05: Sakit

2K 233 21
                                    

Bacanya saat kalian senggang aja bund( ◜‿◝ ).

Happy Reading 💎~

.

.

.

.

Alur mundur
.
.
.
Junghwan menghela napas pelan saat menunggu di area tunggu rumah sakit.

Dia nekad pergi ke tempat umum itu sendiri setelah pulang dari gelanggang kemarin sore.

Dokter menyuruhnya untuk melakukan beberapa tes laboratorium setelah mendengar semua keluhannya, memerintahkan remaja itu untuk datang bersama orangtuanya pagi ini ke rumah sakit.

Tapi ia tak mau merepotkan siapapun, jadilah ia hanya datang sendiri. Bersiap mendengar apapun yang terjadi, barulah nanti ia akan memberitahu yang lain.

"Kim Junghwan," panggil seorang perawat, Junghwan mengangguk lalu segera masuk ke dalan ruangan sang dokter yang menanganinya kemarin.

Aroma obat-obatan seketika menusuk hidung saat Junghwan memijakkan kaki di ruangan itu. Nuansa putih berpadu coklat menyapa indra penglihatannya, warna yang kemarin sempat ia lihat juga ketika datang untuk pertama kali.

Seorang pria dengan bordiran 'Lee Taeyong' tercantum di dada kanannya. Terlihat memukau dengan jubah putih yang membalut tubuhnya saat ini.

Dokter itu menatap Junghwan dengan senyum ramah, serasa seperti ia menatap sang ayah yang sepertinya umur mereka tak terlalu jauh berbeda.

"Halo Junghwan," sapa sang dokter yang mendapat balasan berupa senyum secerah matahari dari wajah Junghwan.

"Apa hari ini kamu datang dengan orang tua mu?," Tanya dokter itu kemudian dengan tangan yang sibuk menulis di kertas yang tak ia ketahui.

Junghwan masih tersenyum, lalu menggeleng, "yang lain pada sibuk, nanti Wawan yang akan memberitahukannya dokter," jawab Junghwan

Taeyong mengerutkan kening. Di tangannya kini terdapat sebuah map berwarna coklat tua, hasil dari laboratorium kemarin.

Pria dewasa itu menggeleng, dia tak yakin untuk memberikan hasil itu pada Junghwan, bahkan ia tak mau hanya menjelaskan tentang apa isinya pada anak berusia empat belas tahun di depannya tanpa orang tua yang mendampingi.

"Apa kita bisa menelpon orang rumah mu sebentar nak?," Tanya Taeyong dengan nada lembutnya, terdiam ketika melihat Junghwan yang menggeleng.

"Papa sama Mama pasti akan kesini kalau di telpon," Junghwan berkata sambil menatap manik mata Taeyong, "Wawan nggak mau mereka kecewa lebih dulu, jadi biarkan Wawan tahu lebih dulu dokter" lanjutnya yang membuat Taeyong terdiam, pria itu tak menyangka jika pemuda di depannya akan mengucapkan kalimat seperti itu, terdengar terlalu dewasa untuk umurnya yang masih belia.

"Jadi dokter," panggil Junghwan yang menyadarkan Taeyong dari lamunannya, "bagaimana hasilnya?,".

Taeyong melirik amplop coklat itu, lalu melihat pada Junghwan. Menghela napas dengan tangannya yang mulai membuka amplop untuk menjelaskan hasil tes pemuda di depannya itu.

Taeyong mengeluarkan hasil tes Junghwan, meletakkan secarik kertas di hadapan pemuda itu. Dia tahu dia seharusnya menjelaskan hal ini pada kedua orang tua si pasien bukan pada pasiennya sendiri, tapi dia tak bisa berbuat banyak karena tak bisa menghubungi kedua orang tua Junghwan, sebab pemuda itu sepertinya memang dengan sengaja mengisi bar nomor data diri pasien dengan nomor teleponnya sendiri.

Untuk Adek [Junghwan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang