03. Here Comes The Regrets - 🦁🐻

321 22 25
                                    

Author : Lyn-Ka
Rating : PG-13
⚠️mention a Homophobic!

***

Bomin merebahkan badan nya di kasur dengan menutup wajah nya. Tadi, dia bertemu dengan Daeyeol. Pacarnya selama tiga tahun ini yang sudah menemani nya sedari SMA dan kini dia sudah semester 5.

Dia belum sempat menyapa Daeyeol karena tadi langsung ditarik oleh teman nya untuk segera ke kampus karena dosen sudah datang. Disana, Daeyeol bersama perempuan dengan mesra bersama di Cafe. 

Dia awalnya berpikir positif mungkin itu saudara nya, karena Bomin belum mengetahui jelas siapa saja keluarga pacarnya itu walau dia sudah 3 tahun menjalani hubungan bersama. Orangtua Daeyeol sangat menentang keras hubungan sesama jenis maka dari itu Daeyeol belum mengenalkan Bomin sebagai pacar secara langsung.

Selama ini hanya teman-teman Bomin dan teman-teman nya Daeyeol yang tau hubungan mereka dengan jelas sebagai sepasang kekasih. Bomin mengambil hape nya yang ditaruh di meja samping tempat tidur nya dan mulai mengetikkan beberapa pesan untuk Daeyeol meminta bertemu di Cafe yang berada di depan apartemen nya  sore ini untuk membicarakan sesuatu.

Dia harus menanyakan nya secara langsung karena kalau lewat chat atau telepon menurutnya tidak meyakinkan. Dia juga harus bertanya kemana saja laki-laki itu pergi sampai jarang membalas chat bahkan tak pernah menelepon nya lagi. Bomin mulai memejamkan mata, lelah dengan kegiatan nya akhir akhir ini lalu mulai terlelap. 

Daeyeol disisi lain sedang di kantor merenggangkan badan nya yang kaku setelah seharian menyelesaikan dokumen yang harus ditangani. Ayah nya memang yang memiliki perusahaan ini tapi dia tak akan sudi untuk langsung diberikan jabatan sebagai CEO demi menghindari omongan tidak enak dari orang di kantor.

Daeyeol melonggarkan dasi yang mulai mencekik nya dan menggulung lengan baju nya, cuaca hari ini benar-benar panas. Hape nya berdering menampakkan chat dari pacarnya, Bomin. Meminta bertemu sore ini? Bukannya anak itu sangat sibuk dengan kuliah nya sampai tidak bisa sama sekali diajak bertemu? Ah bagus deh, dia juga perlu membicarakan sesuatu dengan nya. 

Setelah jam kerja nya selesai, dia mulai berpamitan dengan rekan nya dan pergi menuju Cafe yang dimaksud Bomin di chat. Disana, dia melihat sudah ada Bomin dengan hoodie hitam nya sembari menyesap minuman nya. Langsung saja Daeyeol duduk di depan nya membuat laki-laki itu mendongak, tidak sadar bahwa Daeyeol sudah datang. 

Suasana mendadak canggung membuat kedua nya bingung siapa yang harus mengawali pembicaraan. 

"Kak" 

"Bomin" 

Ah, kenapa seperti ini. Jadi makin canggung. 

"kamu duluan" ucap Daeyeol akhirnya mengalah membuat Bomin setuju

"tadi kakak ke cafe deket kampus ku? Bareng perempuan?" tanya Bomin dengan to the point, dia tak perlu bertanya itu siapa karena pasti Daeyeol akan menjelaskan nya.

"Iya, tadi. Itu calon istri ku. Pilihan orangtua."

Ucapan Daeyeol membuat Bomin terkesiap kaget, tidak menyangka bahwa jawaban nya jauh dari perkiraan nya. Dia sudah siap memikirkan kemungkinan terburuk seperti mungkin itu selingkuhan nya tapi ternyata kenyataan nya jauh lebih buruk. 

"Maaf Bomin, tapi orangtua aku udah mendesak aku untuk menikah agar segera mendapatkan pewaris sah. Aku udah gak bisa main-main. Jadi aku rasa, hubungan kita harus berakhir." ucap Daeyeol melanjutkan dengan jelas

"Jadi selama ini, menurut kakak. Hubungan kita cuma main-main?" tanya Bomin dengan tertawa pelan padahal di ujung mata nya sudah ada air mata yang sudah ingin keluar. 

"Bukan gitu maksud aku. Orangtua ku meminta pewaris untuk meneruskan perusahaan nanti sedangkan kita berdua sama-sama pria. Kalaupun aku melanjutkan hubungan kita, apa kamu mau jadi selingkuhan ku?" 

Fuck, Daeyeol benar-benar keterlaluan kali ini. Laki-laki itu juga menyesali kalimat nya tapi dia sudah terlanjur mengatakan nya dan Bomin terlanjur menampar wajah laki-laki di hadapan nya. 

"Aku terima keputusan kamu kak. Hubungan kita selesai sampai sini. Maaf dan terimakasih buat semuanya" setelah Bomin mengucapkan itu dia langsung beranjak pergi meninggalkan Daeyeol yang terpaku, merasa bersalah dengan kalimat nya yang tidak hati-hati. Mengusap wajahnya kasar dan berharap sehabis ini perasaan bersalah ini dengan cepat memudar.

—————————————

Bomin menangis seharian setelah kejadian itu bahkan dia izin tidak masuk kelas selama dua hari. Selama satu bulan setelah kejadian itu, hidupnya benar-benar berantakan. Bukan pilihan nya untuk menjadi laki-laki dan bukan pilihan nya juga untuk mencintai laki-laki seperti Daeyeol. Dia sering merutuki tuhan mengapa pasangan harus berbeda mengapa dia tidak bisa bersama dengan Daeyeol hanya karena sama gender. 

Well, dia memang benar-benar hancur setelah putus dari Daeyeol tapi setelah itu dia sadar bahwa tak ada gunanya merutuki nasib seperti itu terus. Ada atau tidak ada nya Daeyeol tidak akan membuat dia mati. Dia mulai bisa mengontrol dirinya sendiri dan berteman dengan banyak teman bahkan sekarang dia sedang dekat dengan teman perempuan nya. Iya, perempuan. Mungkin dia tidak harus mengutuk tuhan setiap saat karena takdirnya untuk berpisah dengan Daeyeol.

Daeyeol di sisi lain awalnya biasa saja. Dia tidak merasakan apa-apa tapi selama dua bulan ini dia mulai merasakan penyesalan sedikit demi sedikit menyebabkan hatinya sesak. Dia sering terbangun di tengah malam dan mengecek handphone nya untuk melihat apakah Bomin menghubungi nya lagi atau tidak karena awal putus laki-laki itu masih mengirim pesan untuk mengingatkan makan. 

Awalnya dia risih tapi mulai mengabaikan nya karena kalaupun dibalas itu mungkin membuat Bomin susah melupakan nya. Tapi sebulan setelah nya, laki-laki itu tidak mengirimi nya pesan lagi. Sekarang dia berharap, Bomin akan mengirim pesan kepada nya dan dia akan membalas nya dengan cepat. Dia merindukan Bomin, merindukan perhatian dan canda nya. Merindukan waktu bersama dengan nya. 

Kali ini sama seperti malam sebelum nya, tapi kali ini dia bangun jam 4 pagi. Tidur di lantai dengan botol minuman di atas meja di dekat nya. Dia sering tidak fokus di kantor dan bahkan sering melamun karena terus memikirkan Bomin.

Dia pernah mencoba pergi ke Cafe dekat kampus Bomin agar bisa bertemu dengan nya tapi tidak ada juga. Sosial media nya tidak ada yang aktif, saat melewati apartemen nya juga seperti nya tidak ada orang. Ini yang namanya penyesalan, Daeyeol berharap dia bisa mengambil kalimat nya kembali saat bertemu Bomin dua bulan lalu. 

Setelah matahari mulai memancarkan sinarnya, Daeyeol mulai berangkat ke kantornya menggunakan motor agar tidak terlambat. Menggunakan mobil membuat dia sering terjebak macet dan membuatnya sebal. 

Dia mulai melihat beberapa kendaraan yang kini juga berhenti karena lampu merah sudah menyala. Saat asik melihat suasana jalanan, tiba-tiba dia tersentak kaget. Dia menyipitkan mata nya memastikan apakah dia melihatnya dengan jelas atau tidak. 

Tepat di seberang nya, ada Bomin dengan membawa motor sport warna merah nya. Menggunakan jeans dan kemeja flannel, tapi bukan itu yang membuat nya kaget. Di belakang nya, tepat dimana tempat duduk untuk penumpang. Ada seorang perempuan menggunakan dress pink selutut dan menutupi paha nya dengan jacket. Itu jacket Bomin, dia sangat mengenali jaket hitam itu karena itu hadiah pemberian nya waktu laki-laki itu berulang tahun dua tahun lalu.

Bomin merasa ada yang memperhatikan nya, dan mulai menengok menemukan seseorang yang dikenali nya juga sedang menatap nya. Awalnya terkejut tapi dia berusaha mengontrol dirinya sendiri dan tersenyum melambaikan tangan nya kepada Daeyeol lalu mulai menyalakan motornya kembali karena lampu merah sudah selesai. 

Daeyeol disisi lain ikut menyalakan kembali motornya dan mulai pergi tapi dia benar-benar terpaku. Kali ini, dia sangat menyesali semuanya. Tapi Bomin disisi lain, sudah bahagia dengan yang lain. 

Now, Daeyeol hopes to take it all back. He hopes to return to the past.

𝐌𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang