Di Chapter ini akan lebih banyak Narasi-nya di banding dialog tapi aku harap cerita ini masih bisa dinikmati untuk dibaca~감사합니다
Selamat membaca~
Sinb menunduk, dunianya benar-benar terasa runtuh sekarang. Lantas apa yang harus ia perbuat sekarang? Bahkan ia tak bisa menangis karena dirinya masih syok sampai-sampai ia lupa bagaimana caranya meneteskan air mata.
Sinb mencoba mengatur napasnya, ia merasa seolah dadanya terhimpit terasa sesak saat ia meraup oksigen, seolah pasokan oksigen di sekitarnya terasa begitu menipis. Tidak hanya itu, bahkan Sinb kini bisa merasakan lututnya melemas ia bisa saja jatuh ke atas trotoar jika saja ia tak berpegangan pada bangku halte.
Sinb kembali berdiri, ia menatap jalan raya Seoul yang nampak ramai hari ini. Saat sebuah sepeda motor melintas, Sinb melambaikan tangan pada orang yang membawa sepeda motor tersebut.
"Lee Felix, antar aku ke rumah sakit"
Ucap Sinb setelah pengendara motor tersebut berhenti di depan Sinb, pria itu adalah adik kelasnya dan Sinb mengenalnya karena ia sesekali sering melihat Felix mengobrol bersama Eunseo ataupun Eunha saat berpapasan di kantin ataupun di lorong, terkadang Felix juga mengobrol dengannya."Apa Nuna sakit?" Tanya Felix yang kini bersiap menjalankan sepeda motornya.
"Ah~ppalli!!" Sinb nampak gemetar, melewati kaca spion Felix bisa melihat bahwa kedua mata Sinb mulai berkaca-kaca.
Tanpa menunggu lama, Felix langsung menjalankan motornya meninggalkan Jungkook dan Minho yang hanya diam menatap kepergian Sinb bersama Felix.
"Ssaem apa terjadi sesuatu pada Sinb?" Tanya Minho. "Sepertinya dia nampak sedih tadi" Lanjut Minho. "
Kening Jungkook nampak mengkerut, dalam hati ia meretuki dirinya sendiri karena bersikap kekanakan karena malah bersitegang dengan Minho, salah satu murid-nya yang akhir-akhir memang sering terlibat dengannya jika menyangkut soal Sinb.
Jungkook baru menyadari satu hal, Sinb hampir menangis saat tadi hendak pergi. Perempuan Hwang itu nampak terburu-buru.
"Aku tau, tapi aku ingin ke tempat ayahku dulu lalu ssaem bisa datang setelah aku pulang ke rumah."
Jungkook segera masuk ke mobil, bersamaan dengan itu ia mendapat sebuah panggilan dari nomor yang tak di kenal.
Setelah panggilan itu berakhir, Jungkook segera menyalakan mesin mobil lalu ia mulai menjalankan mobilnya ke tempat yang sama dengan Sinb.
Sementara itu di tempa lain, Sinb yang sudah sampai di rumah sakit langsung berlari sekuat tenaga. Ia tengah menunggu di depan lift yang nampaknya masih belum terbuka juga. Dengan terburu-buru Sinb kembali berlari dan membuka pintu yang menghubungkan lorong rumah sakit dengan tangga darurat.
Apa dia ini berniat naik ke lantai atas lewat tangga darurat?
Jawabannya adalah Ya, Sinb tak punya pilihan lain dan ia ingin segera bertemu dengan sang ayah.Air matanya kembali menetes saat ia berhenti sejenak, Sinb menarik napas sejenak sebelum akhirnya ia kembali menaiki anak tangga demi anak tangga seraya menyangkal apapun yang ada di pikirannya, menyangkal ucapan Taehyung yang menelponnya beberapa saat lalu. Berharap bahwa ini hanyalah mimpi buruk yang membuatnya sulit tidur kala malam tiba.
Sinb kembali mengambil napas saat dirinya sudah sampai di depan pintu ruang rawat ayahnya. Sinb menyentuh gagang pintu dan perlahan mendorongnya, hatinya masih belum siap dengan segala hal yang ada di sana, belum siap melihat wajah ayahnya yang kini telah tutup usia.
KAMU SEDANG MEMBACA
[5]Lonely
Fanfiction"Sepanjang hari hidup seperti zombi yang tak berjiwa" Aku rasa itu ungkapan yang tepat untuk menjelaskan bagaimana hidupku selama ini. Hidup sebagai seorang putri dari keluarga kelas atas tidaklah mudah bagiku, di saat semua kekayaan ayahku merengu...