikit afeksinya pada si yang lebih tua.
"kakak tau, saya ga pernah punya jawaban tentang itu,"
doyoung mengangkat dagu yedam, menilik mata rubah yang tampak sayu.
"tapi pertanyaan itu memang ga perlu dijawab. selagi saya masih menggenggam tangan kakak dengan erat, kakak bisa percaya sama saya kalau semua masih baik-baik aja."
selanjutnya, doyoung memanggut bibir yedam lembut. melupakan permasalahan sejenak, tak peduli masalah apalagi yang menunggu mereka nanti.
"DOYOUNG, WHAT THE F— SAMA KAK YEDAM?"
______________
sesuai janji, dodam selca aku up.
kayak, TUHAN DENGERIN DOAKU BANGET??BARU AJA KEMAREN MINTA DODAM UP SELCA, BESOKNYA UDAH UP AJA.
mana kemaren abis ada harukyu pelukan di syopi. kalo jaesahi mah, no need to ask kayaknya 🥲
mau nangis dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite the Star - Dodam
Fanfiction"kalau saya bisa, saya mau nulis ulang takdir tentang kita." warning! harsh words wrote in lowercase, except for some parts [ attached media are cr. by pinterest ]