Bohong.Omong kosong.
Semuanya hanya wacana forever.
Liburan itu tak pernah datang. Semuanya tetap sama dengan kesibukannya masing-masing, yang berubah hanya Jaehyuk yang semakin akrab dengan yang lain.
Bahkan ini sudah hampir tiga bulan setelah diskusi mereka yang pertama kali di meja makan. Tak ada satu orang pun yang mengingat tentang wacana malam itu.
Tetap hanya Junghwan dengan dirinya yang terlalu berharap. Ternyata memang benar, bahagia yang terlalu berlebihan itu terkadang bisa membuat mu menjadi khawatir.
Sekarang buktinya.
Junghwan membuka pintu kamarnya, dengan perlahan menuju tangga setengah spiral di rumahnya untuk turun ke lantai satu.
Melihat sekelilingnya yang sepi. Hanya dirinya yang ada di rumah saat ini.
Kedua orang tua dan kakak tertuanya sekarang masih berada di Kanada, masih sibuk menyiapkan pembangunan cabang kantor mereka yang besar-besaran disana.
Lalu si Abang kedua Jaehyuk, terlalu sibuk mengejar ketinggalannya selama tiga tahun ini dengan bimbel, menyiapkan ujian untuk masuk ke universitas.
Dan anak ketiga si sosial butterfly yang sekarang tengah sibuk menyiapkan event akhir tahun sekolahnya.
Junghwan menatap layar ponselnya, bosan. Tak ada yang bisa ia lakukan dan dia ajak bicara di rumah besar itu. Terlebih lagi bibi Shin mengambil cuti sudah dua Minggu belakangan karena anaknya tengah sakit.
Benar-benar hanya dirinya sendiri disini.
Junghwan menggerakkan kakinya dengan malas, berjalan menuju lemari pendingin untuk mengambil stok donat yang sudah disiapkan Doyoung.
Posisinya berhenti di udara, dengan badan yang sedikit membungkuk ketika melihat darah segar menetes ke lantai.
Dengan cepat pemuda itu bergerak menuju meja makan, mengambil tisu untuk mengelap hidungnya dan juga membersihkan darah di lantai.
Mengurungkan niatnya untuk makan donat dan segera beranjak kembali ke kamarnya. Sedikit tergesa saat merasa pening mulai melanda kepala dan juga napasnya yang terasa berat.
Tangannya segera menggenggam ganggang pintu, membukanya dengan tergesa sambil bergerak risau mencari obat di nakas sebelah tempat tidur.
Berbagai jenis obat yang sudah ia konsumsi secara diam-diam selama tiga bulan belakangan ini. Menegaknya cepat untuk segera menghilangkan sakit yang teramat sangat di kepalanya.
Keadaan ini menyusahkan nya. Dia lelah ketika sakitnya kambuh di sekolah, dia takut jika ada yang tahu tentang penyakitnya. Dia capek karena harus berbohong ketika hidungnya tiba-tiba mimisan.
Sungguh, Junghwan tidak tahu harus berbuat apa dengan keadaannya.
Dengan segera dia melihat layar ponselnya ketika suara dering telpon terdengar disana, menampilkan bar nama yang bertuliskan 'mama💕'.
Perlahan mengarahkan benda pipih itu menuju kuping untuk di angkat. Siap menyembunyikan kembali semua rasa sakitnya sekarang.
"Mama!, Haloo kenapa nih nelpon adek?," Tanya Junghwan berusaha terdengar biasa saja.
"Adekk~, Adek udah makan belom?"
"Belum ma, ini nanti mau ke luar sekalian mampir makan,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Adek [Junghwan]
Fiksi Penggemar[Completed] Biarkan ia bersikap egois sekali ini saja demi kebahagiaannya-Junghwan. Cerita ini mengandung sapuan moment BxB, jadi homophobia nggak usah mampir🙂👍🏼 Secuil Moment: √Dodam √Jaesahi √Hoonsuk √jeonghwan Start : 21/07/2021 Finish : 08...