Welcome to my new project " Hopelles"
Happy reading and be happy
📍Suasana di meja makan itu begitu ramai dan tenang. Hampir semua keluarga Alexander telah mengambil duduk pada tempatnya masing-masing. Begitu juga dengan penghuni baru keluar Alexander yang sudah duduk di tempatnya dengan canggung. Namun, putra sulung dan kedua Alexander belum menampakkan wajah.
"Rio dan Abi ke mana? Kenapa belum muncul juga?" Dani---sang kepala keluarga bersuara, menatap sang istri, yang hanya menggeleng lemah.
"Siska? Abang dan Kakak kamu mana?"
"Kak Abi ...."
"Aku akan makan bersama kalian, jika wanita murahan itu tidak duduk bersama kita di meja makan!" Sosok yang menjadi topik pembicaraan muncul. Wajah tampan itu terlihat datar, bersedekap sambil bersandar di sebuah pilar.
Semua pasang mata mengarah kepada sosok yang dimaksud. Gadis berusia 17 tahun yang telah menjelma menjadi wanita hamil itu menunduk gugup.
"Abi, jaga sikap kamu!" tegur Rosa---sang mama.
"Terserah! Karena aku enggak bakal makan di meja makan jika ada Rica!" teriak Abi.
Wanita bernama Rica itu mengangguk kecil, berusaha tersenyum menutupi luka di hati.
"Biar Rica makan di belakang aja, Ma," ucap Rica lalu pergi begitu saja.
Dani dan Rosa menghela napas gusar, berbeda dengan Abi dan Siska yang sudah tersenyum lebar dan mulai melanjutkan makannya.
Rica menuju dapur dengan mata berkaca-kaca. Langkahnya terhenti saat berpapasan dengan sosok yang selalu dicintainya, tetapi tak bisa dimiliki. Tidak ada tatapan penuh kelembutan yang biasanya hadir untuk Rica, melainkan kebencian serta wajah datar membuat Rica segera menunduk dan pergi.
Wanita hamil itu makan dalam diam. Menikmati sepiring nasi dan lauk, ditemani semilir angin yang berembus mesra. Taman belakang rumah menjadi pilihannya untuk menikmati makan siang, sekaligus mencari ketenangan sesaat untuk dia dan sang calon buah hati yang genap empat minggu kemarin.
"Rica," panggil Rosa yang muncul dari pintu dapur.
"Ada apa, Ma?"
"Kamu baik-baik saja?"
"Aku selalu baik-baik saja, Ma," sahut Rica tersenyum tipis, menutupi keadaannya yang jauh dari kata baik.
"Mama, akan keluar kota bersama Papa. Kami harap kamu betah berada di sini," ucap Rosa pelan. Wanita paruh baya itu menyayangi Rica, meskipun hatinya juga ikut kecewa dengan kejadian sebulan lalu di mana kehidupan keluarganya berubah begitu jauh karena insiden itu. Namun, dia tak bisa terus menyalahkan Rica, apalagi wanita itu saat ini mengandung cucunya.
Rica mengangguk, lalu memandang punggung Rosa yang telah hilang di balik pintu. Kepergian mertuanya mungkin akan membuat hidupnya jauh lebih buruk, karena tidak akan ada yang membantunya. Dia akan tinggal bersama sang suami, adik ipar dan juga mantan kekasih yang membencinya.
*****
Wanita hamil itu meneguk susu hamil yang baru dibuatnya. Hari sudah malam, tetapi di rumah ini tinggal dia sendirian bersama Bi Retno yang kemungkinan besar sudah tertidur.
Abi hingga malam ini belum juga pulang, begitu juga dengan Siska serta Rio yang belum berada di rumah. Rica paham jika ketiadaan mertuanya semakin membuat Abi dan Siska leluasa untuk bersenang-senang di luar sana. Namun, kalau Rio, Rica tahunya dia pria baik dan tidak akan keluyuran sembarangan di luar sana.
Suara pintu dibuka membuat Rica menoleh. Sosok Abi muncul dengan penampilan cukup berantakan. Aroma alkohol tercium oleh Rica yang berdiri tak jauh dari suaminya itu.
"Kak, kamu baru pulang?" tanya Rica.
"Jangan banyak ngomong!" Abi membentak, melangkah ke kamar mandi sambil menutup pintu dengan kencang.
Rica terperanjat lalu mengelus dadanya sabar. Dia keluar menuju dapur, bermaksud menyiapkan makan malam buat Abi. Langkahnya terhenti melihat sosok Rio yang sedang duduk di meja makan ditemani secangkir kopi. Pria itu tak menyadari keberadaannya, karena tatapan Rio terlihat kosong.
Wanita itu tersenyum getir, memilih melewati Rio begitu saja. Namun, ucapan menyakitkan itu membuat langkah Rica terhenti.
"Aku enggak nyangka kamu bisa mengkhianati hubungan kita seperti ini!" Ada nada kesedihan yang bisa ditangkap Rica. Wanita itu memejamkan mata dengan kedua tangan saling terkepal.
"Aku berjuang untuk hubungan kita dan menyiapkan saat yang tepat untuk melamar setelah kamu lulus sekolah. Namun, apa yang aku dapat? Kamu malah menjadi wanita murahan dan menjebak adikku, Rica!" teriak Rio frustrasi.
"Kenapa Kak Rio enggak pernah mau mendengarkan penjelasanku dulu? Kalian semua selalu menganggapku sebagai penyebab semua ini, tanpa tahu hal sebenarnya!" sanggah Rica dengan air mata yang telah menganak sungai di pipi.
"Jangan melakukan pembelaan, Rica! Semua bukti memang mengarah kepada kamu yang telah menjebak Abi! Aku rasa telah menyesal, pernah mencintai wanita murahan seperti kamu!"
Luruh sudah tubuh mungil yang telah mengandung itu ke lantai seiring dengan kepergian sosok pria yang dicintainya itu. Bergeming dengan air mata yang tak berhenti menetes, dan juga hati yang kian terluka karena ucapan Rio kepadanya.
Rica ingin sekali kembali memutar waktu untuk tidak pernah mengalami masa seperti ini. Dia sangat mencintai Rio, tetapi kejadian itu malah merubah seratus persen hidupnya menjadi lebih hancur. Bangun dalam kondisi tak berpakaian di sebuah kamar bersama seorang pria yang merupakan adik kandung dari kekasihnya, telah menjadi mimpi buruk bagi Rica. Terlebih saat itu, Rio dan keluarganya serta orang tua Rica menjadi pihak pertama yang menemukan keduanya di kamar hotel.
Hidup Rica hancur saat melihat tatapan kecewa kedua orang tua serta abangnya---Fadli. Ketiga orang itu telah membangun tembok kebencian khusus untuk Rica dan tidak menganggapnya sebagai anak bungsu keluarga Ferdinan lagi.
Tidak sampai di situ, dia harus dinikahkan oleh Abi dan hubungannya dengan Rio yang telah terjalin tiga tahun harus kandas saat itu juga. Benar-benar miris kehidupan Rica, apalagi sekolahnya pun terpaksa harus dihentikan.
"Bangun!"
Suara berat itu membuat Rica mendongak. Sosok Abi berdiri di sampingnya dengan tatapan datar seperti biasa. Wanita hamil itu mengusap air matanya lalu berdiri dengan perlahan.
"Kak Abi mau makan?"
Abi tidak menjawab. Mata tajam bak elang itu memandang Rica begitu lekat. Dia telah mendengar semua pembicaraan sang kakak dan istrinya itu, ketika ingin mengambil air di dapur.
"Kita akan tinggal di apartemen setelah Papa dan Mama pulang nantinya."
"Kenapa?" tanya Rica bingung.
"Enggak usah banyak tanya! Kamu itu istrinya aku dan harus ikut ke mana pun aku pergi!" bentak Abi kesal.
Rica memejamkan mata lalu mengangguk pelan. "Kak Abi mau makan?"
"Enggak sudi aku makan dari tangan wanita murahan seperti kamu!" Dengan kasar, Abi menyenggol pundak Rica hingga wanita itu sedikit oleng. Syukurlah, dia bisa menjaga keseimbangan dengan menahan pada sudut meja.
"Sana ke kamar! Ini sudah larut dan harusnya kamu tidur!" perintah Abi diangguki Rica cepat.
*Vote and comment, guys 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless Tamat
ChickLitSYORY 6 Tentang dia yang harus berjuang setelah dijebak dalam sebuah insiden oleh seseorang. Kehidupannya jauh berubah dan dibenci semua orang termasuk keluarganya hingga sang kekasih yang berakibat pada putusnya hubungan keduanya. Dia harus berhent...