34: Tangis

1.9K 185 12
                                    


Doyoung menarik napas dalam sebelum akhirnya memutuskan untuk melangkah mendekati seorang wanita yang kini hanya bisa menatap nanar ke sebalik jendela kaca di depannya.

Wanita itu menoleh, lalu mulai kembali menangis sejadi-jadinya. Tentunya dengan sigap pemuda itu membawa ibunya untuk masuk ke dalam dekapannya. Ikut menangis ketika tangisan Jisoo berubah menjadi raungan.

Menggeleng kuat di sela isakannya dan tak menerima sedikit pun tentang kenyataan pahit itu.

Mereka sudah tahu tentang berita Junghwan dan sakitnya, semakin tak percaya ketika menemukan sosok Junghwan yang sebegitu menyedihkan nya di pemakaman.

Sementara tak jauh dari sana, berdiri Hanbin dalam diamnya. Juga tak dapat di pungkiri jika dirinya ikut terlarut dalam kesedihan.

Mulai menangis dalam sepi, memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya, dan apa yang harus ia lakukan terutama sebagai seorang ayah.

Hingga sebuah tangan terasa mengusap punggungnya, membuat air mata kembali jatuh hingga isakan lolos dari mulutnya sendiri.

Di sebelahnya kini ada Jaehyuk yang hanya duduk diam tanpa memberikan sedikit pun kata atau kalimat. Menemani Hanbin dalam sepinya agar tidak sendirian.











































'Tolong bantu si bungsu kesayangan kita..., Jen'

🥀

"Keadaannya sedang sangat tidak baik sekarang, terlalu buruk hingga ikut mempengaruhi kadar hemoglobin nya"

Taeyong terlihat sibuk menjelaskan kepada Hanbin di sudut ruangan, di dampingi Doyoung yang turut mendengarkan kabar mengenai adik bungsunya itu.

Sementara di lain ruangan, sedang ada Jisoo yang berusaha menyuapi sesendok bubur agar mau di makan oleh si bungsu keluarga Kim itu.

Tak menyerah sedikit pun ketika Junghwan hanya terus membuang muka, menatap dalam diam pada langit di luar jendela. Keadaannya benar-benar mengenaskan saat ini. Wajah pucat dengan tubuh kurus yang tampak terlalu lemah. Mereka bahkan terlalu khawatir jika menyenggol atau tak sengaja memegang bagian tubuhnya dengan terlalu kuat, maka anak itu akan berubah menjadi serpihan, terlalu rapuh.

"Adek, makan yok" bujuk
Hyunsuk yang melihat wajah sedih ibunya. Terlalu takut karena adiknya itu sesekali terlihat berkedip dengan lambat. Berharap jika Junghwan hanya mulai mengantuk dan ingin tertidur, bukan yang lain.

Tak ada jawaban dari si termuda itu, seakan diam sudah menjadi temannya.

Jaehyuk mengusap pelan pucuk kepala Junghwan, ikut merasa sedih karena adiknya kini tak bereaksi dengan sentuhannya.

Ketiganya saling melirik, sebelum akhirnya suara ketukan di pintu memancing seisi ruangan untuk menoleh.

Di sana, terlihat Jeongwoo yang tampak sesak napas dengan keringat mulai mengalir turun dari pelipisnya. Berkali-kali membungkuk karena baru sadar jika di ruangan itu ada beberapa wajah asing di penglihatannya.

Jisoo menatap Hyunsuk, seakan bertanya dalam diam pada anak sulungnya itu, tentang siapa orang yang baru memasuki ruangan Junghwan sekarang.

"Ma.., ayo kita keluar sebentar ya" bujuk Hyunsuk dengan senyum tipis, sedikit merangkul pundak Jisoo untuk diarahkannya keluar dari dalam kamar. Jisoo yang awalnya tak paham itu memilih menurut, mengusap kepala Junghwan sebentar lalu mengecup pipi anak bungsunya itu dengan lembut, sebelum akhirnya benar-benar keluar dari ruang rawat Junghwan.

Untuk Adek [Junghwan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang