07. kabur

18.3K 1.5K 11
                                    

Kejadian tadi sudah berlalu, kini bel pulang sudah berbunyi. Seluruh siswa sudah berhamburan untuk pulang. Varsha pun sama, gadis itu sudah berjalan menuju parkiran dengan Candra yang sedari tadi terus menggandeng tangannya. Varsha hanya bisa pasrah, begitu pun saat Candra memakaikan helm. Setelah naik, motor pun melaju dengan kencang. Entah mengapa Varsha merasa begitu lelah, gadis itu lalu menyandarkan kepala pada punggung Candra. Tentu Candra merasa begitu terkejut karna ini baru pertama kalinya Varsha seperti ini. Candra jadi berfikir kalau ia memperlakukan Varsha dengan keterlaluan, hingga gadis malang itu jadi seperti ini.

"Masuk sana" ucap Candra saat sudah berada dibasecamp.

Varsha menghela nafas kasar, tanpa mengatakan apapun dia berjalan memasuki Basecamp. Candra pun ikut turun untuk mengunci basecamp dari luar. Kebetulan sekali tak ada satu pun orang dibasecamp ini. Varsha tak peduli, ia lebih memilih masuk ke Kamar dan langsung merebahkan dirinya. Suasana begitu hening, bahkan Varsha sampai bisa mendengar helaan nafasnya sendiri. Varsha yang merasa bosan pun memilih untuk duduk, menatap pada jendela besar yang mengarah langsung pada langit dan deretan pohon besar. Karna basecamp ini terletak jauh dari deretan rumah warga, maupun perkotaan. Sedikit merinding, karna sekarang dirinya sendirian di basecamp.

Wait!

Sendirian??

SENDIRI?!!

Varsha menggeleng kuat "Apa yang lo pikirin! Lo sendiri yang udah setuju jadi pacar Candra"

Varsha lalu kembali diam, tubuhnya seakan memberontak agar dirinya melakukan sesuatu agar bisa kabur dari sini. Varsha berteriak kesal, ia lalu berjalan mendekati jendela itu. Varsha jadi kesal sendiri, ia ingin sekali kabur namun ia juga sudah setuju untuk berada disisi Candra. Tapi setelah Varsha berfikir lama, ia akhirnya memutuskan untuk kembali melanggar janji itu. Varsha lalu menatap sekeliling mencari benda yang mungkin bisa memecahkan kaca ini. Percuma saja jika keluar lewat pintu pasti seluruh pintu sudah dikunci.

Varsha tak menemukan apapun yang mungkin bisa memecahkan kaca. Tak ada pilihan lain, Varsha menyeret sebuah kursi kearah jendela. Setelahnya Varsha mencoba sebisa mungkin mengangkat kursi itu. Walaupun lengan Varsha terasa ingin patah namun Varsha harus bisa. Ini adalah satu-satunya kesempatan yang tak boleh dilewatkan.

PYARRR!!!

Varsha tersenyum puas melihat kini kaca sebagian sudah pecah. Ia lalu melempar kursi kesembarang arah. Sekarang Varsha gunakan kakinya untuk memecahkan sisa kaca yang sudah retak. Beruntung sekali Candra memberikan Varsha sepatu yang sangat mahal jadi mau menendang apapun tidak akan rusak.

Setelah selesai Varsha langsung menatap kebawah. Tapi tunggu, bagaimana Varsha turun? Bahkan tak ada balkon disini, Varsha kembali memutar otaknya mencari ide. Kalau pun mau pake tali, Varsha tak menemukan apapun untuk dijadikan tali. Hanya ada selimut pendek yang sama sekali tak berguna. Gadis itu lalu berhenti berfikir. Sekali lagi Varsha menatap kebawah, cukup tinggi.

"Oke, nggak ada pilihan lain"

Varsha menghela nafas panjang, seulas senyum tipis terbit diwajahnya. Dibawahnya itu tanah dengan rerumputan yang cukup lebat. Kemungkinan jika Varsha melompat tak akan terlalu sakit jika pendaratannya benar. Dengan berbekal keberanian, Varsha nekat Lompat dari lantai dua. Tubuhnya terasa terbang, ia terus memejamkan matanya berdoa agar tak cidera karna hal konyol ini.

BRUKKK

Tubuh Varsha menghantam keras tanah bahkan sedikit berguling. Beruntung, ia tak terkilir. Namun darah mengalir dari beberapa titik ditubuhnya, paling parah dibagian kening dan lutut. Perlahan Varsha membuka matanya, ia tersenyum saat menyadari dirinya masih bisa bernafas. Karna pada dasarnya Varsha tak mudah menangis hanya karna sebuah luka pada fisiknya. Gadis itu berusaha bangkit walaupun seluruh tubuhnya sakit. Setelah berhasil kembali menegakan tubuhnya, ia pun berlari dengan secepat mungkin walaupun tanpa arah, yang ia fikirkan sekarang adalah bisa pergi dari Candra.

Gadis itu terus berlari tanpa mengenal lelah. Baginya bisa bebas dari Candra adalah hal terpenting, tak peduli nanti seluruh tubuhnya akan terasa sakit. Hingga Tanpa terasa hari sudah malam, tapi Varsha masih berjalan tak peduli tubuhnya sudah dibanjiri keringat, kaki nya sudah mati rasa. Kini dirinya sedang menelusuri sebuah jalan yang diapit oleh pepohonan yang sangat lebat. Takut? Jangan ditanya! Varsha sangat takut kegelapan tapi melihat wajah Candra itu jauh lebih menakutkan.

Karna merasa begitu lelah, Varsha memilih untuk duduk dibawah salah satu pohon. Ia melepas jas sekolah yang langsung memamerkan lekuk tubuhnya, kaos yang sudah basah karna keringat sungguh membuat lekukan tubuhnya terlihat jelas. Tapi bukan ini yang harus dibahas, Varsha harus mencari seseorang yang bisa ia mintai bantuan. Namun tak mungkin juga ada seseorang lewat tengah malam dihutan seperti ini.

Tapi keberuntungan seperti memihak pada Varsha, gadis itu terseyum senang saat melihat mobil tengah melaju kearahnya. Dengan segera Varsha berdiri ditengah jalan seakan ingin menyetop mobil itu. Namun baru ingin melambaikan tangannya, Varsha menyipitkan mata nya melihat pengendara mobil itu. Mata Varsha membulat sempurna saat melihat wajah pengendara mobil itu yang terlihat jelas karna pancaran sinar rembulan.

"Candra?!"

Varsha panik bukan main melihat pemilik mobil itu ternyata Candra, kepanikannya semakin bertambah saat mobil itu semakin melaju cepat kearahnya. Kaki Varsha hendak berlari kearah berlawanan, namun ia dikejutkan dengan sekumpulan motor juga melaju kearahnya. Varsha bisa menebak kalau mereka semua adalah teman Candra. Varsha yang sudah sangat panik pun memilih untuk berlari memasuki hutan, Varsha menangis dalam diam. Tubuhnya gemetar karna ketakutan.

BRUKK!

Tubuh Varsha menghantam tanah karna kakinya mendadak mati rasa. Gadis itu panik karna tak bisa lagi berdiri karna luka pada lututnya cukup parah. Karna tak ada pilihan lain, Varsha memilih untuk merangkak mendekati salah satu pohon besar untuk dijadikan tempat persembunyian sementara. Gadis itu terus merapalkan doa berharap sang maha kuasa memberikan keselamatan. Varsha menangis dalam diam, sebisa mungkin ia tak mengeluarkan isakan.

"Ya Tuhan, selamatkan Varsha"

TBC.

CANDRA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang