26. Prince and Snow White - 🦊🐜

219 14 25
                                    

Author: R7
Rating: General Audience
Trigger Warning: Death


***


“Donghyun itu seperti putri tidur.”

Itu adalah kalimat yang pertama kali akan keluar dari mulut orang-orang yang sudah mengenalnya dengan baik, jika kau bertanya seperti apa Kim Donghyun.

Dia disebut putri tidur, karena dia bisa tidur sampai 20 jam lamanya. Itu adalah jam tidur yang wajar untuk bayi, tapi tidak dengannya yang sudah berumur 17 tahun. Banyak teman-temannya yang bertanya kenapa dia bisa tidur selama itu, dan Donghyun biasanya akan menjawab, “Aku begadang sampai pagi karena bermain game.”

Atau yang paling sering, “Karena aku sedang simulasi meninggal.” Dia sering mengatakan itu sambil bercanda, jika ada yang bertanya kenapa dia tidur lama sekali.

“Hyun,” itu teman sekelas Donghyun yang memanggilnya.

“Mau ikut menginap di rumahku dengan yang lainnya?” Ajakan temannya mendapat balasan gelengan kepala dari Donghyun. “Aku masih ada pekerjaan yang harus dikerjakan, maaf tidak bisa ikut gabung,” ujarnya diakhiri senyum.

“Ah, iya, tak apa. Lain kali saja kalau begitu. Aku duluan ya, Hyun,” balas temannya, lalu meninggalkan Donghyun yang masih membereskan bukunya untuk segera pulang.

 

Jarak rumah dan sekolahnya tidak terlalu jauh, jadi dia pergi dan pulang sekolah selalu berjalan kaki. Menghemat biaya juga, katanya.

Jam tangannya menunjukkan pukul 18:32, ketika dia sampai di rumahnya. Saat masuk ke rumahnya, dia tidak mendapat sambutan dari ibunya, entah itu pelukan, ciuman di kening, atau sekedar basa-basi kuno yang terdengar menyebalkan seperti, “Kau sudah pulang?” Tapi itu tidak masalah bagi Donghyun, melihat tak ada benda-benda yang berserakan di rumahnya dan tidak terdengar teriakan atau hantaman benda keras, itu sudah cukup baginya.

Setelah meletakkan sepatunya, pemuda Kim itu langsung berjalan ke arah kamarnya.

Saat melewati kamar ibunya, samar-samar ia mendengar ibunya yang berteriak memaki-maki dari dalam. Mendengar itu, Donghyun hanya menghela nafas, kemudian mengarahkan kakinya ke kamarnya.

 

Pemuda Kim itu sudah mengganti seragam sekolahnya dengan piyama garis-garis biru dan putih. Sedari dia selesai mengganti pakaiannya, dia hanya duduk diam melamun di kursi belajarnya. Tatapan matanya kosong, seperti tidak ada kehidupan.

Ting!

Mendengar ada notifikasi masuk dari HP-nya, dia mengambil benda persegi panjang itu dan melihat pesan masuk yang ternyata dari sahabatnya. “Apa? Menginap? Yang benar saja. Tidak-tidak, dia tidak boleh menginap di rumahku,” batinnya ketika membaca pesan dari sahabatnya. Setelahnya, dia mulai mengetikkan balasan untuk sahabatnya yang katanya ingin menginap.

“Nah, beres,” ujarnya setelah selesai mengirim balasan kepada sahabatnya berupa alasan dia tidak boleh menginap di rumahnya.

“Donghyun, ada Joochan!” Teriakan ibunya membuat pemuda Kim itu menganga tak percaya, karena sahabatnya benar-benar datang untuk menginap.

“Terkutuk lah kau, Hong Joochan.” Umpatnya sambil berjalan keluar kamar menemui sahabatnya.

 

Setelah kedatangan Joochan, ibunya dijemput oleh pamannya untuk pergi ke rumah neneknya dan akan menginap sampai 3 hari ke depan. Katanya, ada urusan keluarga yang harus diselesaikan. Mendengar itu, pemuda Kim itu sedikit lega karena ibunya pergi saat Joochan datang.

𝐌𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang