04

351 63 2
                                    

"Gue ngga pernah punya mantan yang namanya Haechan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue ngga pernah punya mantan yang namanya Haechan"


🌻

Pagi sekali, saat matahari belum menampakan diri, Cia untuk pertama kalinya berani berangkat sendirian ke sekolah. Tujuannya bukan kelas, melainkan taman samping yang berhadapan langsung dengan sungai. Ada pohon favoritnya yang menjadi tempat persembunyian.

Menghela nafas cukup panjang sembari memikirkan apa yang harus ia lakukan hari ini jika bertemu Haechan.

"Ini pasti ulah Chenle," geramnya.

Cia yakin seratus persen bahwa Haechan tahu tentang dirinya karena chenle.

Cihh!

Cia kira Chenle tidak ingat.

Cukup lama ia termenung disini, tak terasa 10 menit lagi bel akan berbunyi. Tapi tak satupun cara yang logis bisa di pakai saat ini.

"Ngga ada cara lain," Gumamnya. "Mari bersikap seperti biasa,"

Dengan langkah gontai, Cia menyusuri lorong kelas yang sialnya masih panjang untuk sampai. Habis ini tidak lagi untuk berangkat siang. Terlalu banyak mata yang menyoroti.

Entah apa yang Tuhan inginkan terjadi pada dirinya saat ini, yang jelas Cia tahu bahwa Tuhan sedang mengujinya.

Manusia yang paling ia hindari sedang berada di ujung lorong, duduk di bangku sembari memainkan handphone.

"Untuk hari ini, mari kita bermusuhan sebentar Tuhan,"

Menghela nafas untuk kesekian kalinya, Cia memilih melanjutkan jalannya sembari membatin.

"Bersikap biasa. Bersikap seolah tidak kenal. Dia ngga liat. Dia ngga li—"

Grebb!

Tangan Cia ditarik begitu saja membuatnya terlonjak kaget.

"M—mau apa?" Ucapnya yang masih kaget, apalagi melihat Haechan sudah sedekat ini.

Bukannya menjawab Haechan justru menatap lekat wajah Cia, seakan sedang memastikan sesuatu.

"A—apa?"

"Lo cia kan?" Haechan bertanya dengan sorot mata serius.

Begitupula Cia yang membalas sorot mata Haechan tak kalah serius.

"Pertama-tama lepas tangan Lo dari gue," begitu mendengar nada bicara Cia yang begitu dingin Haechan refleks melepas tangannya sesuai dengan yang diperintahkan.

"Kedua, biar gue jelasin sekali lagi dan buat terakhir kalinya. Gue bukan c.i.a. gue Fe.li.ci.a. it's clear and so simple to understand, sir"

Haechan masih terdiam tapi raut wajahnya mengatakan bahwa ia tidak percaya.

"Walaupun gue pernah denger bahwa setiap manusia punya kembaran di dunia ini, tapi ngga ada yang serupa seratus persen kayak gini," Haechan berjalan mendekat membuat Cia refleks mundur.

Sedangkan siswa di sekitar sudah jelas tidak melewati kesempatan untuk menonton pertunjukan gratis.

"Ini beneran Lo cia," ucap Haechan.

"Gue Felicia, bukan Cia,"

Haechan tersenyum kemudian menepuk nepuk kepala Cia pelan.

"Iya, Lo Cia. Lo beneran Cia,"

"Gue bukan Cia!"

"Mau gue anter ke kelas?" Haechan tidak menggubris tatapan tajam malah merangkul Cia untuk mendekat.

"Apa-apaan?!! Lepasss!!" Tentu saja Cia dengan cepat memberontak.

Tatapan Cia berubah menjadi sangat tajam bercampur kesal. Berani sekali si cicak menyentuh pundaknya ini??

"Pendengaran Lo bermasalah ya?? Ahh bukann.. atau otak Lo yang bermasalah?? Untuk membedakan orang aja sesulit itu buat paham?? Stop manggil gue Cia karena gue bukan Cia yang Lo maksud,"

Untuk sesaat Haechan mempercayai orang didepannya ini bukan Cia.

"Kasih gue bukti yang nyata kalo Lo bukan Cia?" Balas Haechan.

"I don't care it too much,"

"Kalo gitu—," Haechan menaikkan volume suaranya, membuat Cia yang tadinya berjalan terhenti.

"Biar gue yang cari buktinya,"

"Up to yo—"

"Bukti pertama, Lo adalah mantan gue. Lee Haechan,"

Cih!

"I'm sorry to say, but.. gue ngga pernah punya mantan yang namanya Haechan," Cia tersenyum remeh di akhir.

"Bukti pertama rusak!" Kemudian cepat-cepat untuk pergi dari lorong kelas yang sudah ramai.

🌻

"Wawww... Wawwww... Lee Haechann," Jaemin menepuk pundak Haechan dengan keras sebelum melanjutkan ucapannya

"So sexsy~~"

"Drama apa lagi yang bakal Lo buat Chan?" Jeno terkikik di akhir.

"Mengejar cinta mantan?" Sambung Renjun yang barusan bergabung.

Haechan yang tadinya diam tiba-tiba berdiri, membuat ketiga temannya menoleh kepadanya.

"Gue bakal buktiin kalo Lo itu beneran Cia," Ucapnya penuh keyakinan.

"Dengan cara apa?" Tanya Jeno

Haechan tersenyum. "Wait and see..."

🌻


It's so pleasure to have your vote for this story, thank you so much ❤️




BACK | Haechan [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang