Ucapanku memang keterlaluan kemarin pada Daman. Saat itu entah kenapa aku sangat ingin tahu tentang Dana. Karena gadis hantu itu sering mengganggu dan menampakkan dirinya. Meskipun akhir-akhir ini wajah menyeramkannya tak muncul. Tapi kembali lagi jika ucapanku sangat frontal waktu itu, lancang dalam artian sebenarnya. Daman bereaksi sangat berlebihan, menolak tahu tentang Dana karena aku sangat yakin Daman berbohong. Bagaimana mungkin Dana, hantu itu meminta aku menjauhi pria yang akhir-akhir ini hadir dalam hidupku, siapa lagi kalau bukan Daman. Hanya dia satu-satunya.
Jadi, benar adanya, memang mereka berdua memiliki hubungan.
"Ah, apa harus aku melakukan ini," kataku pada diri sendiri sambil berjalan setengah malam melewati jalan kompleks yang sepi menuju rumah Daman yang tak jauh jaraknya. Hampir saja aku menelan apa yang kukatakan dan berusaha menjadi gadis tahu diri.
Meminta maaf kepada Daman atas kata-kataku kemarin. Sejak saat itu Daman tak datang, bahkan malam tadi, aku sendirian cukup takut jika gadis hantu itu datang. Dan ternyata, hantu itu tak tampak muncul. Setelah kami bertemu di mimpiku, semuanya seolah selesai.
Halaman rumah Daman cukup bersih, mirip sedikit dengan rumahku. Namun, ada banyak bunga mawar putih yang ditanam di pot keramik tepat di samping rumah. Sebagian layu karena mungkin kurang dirawat. Uniknya pot itu diletakan berkerumun di satu tempat saja.
Pintu rumah Daman dicat dengan warna merah gelap yang kusam. Aku mendekati pintu setelah menginjakkan kaki diteras rumah dan tangga kecil berdebu di depan.
"Bagaimana pun juga, ini tetap salahku." Sudah ke empat puluh kalinya aku meyakinkan itu meski ya, rasanya bukan salahku.
Aku mengetuk pintu itu beberapa kali, namun tak ada jawaban dari dalam. Memanggil nama Daman pun masih belum ada sahutan. Jengah melanda, tak berhenti aku mengetuk pintu cukup keras. Dan pada akhirnya karena tak tahan harus berdiri di depan pintu. Aku menekan knop pintu yang baru kusadari tak dikunci. Pintu terbuka lebar secara perlahan saat aku melepaskan cengkeraman tanganku pada knop.
Hal pertama yang kulihat dari rumah itu adalah berantakan dan gelap. Tirai-tirai yang menjuntai menyentuh lantai dibiarkan menutup sumber cahaya dari kaca. Lampu gantung yang besar pun tampak rusak dan tak berfungsi semestinya. Sofa-sofa yang tak beraturan, tumpukkan sampah plastik bening, sarung tangan karet yang ada di mana-mana, beberapa botol kosong berukuran besar serta remasan kertas. Itu semua menghiasi sebagian besar lantai di dalam rumah Daman.
Sejenak kupikir, apa aku salah masuk rumah? Tidak mungkin Daman, pria yang selalu terlihat segar, bersih, rapi dan bisa mengurus penampilannya memiliki kepribadian jungkir balik seperti ini. Jika memang benar ini adalah rumahnya. Maka selama ini aku salah besar.
Beberapa menit seperti waktu yang sangat lama ketika langkah hati-hati mengitari ruangan tanpa menimbulkan suara. Takut, jika tiba-tiba Daman muncul dan mengetahui ada penyusup masuk ke dalam rumahnya. Dan pastinya hal buruk akan terjadi, entah apa itu.
Suara samar-samar seperti isak tangis membuat indera pendengarku meremang. Dengan mengitari semua ruangan, hanya untuk mencari sumber suara itu. "Lantai atas," bisikku sambil melangkah dengan keingintahuan yang teramat besar. Tangga marmer yang berdebu membuat setiap langkahku memelan. Sementara pandanganku dan telinga terpasang baik-baik.
Di lantai dua ada dua kamar tidur dan ruang kosong melompong di tengah, persis seperti rumahku. Tapi suara isak itu terdengar semakin jelas dan tidak salah lagi jika ruangan di sebelah kiri itu, yang pintunya terbuka sedikit adalah asal-muasal suara tersebut.
Dadaku seperti digempur rasa takut, memikirkan hal-hal lain sudah seperti dihujani ribuan anak panah. Menyiksa sekali. Dan kalau aku berniat pergi dan melupakan tentang suara isak itu seolah tak ada apa-apa begitu pun dengan Daman dan dunianya ini. Bodoh sekali, sudah sejak awal aku tak menerobos masuk saja. Akan tetapi rasa penasaran ini sudah seperti batu besar yang bersiap menghantam jikalau aku tak melihat ada apa di dalam ruangan itu.
Dan ya, aku memilih pilihan yang terakhir. Yaitu berjalan sepelan mungkin dengan perasaan was-was dan hal-hal buruk seperti berbisik ria penuh suka cita dalam kepala. Mungkin, aku harus mempersiapkan mental setelah ini.
Semakin dekat jarak yang kupangkas maka semakin jelas pula suara yang keluar dari dalam tersebut. Tidak salah lagi, seseorang tengah menangis di dalam sana. Dan aku yakin, inilah suara tangis laki-laki. Siapa lagi kalau bukan pemilih rumah ini.
Daman.
Saat ambang pintu menjulang di depan mata, pijakkan kakiku pada lantai seakan bergoyang, tubuhku merinding sampai rasanya ingin jatuh terkapar dan pingsan. Setelah apa yang kulihat, pemandangan paling mengejutkan dari pada sampah-sampah aneh di bawah sana.
Di dalam ruangan itu ada Daman, tengah duduk membelakangi pintu dan menghadap sebuah kotak kaca besar yang kupastikan bukan aquarium besar jikalau air di dalamnya bukanlah jernih, tapi kuning kecokelatan serta berbau tajam seperti bau pengawet.
Tak kalah mengejutkan ketika mataku bisa menangkap mahkluk di dalam kotak kaca itu.
Tubuh setengah tenggelam, melayang-layang di dalam air. Rambut yang merekah membuatku yakin di dalam sana ada tubuh gadis dengan kulit gosong tak bergerak. Kaku dan tentunya dia sudah tak bernyawa.
Ketika mataku terkunci pada satu titik dan menulikan saat suara isak Daman kian menjadi hingga menyebut nama seseorang yang terasa begitu familiar di telinga. Daman memohon serta meminta maaf berulang kali. Dengan tangisan berat, tubuhnya yang membungkuk seolah benar-benar merasa bersalah pada sosok itu.
Tubuhku seperti beku tiba-tiba saat Daman dengan jelas menyebutkan nama Dana secara fasih dan memohon mati-matian. Entah apa yang bisa kutangkap selain isi kepalaku buram dan pening mulai menjalar.
Lebih buruk ketika pintu di depanku bergerak sendiri sehingga menimbulkan suara yang cukup nyaring. Cukup untuk menyadarkan Daman jika dia tak sedang sendirian.
Daman berbalik dengan gerakan gesit dan aku sudah pasti tidak dapat menghindar ketika mata kami berdua bertemu.
Dari situlah, untuk pertama kalinya aku melihat raut paling menyeramkan dari paras Daman yang pernah kukenal.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TALK : Beyond The Water ✔
Rastgele🎖: Winner Shortlist AIFIL 2023 🎖: The 5th Winner of Event The Goosebumps Love - WattpadRomanceID 🎖: Reading List AIFIL 2023 - WattpadChickLitID © KANG ZEE present • (#) GIRL'S IN THE NIGHTMARE • THE TALK: Beyond The Water • THE 3RD FULL NOVEL '...