Dunia ini tidak pernah terlihat baik-baik saja, Moran selalu berfikir begitu. Dirinya yang merupakan seorang mantan colonel jelas tau betapa menyeramkannya medan perang. Rentetan peluru tiada henti dan kematian yang tiap hari menggerayangi. Segala perjuangannya dimedan perang tergambar jelas di tiap luka yang tertera di tubuh kekarnya. Bekas sayatan sana sini yang tidak melunturkan kegagahan yang ia punya.Maka dari itu, ketika permukaan kulitnya bersentuhan dengan kulit lembut sang gadis, Moran merasa baru kali ini dirinya mendapati tubuh sehalus itu. Nona bangsawan disampingnya ini jelas memilik tubuh yang indah, Moran selalu berkata dalam hati bahwa mungkin [Name] adalah bunga di pergaulan papan atas.
Lebih tepatnya medan perang para bangsawan yang mengerikan.
Perang dengan rentetan peluru memang mengerikan, namun perang yang dihadapi oleh gadis ini pasti lebih mengerikan.
Pergaulan papan atas hanyalah alibi. Tujuan sebenarnya dari kegiatan itu hanyalah untuk saling adu kekayaan dan kekuasaan. Banyak diantara para bangsawan yang memanfaatkan situasi untuk menjilat yang lebih berkuasa.
Gadis disampingnya pun begitu. Walaupun ia memiliki tingkah yang jauh dari bangsawan biasa, [Name] pasti memiliki sifat-sifat bangsawan yang sudah dicecoki oleh kedua orang tuanya sedari kecil. Jelas sekali gadis itu akan mencari keuntungan dari pelarian yang ia lakukan.
Tidak mungkin seorang nona secantik [Name] ingin kabur dari segala kemewahan yang ia punya. Tubuhnya yang mulus dan halus itu sudah jelas hasil dari berendam dengan menggunakan wewangian mahal. Wajah cantik itu pun sudah pasti hasil polesan brand make up ternama.
Mana mungkin [Name] bisa meninggalkan semua itu, sebab dia tetaplah seorang bangsawan.
"Bibi! Aku mau satu mangkuk lagi!"
Suara sang gadis melengking manis, dibalas dengan senyum lebar dari sang pemilik penginapan. Puluhan piring kosong bertumpuk disekitarnya, sontak saja membuat Moran langsung menaikan satu alis lantaran heran. Ia terperangah, baru kali ini dirinya mendapati nona bangsawan yang makan seperti babi.
"Kau serius? Kau baru saja menghabiskan lima mangkuk porsi orang dewasa."
[Name] yang tengah menata mangkuk langsung terdiam, iris matanya kembali bersiborok dengan iris obsidian sang tuan. Bibir peachnya melengkung, menciptakan senyum lebar yang seindah cakrawala.
"Aku serius. Lagipula kau sudah mengajakku untuk merasakan pengalaman menjadi rakyat biasa."
Binar mata [Name] kembali muncul kala mangkuk berisi makanan terhidang diatas meja. Uapnya mengepul, disertai aroma menggiurkan khas makanan berkuah. Tidak peduli dengan etika bangsawan yang selalu diteriakan oleh kedua orang tuanya, [Name] memakan makanan itu dengan lahap.
"Jadi, jangan menatapku dengan tatapan aneh seperti itu!"
Gelak tawa mengudara. [Name] sempat terkejut dengan tawa sang pria yang terkesan tiba-tiba. Tawanya yang keras itu mengingatkan [Name] akan tawa ayahnya dikala keuntungan datang. Terdengar penuh kepuasan dan kesenangan, seakan menemukan sebuah keberuntungan yang datang tanpa diduga.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE | S. Moran
FanfictionKau yang terlarut dalam imajinasi berkepanjangan. Bersendau gurau sembari menyembunyikan luka di dada. Hidup entah untuk apa dan mencintai siapa. Kemarilah, aku akan menceritakan sebuah cerita yang dihalangi kasta, namun diberkati oleh maha kuasa...