19: Teman atau kolega?

1.4K 208 11
                                    

Happy Reading💎~
.
.
.
.

Hari Senin

Senyum tak pernah luntur dari wajah Junghwan ketika pemuda itu berada di dalam mobil milik keluarga Yedam. Di sebelahnya saat ini tengah duduk Doyoung yang terus memperhatikannya dengan wajah cemas, lalu di depannya ada Yedam yang juga tak berhenti menatapi kedua orang di belakang dari cermin mobil.

"Adek kenapa senang banget?," Tanya Doyoung yang membuat Junghwan mengalihkan perhatiannya dari jalanan di luar jendela, menatap dengan senyum kearah Doyoung.

Bagaimana tak senang?, Pagi ini ia baru keluar dari rumah sakit, lalu memaksakan diri untuk segera masuk sekolah karena merasa badannya sudah enakan sejak semalam.

Ya walau awalnya mendapat pertentangan dari kedua orang yang lebih tua darinya itu, tapi tetap saja ia berhasil melakukan segala cara hingga akhirnya mendapat izin untuk masuk sekolah. Beruntung hari Minggu kemarin ia menyuruh kakaknya itu sekalian menjemput seragam dan juga buku sekolahnya di rumah.

Oleh sebab itu, mereka saat ini sedang berada di mobil dengan supir Yedam sebagai pengemudinya, menuju sekolah Junghwan.

"Nggak tahu kak~, seneng aja gitu hehehe," kekeh Junghwan sambil menggaruk pelipisnya yang tak gatal.

Junghwan terkekeh exited ketika mobil yang mereka tumpangi telah berhenti tepat di depan gerbang. Tampak sepi karena masih terlalu awal untuk bel tanda masuk berbunyi.

Doyoung dan Yedam ikut keluar dari mobil ketika si yang termuda dengan cepat sudah lebih dulu beranjak.

"Nanti pulang nya gimana?, Kamu mau nunggu kakak nggak?," Tanya Doyoung masih terlihat cemas. Tentu saja ia cemas, terlebih keadaan adiknya itu jauh lebih parah dari pada terakhir kali ia antarkan ke sekolah.

Junghwan menggembungkan pipi, lalu mengerucutkan bibir dengan gelengan kepala—menolak tawaran Doyoung.

"Nggak ah kak, nanti adek naik angkutan umum aja. Janji setelah pulang langsung istirahat!," Jelas Junghwan cepat saat melihat Doyoung yang hendak protes.

Junghwan mengalihkan perhatiannya kepada Yedam yang saat ini mengusap kepalanya lembut, terasa nyaman dan menenangkan.

"Nanti kalau ada apa-apa jangan lupa hubungi, oke?," Tanggap Yedam. Pemuda itu yakin jika sanggahan Doyoung tak di hentikan sekarang, maka sampai gerhana selanjutnya mereka akan tetap berdiri di depan gerbang sekolah Junghwan itu.

Doyoung yang mendengar kalimat Yedam beberapa detik lalu itu terlihat memandang horor pada si terkasih, hendak protes namun kembali jengkel ketika melihat anggukan patuh Junghwan.

Tak ingin mendengar ocehan Doyoung, Junghwan segera melambaikan tangannya. Berlari kecil dengan langkah mundur karena ingin melihat wajah kedua kakak yang mengantarnya itu.

"Yedammm," panggil Doyoung sedikit jengah karena Yedam yang kini sudah melangkah kembali menuju mobil.

"Apa Kim Doyoung?, Coba lah percaya padanya sebentar saja. Junghwan pasti sudah sangat ingin masuk ke sekolah sejak kemarin-kemarin,"

Kalimat itu membuat Doyoung mencebik kesal dengan bibir terpout lucu. Bukannya ia tak percaya dengan Junghwan, hanya saja dia terlalu khawatir. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Junghwan?, Bagaimana ketika Junghwan kenapa-kenapa ia tak ada di sana?, Kan kita tak tahu pasti apa yang akan terjadi pada Junghwan hari ini kan?!, Tentu saja hal itu membuat Doyoung takut.

Doyoung mengerjap gugup ketika melihat Yedam kembali berjalan mendekat kearahnya, lalu mengacungkan jari telunjuk tepat ke depan wajahnya. Membuat pemuda kelahiran bulan Desember itu gugup karena menebak apa yang akan di lakukan oleh Yedam.

Untuk Adek [Junghwan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang