14- Lonely

49 10 0
                                    





"Kalau pun ada,  mana mungkin aku memberi tahumu tentang itu." Sinb terkekeh pelan.

"Tiffany membesarkanmu dengan baik ternyata dan aku yakin bahkan Tiffany sekali pun tidak tahu dimana berkas itu di simpan. Jika tau mungkin dia sudah merebut perusahaan ayahmu dari dulu dan dia tidak akan mati dengan sia-sia di taman hiburan itu" Jihyun melipat tangan di dada dan menatap Sinb dengan tatapan menantang.

Sinb cukup kesal mendengar hal itu, namun ia hanya tersenyum miring menanggapi ucapan dari Jihyun.

"Berhenti menyebut nama ibuku dengan mulut kotormu itu!! Kau memanggilku apa tadi? Putrimu? Jangan bercanda! Dari dulu sampai sekarang aku tidak pernah menganggapmu sebagai ibuku. Jangan harap kau bisa menggantikan posisi ibu di rumah ini, karena sampai kapanpun hal itu tak berlaku untukmu! Kau harusnya bangun dari mimpi panjangmu! Dan sadari posisimu! Kau pikir hanya dengan membunuh ibu dan menggoda ayah bisa membuatmu berada di puncak!!!" Sahut Sinb dengan suara rendah namun intonasinya terdengar tajam dan itu membuat Jihyun cukup terintimidasi hanya dengan merasakan aura kehadirannya saja. Ada sesuatu yang mengganggu Jihyun saat melihat air muka Sinb yang mendadak berubah.

"Jalang sialan!!! Bahkan sekarang kau berani mengancamku?" Jihyun menarik rambut Sinb dengan keras membuat Sinb mengaduh kesakitan dan refleks menendang kaki Jihyun sampai wanita itu jatuh terduduk di atas sofa.

"Kau hanyalah aib bagi Seunghyun. Kau bahkan tidak tau kalau sebenarnya kau bukan anaknya Tiffany! Sadarilah tentang hal itu! Ibu kandungmu adalah seorang wanita malam yang bermimpi menjadi seorang desainer terkenal, dia tak beda jauh denganku! Dia pun sama halnya denganku, dia memanfaatkan kekayaan ayahmu hanya untuk mencapai puncak!! Dia sama sepertiku, ibu kandungmu sama sepertiku! Kau pun harus menyadari posisimu!!" Jihyun berdiri dan menghadang Sinb, ia mendorong kasar pundak Sinb.

Tangan Sinb mengepal kuat, rupanya wanita ini benar-benar sudah gila. Dia bahkan sampai membual tentang hal itu."Kau pasti iri karena tidak bisa seperti Mommy Tiffany, makanya kau mengarang tentang hal itu."

Sinb melewati Jihyun dengan mudahnya, ia segera pergi meninggalkan ruangan itu dan bergegas turun ke lantai bawah melupakan tentang mantel yang tadi dia titipkan pada bibi Yongji.

Ucapan Jihyun tadi masih berputar di otaknya dengan sangat jelas, memenuhi seluruh isi kepalanya dan membuatnya kehilangan keseimbangan. Sinb berpegangan pada sisi pagar taman mencoba menopang tubuhnya yang hampir ambruk ke tanah jika saja tidak langsung di tahan oleh Jungkook.

"Kau baik-baik saja? Apa yang terjadi?" Jungkook memeriksa setiap jengkal tubuh Sinb lalu detik berikutnya tatapannya mengarah pada manik hazel sang gadis, ia menuntut penjelasan.

"Ahh- aku hanya sedikit pusing." Sinb mencoba kembali berdiri tegap.

"Apa dia menarik rambutmu?" Tanya Jungkook saat menyadari rambut Sinb nampak berantakan.

"Mmm....ya sedikit"

Jungkook mengusap wajahnya dengan frustasi "Lihat! Sudah aku bilang aku harus ikut kesana juga" Omel Jungkook sambil merapikan rambut Sinb.

"Tapi tadi aku refleks menendang lututnya sampai dia jatuh" Sinb tertawa pelan.

"Lain kali jangan seperti itu, kau harus sopan pada orang tua."

"Nee" Sinb hanya mengangguk singkat "Tapi tergantung juga, jika ada orang yang lebih tua lalu berniat menculikku mana mungkin aku bersikap sopan pada mereka atau kau tetap akan mengomeliku dan menyuruhku bersikap sopan pada orang yang berniat menculikku itu?"

"Haisshh! Memangnya siapa yang berniat menculikmu?" Jungkook mengusak rambut Sinb dengan gemas.

"Kau tidak tau, aku pernah satu kali di culik saat kelas satu SMA dan sampai saat ini aku masih mencari keberadaan orang yang menculikku itu."

[5]LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang