Hingar bingar para bangsawan di sebuah aula gereja membuat beberapa orang merasa tidak nyaman. Louis salah satunya.Sedari awal, dia terus menerus merasakan kejanggalan. Termasuk dengan kemegahan pesta yang katanya hanya sekedar pertunangan ini. Champagne yang saat ini tengah dirinya minum pun sangat mahal dan memiliki kualitas paling bagus.
Louis memang tahu bahwa kedua keluarga itu sangat kaya. Tapi untuk skala pertunangan, bukankah ini sangat berlebihan?
Sedari tadi dirinya juga tidak mendapati batang hidung Moran, padahal sudah jelas-jelas anak buah kakaknya yang satu itu berkata akan datang.
Tapi kalaupun Moran tidak datang, Louis merasa maklum. Mana mungkin ia bisa datang di acara pertunangan orang yang di sukainya dengan senyum lebar. Ditambah lagi, Albert tidak yakin Moran memiliki undangan untuk bisa masuk ke acara pesta.
Mendadak semuanya hening ketika nona muda dari keluarga Marquess itu masuk ke aula dengan begitu anggunnya.
Gelar nona bangsawan paling cantik di Inggris itu tidak main-main rupanya, tidak ada wanita yang pantas mendapatkan gelar itu kecuali [Name]. Louis sangat menyetujui hal itu.
Bahkan Louis sendiri pun merasa pipinya memanas ketika melihat penampilan [Name] saat ini. Ah, betapa beruntungnya tunangannya itu. Dia berhasil mendapatkan wanita yang sangat cantik seperti ini. Andai saja tempat didepan pendeta itu adalah miliknya.
Tunggu dulu, pendeta?
"Louise, apa kau ingat dengan gadis kecil manis yang sering membawa sekeranjang penuh makanan untuk kita?"
Anak kecil? Ah, Louise mengingatnya. Dia adalah satu satunya anak bangsawan—setelah Albert—paling ramah yang pernah Louise temui. Anak kecil dengan senyuman manis dan helaian rambut [hair colour] yang cantik.
Namun, sudah bertahun-tahun gadis kecil itu tidak menemui mereka lagi. Semenjak saat dimana dia dan kakaknya diseret paksa usai ketahuan bertemu dengan rakyat jelata macam William dan Louise.
Jika dia masih hidup, mungkin umurnya sebaya dengan [Name].
Iris mata Louise melebar.
"Kak—"
Ucapan Louise terhenti ketika melihat ekspresi yang ditampilkan oleh Albert saat ini. Lain halnya dengan William yang menyesap champagne dengan santai, seakan-akan dia sudah tau sebelum semuanya dimulai.
Seketika Louise langsung menoleh ke arah [Name] yang tengah berdiri di samping putra Keluarga Duke.
"Aldrich De Voltia, bersediakah kau menerima [Fullname] sebagai istrimu?"
Iris mata sang nona melebar ketika mendengar ucapan yang keluar dari sang pendeta. Apa-apaan ini? Sialan, [Name] sudah merasa aneh sejak awal. Pantas saja Keluarga Duke memberikan hadiah pertunangan yang lebih banyak dari seharusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE | S. Moran
FanfictionKau yang terlarut dalam imajinasi berkepanjangan. Bersendau gurau sembari menyembunyikan luka di dada. Hidup entah untuk apa dan mencintai siapa. Kemarilah, aku akan menceritakan sebuah cerita yang dihalangi kasta, namun diberkati oleh maha kuasa...