14

649 96 2
                                    







"Jangan coba-coba mengelabuiku, Bae Joohyun! Kau berniat menusukku dari belakang?! Kau pikir kau pintar dengan bekerjasama dengan Seulgi, iya!?"

"Apa-apaan kau ini, aku melakukannya demi Yerim! Tidak lebih, kau terlalu takut padanya makanya kau selalu saja berpikir buruk padaku!!!"

"Sial, awas saja jika kau terbukti ingin menyingkirkanku. Aku pastikan kau dan juga Seulgi akan lenyap bersama-sama, itu adalah sumpahku."

Selepas perginya Minjae, Joohyun terduduk lemas di tepi ranjangnya sambil memejamkan matanya.

Segera dia meraih ponselnya kemudian mengirim pesan pada Seulgi dan memberitahu jika Minjae mulai curiga padanya, Seulgi membalasnya dan mengatakan kalau untuk beberapa waktu kedepan mereka berdua tidak boleh bertemu dulu.

Joohyun dibuat terpejat kaget ketika pintu terbuka, langsung saja dia mematikan ponselnya karena yang masuk adalah Minjae.

"Joohyun, aku minta maaf soal yang tadi. Tolong maafkan aku. Aku hanya terbawa emosi tadi, oh ya ini aku membawakanmu tteokbokki dan beberapa corndog."

Setelah itu Minjae meninggalkannya dengan box lumayan besar yang berisikan makanan yang dia sebutkan tadi. Joohyun ingin membuangnya karena takut jika Minjae menaruh sesuatu yang membahayakannya dengan bayinya, tapi karena dorongan dari bayinya yang ingin malah membuat Joohyun mengurungkan niatnya.

Awalnya tidak terjadi apapun padanya namun saat memakan corndognya, Joohyun merasa aneh, dia pun mengambil boxnya dan matanya membulat sempurna saat menemukan secarik kertas.

Nikmati makananmu, apa sosisnya terasa mentah? Maafkan aku karena aku lupa memberitahu penjualnya agar memasaknya dengan baik.

Joohyun pun memuntahkannya bahkan mencoba memuntahkan yang telah dia telan, tanpa pikir panjang  langsung menelfon Seulgi.













"Yerim?"

Yerim menoleh kebelakang, ternyata Jaehyun datang dengan membawakan makanan.

Jaehyun menaruh nampannya di meja kemudian ikut berdiri disebelah Yerim yang sedari tadi menatap langit di pagi hari dari balkon kamarnya.

"Kau selalu saja lupa untuk makan, tapi selalu mengingatkan orang lain untuk makan. Kau tidak berniat menyiksa dirimu sendiri?"

"Kau datang kesini hanya untuk menceramahiku? Baiklah kalau begitu maafkan aku."

"Daddy dan mommy pasti akan baik-baik saja disana, jika kau berpikir mereka berdua kenapa-napa itu sama saja kau mendoakannya celaka. Jadi lebih baik kau berpikir kalau mereka baik-baik saja, karena tidak lama lagi kita pasti akan bertemu kembali."

"Aku masih bertanya-tanya kenapa kita harus seperti ini, kenapa? Dan apa sebabnya. Aku juga bingung sebenarnya apa yang orangtua kita sembunyikan dari kita? Apa pekerjaan yang dilakukan orangtua kita hingga kita harus bersembunyi dan diserang oleh orang jahat?"

Yerim menghela nafas dan melihat kebawah dimana Ningning sedang bermain kejar-kejaran dengan Jisung.

"Sampai kapan kita seperti ini? Aku baru saja merasakan yang namanya kasih sayang dari kedua orangtuaku, tapi kenapa keadaannya seperti ini? Apa Tuhan tidak suka jika aku bahagia?"

"Hey jangan bicara seperti itu Yerim, semua yang terjadi saat ini adalah cobaan untuk kita semua. Tuhan hanya menguji kita sampai kapan kita bisa bertahan dengan semuanya, aku juga sangat khawatir pada daddy dan mommy tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa kecuali dengan berdoa demi keselamatan mereka dan juga keutuhan keluarga kita,"

Sweet Lies [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang