🍁🍁🍁
Jungkook menutup buku yang baru selesai ia baca dengan pelan, ia mengembuskan napas pelan setelah melirik jam di dinding.
Dia sudah menunggu selama satu jam lebih lamanya di ruang ini, sudah tiga hari Hwang Sinb tidak mengikuti pelajarannya. Jungkook sempat menanyakan hal itu pada beberapa maid yang bekerja di sana tiga di antara mereka memberinya jawaban yang sama bahwa sang nona muda memang sudah tidak keluar dari kamar selama tiga hari terakhir ini.
Hal itu sedikit membuatnya cemas karena Jungkook masih merasa bersalah mengenai kejadian tempo hari. Mereka memang tidak bertengkar hebat namun Jungkook masih merasa bersalah mendapati siratan penuh luka dari tatapan Hwang Sinb waktu itu.
Jungkook mengayunkan kakinya menuju lantai bawah dari rumah super luas itu, dia menemui seorang kepala pelayanan yang ada di dapur dan kembali menanyakan soal Sinb. Namun dia masih mendapat jawaban yang sama, sang nona muda itu masih enggan menginjakkan kakinya keluar kamar dan masih setiap berbaring di ranjang empuknya.
"Apa dia masih menolak makan juga?" Tanya Jungkook.
"Ya pak, dia hanya minum air dan sama sekali tidak menyentuh makanannya. Saya cemas karena sebenarnya nona Sinb sedang kurang sehat. Tapi saya juga tidak bisa terus memaksa nona." Jelas kepala pelayanan tersebut tersirat sebuah kekhawatiran di wajahnya yang tak lagi terlihat muda.
"Dia sedang sakit?"
"Ya dan nona semakin murung setelah nyonya Lee datang berkunjung kemarin, saya tidak mengerti mereka membicarakan apa tapi sepertinya itu bukan sesuatu yang baik untuk di dengar"
"Ah~begitu, kalau begitu saya akan mencoba bicara dengannya dan membujuknya agar dia mau makan"
"Ah~ terima kasih pak Jeon, saya sangat bersyukur anda begitu peduli dengan kesehatan nona. Sebentar saya siapkan dulu makanan untuk nona"
🍁🍁🍁
Jungkook mengetuk pintu kamar Sinb perlahan, ia menunggu jawaban dari pemilik kamar tersebut sampai akhirnya ia kembali mrngetuk dan menunggu dengan sabar di sana.
Jungkook mengembuskan napas pelan, kekhawatirannya semakin menjadi setelah beberapa menit menunggu namun masih tidak ada jawaban apa pun dari Sinb.
"Sinb- ya! Ini aku, Jungkook. Apa kau bisa membukakan pintunya untukku? sebentar saja"
Sementara di dalam kamar, Sinb tidak dapat mendengarnya karena dia sedang ada di kamar mandi dengan air yang di biarkan menyala sehingga bak mandinya menjadi penuh bahkan airnya sampai mengucur di setiap tepian bak mandi.
Sinb berdiri di depan wastafel, tangannya berpegangan pada kedua sisi mencoba menopang tubuhnya yang terasa lemas. Tatapan matanya tertuju pada pantulan dirinya di cermin matanya nampak sembab sebelum akhirnya ia berjalan menuju bak mandi, lalu mematikan kerannya.
Sinb kembali mematung di samping bak mandi, kali ini ia menatap pantulan dirinya di air bak mandi. Perlahan ia memasukkan kakinya ke dalam bak mandi satu persatu, ia melepas handuk yang melilit di tubuhnya, membiarkan tubuhnya yang kini terlihat sedikit kurus berendam di sana selama beberapa saat.
Ia terus berendan meski tubuhnya sedikit menggigil karena kedinginan menyenderkan kepalanya dan mendongakkan kepalanya ke atas, menatap langit-langit kamar mandi selama beberapa saat. Sinb menutup matanya sejenak.
"Aku sudah berusaha menjadi ibu yang baik untukmu, bahkan aku mengurusi semua kebutuhanmu dan memastikan semua yang kau butuhkan terpenuhi. Hei!! Jangan berpikir aku akan sebaik Tiffany, cepat atau lambat ayahmu akan mulai kehilangan kesadaran dan jangan berharap lebih pada pak tua yang tengah sekarat itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
[5]Lonely
Fanfiction"Sepanjang hari hidup seperti zombi yang tak berjiwa" Aku rasa itu ungkapan yang tepat untuk menjelaskan bagaimana hidupku selama ini. Hidup sebagai seorang putri dari keluarga kelas atas tidaklah mudah bagiku, di saat semua kekayaan ayahku merengu...