| Chapter 12 | : Uncontrol Ma Self

18 6 0
                                    

Yang bisa kulihat hanya gelap dan rasa perih. Dinginnya air yang menelanku mampu membuat tulang-tulang di dalam tubuhku seakan membeku. Tangan dan kakiku telah hampir terasa keram jika terus saja bergerak di dalam air.

Meraih permukaan dengan memunculkan setengah badan dan menghirup oksigen, lalu kembali tenggelam ke dalam air. Meronta-ronta di dalam air adalah hal yang menyedihkan. Dengan harapan akan ada orang yang datang menolongku keluar dari kolam. Aku tidak menghitung berapa kali mulutku terbuka dan berhasil menelan air kolam.

Dadaku perih dan sesak. Tanganku menggapai ke atas, mengacung ke permukaan dengan gerakan terus meronta. Suara air yang bising membuatku berharap akan ada seseorang yang mendengarnya, melihatku dan segera menolongku.

Tolong ... siapa saja!

Ketakutanku telah kembali merenggut sebagian dari nyawaku, mungkin. Aku sama sekali tidak bisa berenang. Tidak mungkin, jika punya fobia dengan air tapi bisa berenang, itu jarang terjadi.

Tubuhku melayang di dalam air. Entah sedalam apa kolam ini. Yang kurasakan sejak jatuh ke dalam kolam tidak ada semacam pijakkan dasar tanah atau setidaknya tumpukkan lumpur lembek di dalam air.

Seluruh tubuhku tenggelam, melayang-layang di dalam air yang cenderung begitu gelap. Kemudian, kedua bola mataku yang terasa perih melihat sosok tubuh yang tak jauh jaraknya dariku berada.

Di dalam air.

Seorang gadis yang ikut tenggelam, meronta-ronta sama seperti yang kulakukan saat ini. Gaun tidur berwarna putih yang bisa kupastikan itu, berhasil membuat pandanganku semakin jelas. Gadis itu terus saja meronta-ronta.

Siapa dia? Kenapa dia bisa tenggelam bersamaku?

Aku ingin membantunya, tapi tidak bisa jika keadaanku mirip seperti dirinya, tenggelam dalam air yang sama dan berharap akan ada seseorang yang datang menyelamatkan kami berdua. Berdua? Aku terenyak. Bersamaan dengan suara air yang berisik—benda jatuh ke dalam kolam.

Sementara udara dalam paru-paruku telah tergantikan oleh air kolam. Rasanya perih dan menyakitkan. Remang-remang mataku memburam dengan seluruh tubuhku yang perlahan melemas.

Aku menyerah dan rasanya tubuhku semakin jatuh tenggelam. Aku bahkan tidak melihat sosok gadis yang tenggelam itu, entah mungkin sosok gadis itu adalah bagian dari halusinasiku lagi.

Aku tidak peduli, jika keadaanku sekarang  telah hampir akan segera sekarat.

Mataku terasa berat dan perlahan memburam. Sebelum air di sekitarku bergerak karena sebuah gerakan besar. Aku melihatnya, pria itu datang dengan gerakan menyelam dan berenang di dalam air, sungguh begitu handal. Dia mencengkeram kedua tanganku dan menarikku dari kolam sebelum semuanya berubah gelap gulita.

****

Aku membuka mata dengan sebuah dorongan air yang keluar dari dalam paru-paruku. Menyembur dari mulut dan berakhir dengan terbatuk-batuk.  Nyeri di dada dan tenggorokan, seluruh tubuhku lemas bukan main. Basah kuyup dengan kedua mata yang panas. Deru napasku memburu meminta pasokan oksigen sebanyak mungkin. Perlahan bola mataku menatap sekitar dengan gerakkan lemah serta rasa takut.

Bisa kulihat dengan jelas, Daman berada
beberapa puluh senti dari wajahku sekarang. Wajah serta rambutnya basah, tetes-tetes air berjatuhan. Pakaiannya juga basah kuyup sama sepertiku. Aku bertambah yakin sebelum kehilangan kesadaran di bawah air. Daman datang dan menyelamatkanku tepat waktu.

"Kau sudah sadar?" kata Daman. Rautnya
terlihat berangsur-angsur tenang, setelah tadi terlihat sekali gurat kepanikan di wajahnya. Aku mengerang merasakan rasa sakit di tenggorokan dan dada. Pasti ini akibat air yang masuk ke dalam paru-paruku.

THE TALK : Beyond The Water ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang