"Bisa ya? Dady tunggu di rumah sakit""Tapi da—"
Tut.
Haechan menghela nafas saat panggilan itu terputus sepihak. Walaupun ogah dan dia udah pw duduk di kursi depan computer, bersiap untuk main game— titah dady tidak bisa di tolak. Alhasil disinilah ia sekarang. Duduk di lobby sambil menenteng barang pesanan dady.
Bosan. Itu yang jelas terlihat dari raut wajah Haechan. Sudah lima belas menit berlalu tapi batang hidung dadynya belum keliatan sama sekali.
"Ini Dady lupa anaknya apa gimana?"
Ucapnya saat mengecek handphone dan tak mendapati satupun pesan yang masuk dari dady.
"Samperin aja lah" Finalnya.
Berbekal ingatan yang masih bertahan dua tahun lalu, Haechan menjelajahi rumah sakit untuk menemukan ruangan dadynya. Tak banyak yang tahu, selain pembisnis dadynya juga seorang dokter.
Sekali ia menyapa beberapa perawat atau dokter yang sering dijumpai atau mengenalinya sebagai anak dari direktur rumah sakit.
"Loh, Haechan?"
Haechan tersenyum lebar saat seorang dokter mengenalinya.
"Halo dok" sapanya sopan.
"Tumben banget kamu kesini? Nyari papamu ya?" Tanya dokter perempuan itu.
"Hehe iya dok. Dokter ada liat Dady? Aku tadi disuruh nganterin ini" Balasnya dengan tote bags terangkat disebelah.
"Anak baik" Bukannya menjawab, dokter itu malah mengacak surai Haechan. "Dady kamu ada di lantai tiga. Kalo ngga salah tadi lagi check up pasien bareng dokter Kun. Kamu mau ke sana?"
"Check up nya udah lama?"
"Hmm, mungkin udah. Atau mau nungguin di ruang dokter aja?"
Haechan menggeleng. "Makasih dokter Wendy. Tapi aku mau ketemu Dady langsung aja. Biar cepat balik" cengirnya.
Wendy mengangguk disertai senyumnya.
"Aku pamit dulu ya"
"Hmm. Hati-hati" Balasnya.
Seperti yang dibilang dokter Wendy tadi, ia hanya perlu ke lantai tiga dan menyelusurinya untuk menemui Dady. Tak butuh waktu lama untuk menemukan dadynya yang saat ini sedang berdiri di depan kamar dengan seorang perempuan di sampingnya.
"Da—" Panggilan Haechan tidak rampung diselesaikan begitu melihat sosok perempuan yang sangat sangat dikenalinya muncul dari balik pintu.
"Cia?" Ucapnya.
Meski rasa untuk menghampiri menggebu dan rasa penasarannya tinggi terhadap apa yang saat ini dibicarakan dua pria dewasa dan dua perempuan di sana, Haechan sadar dengan sangat bahwa kehadiran ia hanya akan membuat segala perbicaraan mereka terhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK | Haechan [HIATUS]
Fanfiction❝Kemanapun gue pergi, kalo bahagia gue di lo gimana?❝