↪Ineffable 2

3.2K 749 62
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Kelopak mata itu terbuka, menampilkan iris mata indah yang terpantul cahaya purnama. Angin berhembus pelan, menerbangkan surai indah keduanya. Seketika mereka terpesona dengan wajah satu sama lain.

Gadis ini seperti patung kaca yang dipahat oleh seniman terkenal, begitu cantik dan indah sampai-sampai Moran menganggap dia bukan lagi seorang manusia. Bibirnya yang tipis dan memerah itu terbuka, mengeluarkan sebaris kalimat yang menyadarkan Moran. Disertai sebuah tepukan kencang dilengan kekarnya.

"Tangkapan yang bagus, tuan!"

Kali ini senyum lebar terukir di bibir merah itu.

"[FULLNAME]!"

Teriakan penuh amarah terdengar diatas sana. Seorang pria paruh baya terlihat murka ketika mendapati sang anak nekat melompat dari atas jendela. Lagi-lagi gadis itu berusaha kabur tepat sebelum bertemu dengan calon tunangan yang diajukan untuknya. Padahal sang kepala pelayan sudah berjaga didepan pintu, begitu pula dengan pelayan-pelayan lain.

Dan mereka benar-benar tidak menyangka bahwa sang majikan akan nekat melompat dari lantai tiga.

"Hei! Ayo kabur!"

Moran linglung. Iris matanya menatap sang gadis yang tengah berlari, kemudian tatapannya turun kearah tangannya yang bertautan dengan tangan sang gadis. Tangan gadis itu terasa begitu kecil dan lembut.

Lah? Kenapa dirinya malah ikut lari?

"Nona muda! Tolong berhenti!"

Dibelakang sana puluhan pelayan dan penjaga berusaha mengejar, sontak saja membuat [Name] mempercepat larinya. Moran yang dibelakangnya langsung tersadar dan menoleh. Oh, sekarang ia sedikit faham situasi yang dialami gadis itu.

"Ke kiri."

Suara baritone mengalun, membuat sang gadis langsung berbelok ke kiri. [Name] merasa tubuhnya lelah lantaran berlari, namun bibirnya justru mengulas senyum lebar. Ah, ini benar-benar menyenangkan. Berlari hingga keringat membasahi tubuh, kapan lagi [Name] merasakan hal ini?

"Nona?!"

Jalan buntu, para pelayan dibuat kelabakan ketika mendapati jalan buntu didepan sana. Padahal jelas-jelas mereka melihat sang nona berbelok ke arah sini dengan seorang pria.

"Sial! Kita cari ke arah lain saja!"

Bunyi derap langkah terdengar menjauh, pertanda bahwa para pelayan dan penjaga sudah pergi dari sana.

"Hah... hah... nyaris saja."

Iris mata [Name] mengamati sang pelayan dan penjaga yang sudah tidak lagi terlihat. Mereka tidak menyadari bahwa sang nona bersembunyi di celah-celah sempit yang ada disana.

Celah itu memang sempit, namun bisa dimasuki oleh dua orang dewasa walaupun harus berdesak-desakan.

Netra obsidian Moran tidak lepas dari wajah sang gadis yang memerah lantaran berlarian. Keringat yang mengalir, membasahi leher jenjangnya itu terlihat sungguh menggoda. Belum lagi nafasnya yang tidak beraturan karena kelelahan.

 INEFFABLE | S. MoranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang