"Temani aku minum, Jung!" Panggil Taehyung saat melihat Jungkook keluar dari ruang rawat Sinb.
"Hyeongnim" Jungkook menoleh pada Taehyung. "Bagaimana dengan pekerjaanmu?"
"Baru selesai, ini sudah bukan jam kerja lagi. Kau baru melihat keadaan Sinb? Bagaimana sekarang? Apa dia sudah bangun?"
"Ya, dia sudah bangun, tapi dia belum pulih sepenuhnya"
Taehyung dan Jungkook berjalan beriringan di lorong yang nampak lenggang itu, mereka berbincang ringan sampai akhirnya mereka sampai di kedai kaki lima yang letaknya tak jauh dari rumah sakit.
Taehyung mengembuskan napasnya pelan, ia masih mengkhawatir Sinb. Nanti sebelum pulang Taehyung akan mampir pada Sinb sebentar.
"Aku tidak tahu kalau selama ini dia mengurung diri di kamarnya selama tiga hari. Dia suka sekali membuatku dan Irene khawatir, kau tau? Aku dan Irene merasa seperti memiliki seorang putri padahal kami belum menikah, terkadang kami akan bergantian datang ke rumah Sinb, mengajaknya keluar, makan bersama dan pergi ke tempat yang bisa membuatnya senang. Jika kami tidak melakukan itu, Sinb tidak pernah pergi kemana-mana, dia tidak pernah mau keluar sendirian walau sahabatnya sendiri yang mengajak."
"Hyung, kau sudah lama mengenal Sinb?" Tanya Jungkook sambil menuangkan kembali minuman bening itu oada gelas milik Taehyung.
"Ya...cukup lama, kami dulu tetanggaan selama beberapa bulan. Tapi keluargaku memutuskan pindah tapi aku masih sering main ke rumah keluarga Hwang dan di saat bersamaan Paman Hwang koma, dia pernah menjadi sosok yang hangat dulu, anak perempuan ceria sama seperti anak-anak seusianya tapi dia tidak seperti itu setelah bibi Tiffany membawanya, waktu itu aku tidak tau apa yang terjadi tapi saat kami bertemu kembali tatapan matanya berubah menjadi kosong, dia tak lagi banyak bicara dan hanya diam saja saat aku mengajaknya bermain."
"Hyung" Jungkook diam sejenak, ia nampak berpikir selama beberapa saat. "Apa Hyung tahu Sinb punya banyak bekas luka di tubuhnya?"
"Ya, aku tau, aku melihatnya saat luka itu masih basah. Saat ibuku bertanya, dia bilang luka itu dia dapatkan dari ibunya."
"Dan Hyung diam saja saat mengetahui itu?" Tanya Jungkook cepat.
"Tidak, aku mencoba membawanya agar dia tinggal di rumahku, ibuku mencoba bicara pada bibi Tiffany agar menyerahkan hak asuh Sinb pada bibi Krystal tapi dia tetap tidak mau dan Sinb tidak keberatan kembali tinggal bersama wanita itu."
"Kau tau mengapa ibunya memberinya pukulan?"
"Ya, aku baru mengetahuinya baru-baru ini, seorang mantan kepala pelayanan keluarga Hwang mau menceritakan hal itu padaku. Sinb tumbuh di tempat yang kurang menyenangkan. Dia di ajarakan bela diri, menembak dan bagaimana mengayunkan pisau oleh ibunya dan setiap dia melakukan kesalahan maka dia akan mendapatkan luka di tubuhnya."
Jungkook nampak terkejut, ia menatap gelas kosong di tangannya dengan tatapan menerawang. Luka yang tanpa sengaja ia lihat di tumbuh Sinb kembali membayanginya.
"Lalu bagaimana dengan sekolahnya? Tanpa sengaja aku pernah mendengarnya mengatakan dia benci sekolah, dia mengatakan itu pada temannya yang sering datang ke rumahnya."
"Kehidupan sekolahnya juga tidak begitu menyenangkan. Dia di skors karena tuduhan percobaan penculik pada teman sekelasnya dan di tuduh suka merundung temannya itu hanya karena dia berteman dengan seorang perundung."
"Jadi itu sebabnya dia tidak ingin kembali ke sekolah?" Jungkook termenung, setelah di pikir kembali dia memang tidak tau apapun tentang Sinb.
"Ya, aku dan Irene berhasil membuktikan bahwa Sinb tidak bersalah namun itu tetap saja menimbulkan trauma baginya, dia bilang dia selalu bermimpi buruk dan terkadang tidak bisa tidur semalaman. Dia masih berpikir sekolah adalah tempat menakutkan, aku harap kau bisa memperlakukannya dengan baik Jung, terlepas dari seberapa nakalnya dia, aku tau, dia pasti sering menggodamu, kan?" Taehyung terkekeh pelan, menegak minumaannya hingga tandas lalu kembali mengisi gelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[5]Lonely
Fanfiction"Sepanjang hari hidup seperti zombi yang tak berjiwa" Aku rasa itu ungkapan yang tepat untuk menjelaskan bagaimana hidupku selama ini. Hidup sebagai seorang putri dari keluarga kelas atas tidaklah mudah bagiku, di saat semua kekayaan ayahku merengu...