18: Ini Salahku

1.5K 220 20
                                    

Khusus book ini aja, karena umur aku juga baru nambah aku mau menuhi permintaan dari orang yang sama untuk kedua kalinya🙄😌. Double update gaes!.

Yang lain jangan bosan ya, kalau kalian bosan, bacanya besok aja😂🙏🏻
.
.
.
Happy Reading 💎~
.
.
.

Alur mundur
.
.
.

Doyoung mengernyit heran ketika melihat mobil Hyunsuk terparkir di halaman rumah mereka. Sedikit merasa was-was tanpa tahu apa alasannya.

Apa mungkin ia gelisah karena sudah berbohong pada kakaknya itu?, Tapi ayolah, ini demi Junghwan. Jadi dia harus siap melakukan apapun.

Setelah sekian lama dengan pemikirannya, Doyoung segera masuk ke dalam rumah, berjalan menuju dapur untuk menyapa bibi Shin yang tentu saja menjadi pengawas Hyunsuk. Buktinya pemuda itu sampai tahu jika dirinya dan Junghwan tidak ada di rumah selama beberapa hari.

"Eh nak Dobby udah pulang?," Sapa bibi Shin dengan ramah setelah meletakkan piring yang baru saja di lapnya di tatakan piring.

Doyoung tersenyum sembari mengangguk, "iya bi, mau jemput baju aja rencananya, mau nginap lebih Lamaan lagi sama Wawan di rumah Yedam,"

Bibi Shin yang mendengar ucapan tuan mudanya itu hanya mengangguk tampak paham, "kak Uncuk di rumah ya Bi?," Tanya Doyoung kemudian.

"Oh iya den, den Hyunsuk sudah di ruang kerjanya sejak pulang sedari siang tadi,"

Kini gantian Doyoung yang tampak mangut mengerti, "Dobby naik ke kamar dulu ya bi, ntar kalau kak ncuk minta kopi lagi jangan di kasih loh bi, nggak sehat," perintah Doyoung yang mendapat kekehan dan anggukan bersamaan dari Bibi Shin yang merasa gemas dengan tingkah saling peduli bersaudara itu.

Doyoung memijakkan kakinya menuju anak tangga, tak merasakan beban karena yakin jika Hyunsuk tengah berada di ruangannya sekarang, apalagi ketika tahu tabiat sang kakak yang jika sudah di dalam ruang kerja, enggan keluar jika pekerjannya belum selesai.

Kerutan halus terukir di keningnya ketika melihat pintu kamar Junghwan yang berada di sebelahnya terbuka dengan lebar. Membuatnya kembali was-was dan khawatir apa yang dilakukan dan siapa kira-kira yang masuk ke kamar sang adek.

Napas Doyoung tercekat, "kakak?,"

Dunia seakan tak berpihak pada Doyoung sekarang, serasa dunia kembali runtuh karena ia tengah melihat kakak tertuanya itu tengah menangis sesenggukan dengan selembar kertas di tangannya.

Tanpa sadar Doyoung menggeleng, 'jangan bilang..., Kak Hyun ta-tau?,' batin Doyoung terdengar berkonflik.

"Do-Dobby, i-ni maksudnya a-apa?," Tuntut Hyunsuk kini sudah berdiri di depan Doyoung, menggoyang-goyangkan kertas itu di depan wajah Doyoung.

"D-dia bilang," Hyunsuk sesegukkan sambil menatap sinis kertas di tangan kanannya itu, "Hwannie sa-sakit, pasti mata kakak salahkan?," Tuntut Hyunsuk menatap lekat mata Doyoung, lalu menyerahkan surat itu pada Doyoung, "coba kamu yang baca, pasti itu cuma hasil lab biasa kan?, Iya kan?, Dobby!, Kenapa cuma diam?! Hiks..., Ka-kak bilang... Hiks..cepat ba-ca, hiks...hiks... kertasnya pasti....hiks,"

Doyoung terkejut saat Hyunsuk tiba-tiba jatuh terduduk di lantai, terlihat menatap kosong pada ubin marmer yang dingin. Sesekali tersenyum miris dengan gelengan sebagai sanggahan pemikiran buruknya. Membiarkan bulir bening tumpah ruah di pipi hingga hidungnya memerah karena menangis.

Doyoung bisa apa?, Kakaknya yang menemukan fakta itu sendiri. Sungguh. Sungguh dia tak ada niatan untuk membocorkan rahasia Junghwan, tapi jika sudah seperti ini, tentu saja tugas Doyoung lah yang mengklarifikasi bukan?.

Untuk Adek [Junghwan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang