Hari yang di tunggu-tunggu pun datang, hari ini adalah hari pernikahan Zean dan Nadira, ya setelah Nadira mengabari Zean, keluarga Zean datang dan menentukan hari pernikahan mereka dan hari inilah yang dijanjikan oleh mereka berdua.
Zean namapak sangat gagah dan tampan, memakai tuxedo hitam dan Nadira sangat cantik memakai gaun putih dengan ekoryang panjang dan belahan dada yang tidak terlaluh rendah dan tak lupa mahkota kecil di kepalanya, membuat Nadira kelihatan sangat cantik, pasangan serasi tentunya.
"Selamat ya kak, udah jadi kakak iparku," ucap Diva ke pada Nadira, ia berharap semoga pernikahan kakaknya ini selalu bahagia.
"Iya Div," jawab Nadira dengan menampakkan senyum manisnya.
"Selamat ya bang," ujar Dava ke pada Zean.
"Iya bro," jawab Zean.
Setelah Dava dan Diva mengucap selamat, kini para tamu yang mengucap selamat pada kedua mempelai.
"Selamat ya bro, akhirnya lo nikah juga, gue kira lo gak normal," ujar Bara--sahabat Zean, dengan nada bercanda namun malah mendapatkan tatapan tajam dari Zean.
"Lo tuh gak normal, buktinya sampai sekarang lo belum nikah," balas Zean dengan sinis.
"Yee walaupun gue belum nikah, tapi gue udah pernah ngerasain yang namanya surga dunia," ujar Bara yang dibalas geblakan dikepalanya, bisa-bisanya ia berbicara seperti itu tepat saat ada Nadira.
"Hehe sory-sory keceplosan, oh iya jangan lupa lu bahangiain istri lo ya, kalau lu sakitin dia gue yang bakal gantiin posisi lo sekarang," ujar Bara dengan mengedipkan matanya ke Nadira. Sontak Zean lansung cemburu baru nikah udah ada saja yang menggodanya apalagi kalau tidak cepat dinikahi, wah habis.
"Siapa juga yang mau nyakitin, gue mah maunya bahagiain," ucap Zean sambil melirik ke arah Nadira yang menundukkan wajahnya.
"Yakin gak mau nyakitin, tar malem gimana? Pasti sakit loh kalau pertama kali," ujar Bara menggoda Zean dan Nadira dan bemar saja Nadira semakin menundukkan wajahnya, menyembunyikan wajahnya yang memerah. Sedang Zean semakin geram dengan tingkah laku sahabatnya ini.
"Pergi sono lu," usir Zean sambil menendang pantat Bara.
•••••
Satu persatu acara telah selesai, tamu undangan pun satu persatu juga sudah meninggalkan gedung pernikahan itu, kini tinggal keluarga Zean dan Nadira.
"Sayang, mama udah nyiapin tempat bulan madu untuk kalian berdua," ujar Mira. Zean dan Nadira yang mendengar itu terperejat kaget, padahal keduanya tidak ada niatan untuk bulan madu, tapi kenapa mamanya malah menyuruh mereka bulan madu.
"Gak usah deh mah, kita gak usah ke mana-mana lagian kita gak punya rencana kok," tolak Zean dengan nada halus.
"Gak ada tapi-tapian Zean," bantah Mira. Zean mendengus kesal mendengar itu.
"Ma, kalo kita liburan terus siapa yang gantiin aku di kantor terus siapa yang jaga Nadiya," ujar Zean agar sang mama membatalkan liburan itu.
"Aduh itu mah gampang Zean, kalau masalah kantor itu bisa serahin sama Leon asisten kamu, dan kalau soal Nadiya itu bisa sama mama atau adik kalian." Kekeuh Mira agar sang anak dan mantu mau liburan atau bisa di bilang bulan madu.
"Tenang bang soal kantor, gue bisa kok," ujar Dava.
"Iya bener tuh, soal Nadiya juga ada aku sama Nabila yan 'kan Bil," kata Diva sambil meminta persetujuan kepada Nabila adik Nadira.
"Iya kak," jawab Nabila dengan senyum manisnya.
Zean melirik sejenak ke arah Nadira yang sedang memangku Nadiya untuk meminta persetujuan Nadira yang mengerti tatapan Zean lansung menganggukan kepalanya pertanda setuju, mengingat ini permintaan Mira yang sedang sakit.
"Yaudah kalau gitu kita mau," jawab Zean. Senyum dibibir Mira pun terbit mendengar itu.
"Kalau gitu kalian berangkat sekarang ke puncak," ujar Mira santai, sedang kedua pasutri itu terlonjak kaget, sekarang? Yang benar saja mereka 'kan belum mempersiapkan apapun.
"Mah, jangan sekarang dong kita kan belum persiapan," kata Nadira dengan lembut, ya semenjak Nadira mau menikah dengan Zean, Nadira disuruh memanggilnya dengan sebutan 'Mama' biar sama dengan yang lain.
"Duh kalau masalah itu mah, gak usah dipikirin, mama udah siapin semuanya, tinggal kalian berangkat terus bulan madu," ujar Mira senang.
"Yaudah kalu gitu kita berangkat sekarang aja," ujar Zean yang dibalas anggukan oleh semua. Kecuali Nadira pasti karna ia tak mungkin meninggalkan Nadiya.
"Tapi Nadiya," lirih Nadira sambil memerhatikan wajah Nadiya yang sedang tertidur di pangkuannya.
"Biar sama aku aja kak," ucap Nabila sambil mengalih mengendong Nadiya.
"Ya udah kita berangkat," ujar Zean, mereka pun lansung pamit dan menuju mobil dan mulai perjalan menuju puncak.
•••••
Setibanya di puncak, Nadira lansung mandi karna dihotel tadi ia belum sempat bersih, setelah menuntaskan ritual mandinya Nadira lansung memakai baju tidur diatas pahanya. Memperlihatkan paha mulusnya.Nadira berdiri didekat jendela yang memperlihatkan pemandangan kebun teh yang sangat luas, dan ditemani rintik-rintik hujan memberi kesan sejuk dan juga dingin. Hey ini di puncak ya jelaslah dingin.
Nadira memikirkan keputusan yang telah ia buat menikah dengan Zean. Semoga keputusan ini benar mengingat Nadiya yang antusias memiliki papah Zean, dan ia berharap dalam waktu dekat ini ia bisa membalas cinta Zean. Dan juga semoga keluarganya bahagia selalu.
Saat sedang asik-asik melamun, ia dikejutkan dengan tangan yang melingkar diperutnya dan meletakan dagunya di pundak Nadira.
Namun Nadira menormalkan wajahnya, saat tau kalau Zean lah yang memeluknya, sepertinya ia harus terbiasa dengan sikap Zean yang berubah-ubah.
"Ngapain?" tanya Zean.
"Nggak lagi ngapain-ngapin," jawab Nadira dengan menatap lurus kedepan, Zean yang merasa dicuekin pun lansung membalikkan tubuh Nadira yang lansung 180° menghadapnya.
"Kamu nyesel nikah sama aku," ujar Zean sambil menangkup wajah Nadira, Nadira biaa merasakan nada kecewa dari Zean, Nadira pun lansung menggelengkan kepalanya.
"Enggak kok aku tadi cuman liat pemandangan aja," jawab Nadira, ia juga sebenarnya tidak menyesal menikah dengan Zean.
"Kalo gitu siap buat adik untuk Nadiya," ujar Zean sambil tersenyum nakal. Dan tanpa meminta persetujuan lagi Zean lansung mencium bibir Nadira. Nadira yang semula kaget lansung mengikuti permainan Zean.
Bagaimanapun Zean adalah suaminya jadi ia harus melayani Zean, Nadira pun lansung mengalungkan tangannya dileher Zean dan mengikuti permainan yang dipimpin oleh Zean sendiri.
Merasa mendapat lampu hijau dari Nadira, Zean pun lansung mengendong Nadira seperti mengendong koala menuju ranjang.
Zean lansung menidurkan tubuh mereka berdua dengan Zean yang masih berada di atas Nadira tanpa melepas pangutan bibir mereka, Nadira yang merasakan kehabisan nafas pun memukul pundak Zean agar dilepas, Zean menurut dia beralih ke leher Nadira dan menciumnya memberikan kesan aneh pada tubuh Nadira.
Tangan Zean melepas tali baju tidur Nadira, dan terpampanglah buah dada milik Nadira karena kebiasaan Nadira yang tak pernah memakai BH ketika tidur. Zean lansung melahap puting Nadira seperti bayi yang kehausan satu tangannya dibuat meremas buah dada yang satunya, keadaan Nadira jauh dari kata tenang dia marasakan panas pada tubuhnya sentuhan dari Zean membuat dia tak bisa berpikir jernih.
"Ahhhh." Lolos sudah satuh desahan Nadira yang membuat Zean semakin liar di atas tubuh Nadira, Nadira hanya bisa pasrah dia tak tau Zean akan seliar ini di ranjang.
Malam ini adalah malam mereka berdua, dimana Nadira yang melepas keperawanannya pada Zean suaminya, semoga ini menjadi awal baru kisah mereka berdua.
————TBC————
Gimana² Menurut kalian?😅
Follow My Ig👇
qn_vhi17Salam Indah💋
Evi_Rs
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Husband [Selesai]
General FictionPertemuan pertama antara Nadira Efendi dan Albaretha Zean Alxander membuat Zean jatuh hati pada Nadira, perempuan manis yang sudah menolong mamanya dan berakhir menjadi istrinya. Awal pernikahan mereka harus bersabar dengan ujian hidup mereka, kedat...