2

948 121 10
                                    








"Bagaimana bisa kalian seceroboh ini?!!"

"Seulgi, tenanglah. Aku hanya tergores."

"Tergores kau bilang!? Kau tetap saja terluka, Soojung!!!"

Diruang keluarga bergema dengan teriakan Seulgi yang mengamuk saat tau jika Soojung mendapat serangan yang menyebabkan lengan kirinya terluka.

"Segera bawa orang yang melakukannya atau kalian yang akan menanggung akibatnya!!!"

"Seulgi, tenangkan dulu dirimu. Aku juga sama marahnya sepertimu, tapi kau membuat yang lain ketakutan padamu."

"Seungwan, kau tau aku sangat menyayangi Soojung. Soojung itu adikku dan dia merupakan saudariku yang akan selalu aku jaga, aku merasa gagal sebagai kakak karena telah lalai."

"Seulgi." Panggil Soojung.

Tatapannya kini sendu kemudian menatap luka yang baru saja ditutupi perban, Soojung mengelus lembut pipi saudara kembarnya itu.

"I'm okay, dan terimakasih karena telah khawatir padaku. Maafkan aku karena sudah membuatmu panik, ma-"

"Lekas sembuh, Soojung." Potong Seulgi sembari memeluk adiknya.

"Aku benar-benar takut melihat Seulgi." Bisik Amber yang bersebelahan dengan Yoong.

"Aku saja yang paling tua, merasa takut jika Seulgi semarah itu. Dan yeah... Hanya Soojung yang bisa membuat amarah Seulgi menurun. Seungwan? Hmm... Dia bisa membuat Seulgi agar menahan emosinya."

"Kau?"

"Aku? Aku juga sebenarnya sangat marah, tapi aku pikir emosi bukanlah cara yang tepat karena saat ini Soojung membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Dan kau Amber, kau harus selalu membahagiakan Soojung karena jika suatu saat kau membuatnya sedih ataupun kecewa. Kau pasti tau kau akan berhadapan dengan siapa, ini bukanlah ancaman ini adalah pesanku."












"Bagaimana?"

"Bayinya sehat-sehat saja."

"Kenapa lesu sekali? Ahh aku tau, kau lesu begini karena Seulgi tidak jadi ikut kan?"

"Bukan begitu," Merasa Seohyun menatapnya terus, Joohyun menghela nafas.

"Okey baiklah aku menyerah. Iya aku seperti ini karena Seulgi tidak ikut, padahal aku ingin melihat reaksinya secara langsung saat dokter menjelaskan keadaan bayi kami."

"Joohyun." Ditatapnya Seohyun dengan ekspresi sedih. "Sebenarnya Seulgi tidak jadi datang karena Soojung baru saja celaka."

"A-apa?! Soojung? Ada apa dengan Soojung?"

"Soojung diserang saat menemani Jaehyun berbelanja perlengkapan sekolah, Yoong menyuruhku menemanimu karena aku yang memintanya sendiri. Aku takut Seulgi hilang kendali karena kejadian ini, makanya aku memintanya agar ada disana untuk menenangkan Seulgi."

"Apa anak-anak tau, apa Yerim sudah tau? Dia pastinya juga shock saat tau mommynya terluka."

"Aku juga belum tau jelas soal anak-anak tapi aku yakin Jaehyun pandai menyembunyikannya dari Yerim, mereka pasti baik-baik saja dan lagi aku juga meminta Yoong agar memperketat pengawasan untuk anak-anak."

Keduanya berjalan keluar dari rumah sakit, Joohyun merasa bersalah karena sempat kecewa pada Seulgi.












"Mommy sedang memikirkan apa?"

"H-hah? Tidak apa-apa, oh ya tadi sewaktu pulang sekolah tumben sekali pulangnya kelamaan? Kemana?"

Dua orang itu tengah berbincang di ruang keluarga sambil menonton tv.

"Ooh tadi, emm... Aku pergi berkunjung ke rumah daddy Seungwan sekalian menemani Mommy Joy dan mengajak Ningning bermain, soalnya daddy Seungwan pergi ke rumah daddy Amber karena aku keasikan bermain dengan Ningning bahkan aku tidak tidak tau kalau daddy Seungwan sudah pulang, kelamaan disana yasudah aku pamit pulang pada mommy Joy dan daddy Seungwan."

"Begitu, apa menyenangkan bermain dengan Ningning?"

"Tentu saja! Ah maaf aku terlalu bersemangat, aku sangat suka apalagi saat membuatnya tertawa, Ningning terlihat sangat cantik dan lucu."

"Syukurlah berarti kau benar-benar akan menjadi kakak yang baik untuk adikmu nanti, tetap jadi kakak yang baik, Yerim."

"Apa masih lama dedek bayinya lahir?"

Sontak pertanyaan Yerim mengundang gelak tawa Joohyun.

"Astaga, sebegitu tidak sabarnya? Usianya masih dua bulan."

Yerim terlihat bergumam dan seperti berpikir, Joohyun hanya diam memperhatikannya.

"Yaaah berarti ketemunya masih sangat lama~"

"Hahaha jadi kau menghitung kapan dia lahir?" Yerim mengangguki pertanyaannya, dipeluknya Yerim yang sedang mempoutkan bibirnya. "Sabar, kan masih ada Jaehyun, Jisung dan Ningning yang bisa kau ajak bermain."

"Tapi aku benar-benar penasaran, secara mommyku ini sangat cantik lalu daddyku sangat tampan, aku rasa aku akan sangat posesif padanya karena aku takut dia menangis karena orang lain."

"CK kau mulai lagi Kang Yerim, mommy semakin yakin kalau kau itu sebenarnya memiliki rasa pada mommy, iya?"

"Yeah, memang benar. Aku mencintai mommy tapi cinta sebagai anak karena daddy bukanlah sainganku, dan lagi aku juga lebih tampan darinya."

Tentu Joohyun hanya tertawa geli dan kedua manusia kesayangan Seulgi itu melanjutkan menonton tv.











"Irene!!!"

Dengan wajah dipenuhi keringat dingin, Seulgi melihat sekeliling yang hanya diterangi cahaya lampu tidurnya.

"Seulgi?"

Dengan nafas memburu, Seulgi masih bergelut dengan pikirannya yang dimana memikirkan mimpinya.

"Astaga Seulgi! Kau bermimpi buruk?"

Merasa Joohyun akan pergi segera mungkin Seulgi mencekal pergelangan tangan Joohyun.

"Kumohon jangan pergi, tetaplah disini."

"Aku hanya ingin mengambilkan air minum."

Seulgi menggeleng lemah dan tatapannya masih memelas pada Joohyun.

Joohyun kembali duduk namun kali ini menangkup wajah Seulgi.

"Apa mimpinya sangat buruk?"

"..."

"Baiklah kalau begitu, apa sebaiknya kita bercerita saja?" Sekilas Joohyun melirik jam dinding yang menunjuk pukul 04.10. "Bercerita tentang masa kecil sepertinya akan seru."

Sekitar 20 menit lamanya Joohyun menceritakan masa kecilnya, akhirnya Seulgi tertidur dipangkuannya dengan hati-hati dipindahkannya kepala Seulgi ke bantal.

Dikecupnya kening Seulgi yang kembali terlelap.

"Sweet dreams, daddy."

🐻🐰

Keluarga berencana 🤭

Keluarga berencana 🤭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sweet Lies [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang