7- Lonely

137 21 1
                                    

Happy Reading 😊

[Author side]

Kedua mata indahnya membulat dengan sempurna begitu melihat tempat itu ramai. Itu sesuatu yang baru bagi Sinb, tiba-tiba dia merasa gugup karena mendadak menjadi pusat perhatian. Ia menutup matanya sejenak sambil menunduk, Sinb tahu betul apa yang membuatnya menjadi pusat perhatian.

Kedua pria berpakaian hitam di belakangnya, tentu saja itu karena mereka. Mungkin jika ia pergi sendiri, ia tidak akan mendapat perhatian lebih dari orang-orang di sana, namun pergi sendirian jelas tak di izinkan oleh wanita itu. Jika begitu mana mungkin Sinb bisa menikmati waktu bersantainya.

Beberapa saat kemudian Sinb melihat tempat duduk kosong, tanpa pikir panjang Sinb akhirnya memutuskan untuk duduk di sana.

"Apa nona ingin membeli sesuatu?"

Lamunan Eunbi buyar seketika, saat salah satu pria berpakaian hitam bertanya padanya. Sinb hanya menggeleng pelan, tidak ada yang ingin dia beli. Lagi pula Sinb tidak tahu ada makanan apa saja di sana. Namun Sinb punya satu permintaan, apakah mereka berdua akan mengabulkannya jika Sinb mengatakan itu?

"Paman"

"Ya nona, ingin membeli sesuatu?"

"Bukan, aku tidak ingin apa-apa. Tapi aku punya satu permintaan. Bisakah kalian mengabulkan itu untukku?"

Pria itu terdiam, menunggu permintaan apa yang di inginkan oleh sang majikan.

"Apa kalian bisa membiarkanku sendiri?" Sinb menatap pria itu sejenak, kemudian pandangannya kembali mengarah ke sungai Han "Sebentar saja" Terdengar nada ke putusasaan dari suaranya, membuat kedua pria itu tak tega. Di satu sisi mereka di beri tugas untuk selalu ada di dekat Sinb dan menjaga gadis itu dengan ketat.

"Baik nona, saya akan menjaga nona di dekat pohon sana."

Sinb hanya tersenyum miring. Bukan menjaga lebih tepatnya mengawasi, lagi pula bahaya apa yang akan terjadi di sini? Lihatlah, di sini hanya ada anak-anak dan orang tuanya yang sedang bermain, mereka sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Para orang tua mengawasi anak-anaknya yang sedang bermain, ada juga yang sedang bersepeda dan masih banyak lagi. Tidak ada sesuatu yang membahayakan di sini. Lucu sekali jika mereka terus mengawasinya, jelas tidak ada sesuatu yang mencurigakan di sini.

Sinb bersandar pada kursi, menutup matanya sejenak sambil mengingat kembali percakapan terakhir dengan sang ayah sebelum jatuh sakit.

"Ayah, ada yang ingin aku bicarakan"

"Kenapa Sinb sayang? Ada apa? Apa pelajaran Mama Min Young sulit di ikuti?"

"I-itu. Awalnya memang sulit, aku punya satu permintaan. Bisakah mama berhenti memu-"

"Dia anak pintar, kau tidak perlu mengkhawatirkannya. Fokus saja pada penyembuhanmu" Min Young menyahut dengan cepat, seolah tak mengizinkan Sinb mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.

Sinb hendak mengangkat baju bagian belakangnya, menunjukkan bekas luka di punggungnya namun Min Young langsung menahan lengannya dan berpura-pura memeluknya dari belakang.

Ayah Sinb tersenyum, lantas mengusap pelan puncak kepala putrinya dengan bangga. "Maaf membuatmu kesulitan sayang. Tapi itu yang terbaik untukmu"

Rasanya Sinb ingin menangis detik itu juga, namun ia menahannya. Ia tak ingin menangis di depan ayahnya dan membuat ayahnya sedih, jika hal itu membuat sang ayah bahagia Sinb akan bertahan dan melakukan apa pun yang bisa membuat ayahnya bahagia. Namun benarkah ayahnya bahagia di saat Sinb kecil mengalami semua itu? Ataukah ia tidak tahu tentang perlakuan wanita itu sebenarnya pada Sinb?

[5]LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang