||18|| Hopeless

7.1K 434 1
                                    

happy reading and be happy
📍
Semoga suka

Fadli tersenyum melihat wanita cantik yang memiliki wajah serupa dengan sang mama, terlihat menghampirinya. Dengan perut yang mulai buncit, Rica terlihat tidak kewalahan saat berjalan. Senyum manis terpatri di balik wajah adiknya, membuat kerinduan pada Rica semakin menggebu.

"Kakak udah lama?" tanya Rica sambil duduk di depan sang kakak.

Ajakan untuk bertemu dari sang kakak membuat Rica tak bisa tidur semalam. Ini kali kedua bertemu setelah, kunjungan Anin dan Fadli ke rumah sakit saat dirinya dirawat dulu. Kedatangan Rica menemui sang kakak, telah mendapat izin dari Abi yang sempat ingin menemani, tetapi Rica menolak.

"Kakak baru aja datang. Kamu mau pesan apa?" tanya Fadli.

"Milkshake strawberry aja, Kak. Lagi pingin minum itu," sahut Rica.

Fadli mengangguk, memanggil waiters untuk menyampaikan pesan keduanya. Kafe yang dipilih Fadli untuk bertemu Rica merupakan tempat favorit keduanya saat masih tinggal bersama. Setiap pulang sekolah, jika Fadli tidak sibuk dia akan dengan senang hati menjemput sang adik dan menghabiskan waktu bersama di kafe bernuansa klasik ini.

"Gimana kabar kamu?"

"Aku baik, Kak. Kakak enggak mau nanyain sama calon keponakan Kakak juga?"

Fadli tertawa melihat wajah kesal Rica.

"Gimana sama janin kamu?"

"Baik, kok, Kak. Janin aku sehat-sehat aja."

"Syukurlah. Terus hubungan kamu sama Abi?"

"Puji Tuhan, Kak. Hubungan kami baik-baik aja sekarang."

Fadli mengangguk, mengamati wajah Rica yang terlihat begitu bersemangat. Bisa dirinya simpulkan jika hubungan keduanya memang baik-baik saja saat ini.

"Terima kasih," ucap Rica saat pesanan datang.

"Baguslah kalau begitu. Kakak senang kalau kamu bahagia."

"Em ... Kak, apa Papa masih marah sama aku?" tanya Rica pelan, setelah menyesap milshake miliknya.

"Kamu enggak usah khawatir. Kakak yakin, Papa enggak bakal marah dalam waktu yang lebih sama kamu," jawab Fadli berusaha membuat Rica tak berpikiran aneh-aneh.

Raut wajah Rica berubah sendu. "Tetapi ini udah lebih dari sebulan, Kak. Papa pasti kecewa banget sama aku, padahal aku berusaha jujur jika semua yang terjadi bukan salahku." Mata Rica berkaca-kaca, dia rindu sekali dengan papanya yang entah sampai kapan akan membenci dirinya.

"Jangan nangis, dong, Calon Ibu." Fadli mengusap rambut sang adik, berusaha menenangkan.

"Aku rindu, Papa." Rica semakin terisak membuat Fadli kebingungan, bagaimana cara menenangkan wanita hamil. Apalagi semua pasang mata pengunjung mulai mencuri pandang ke arah keduanya.

"Udah, jangan nangis lagi. Malu dilihatin orang," bisik Fadli, tetapi tak mempan.

"Sayang, Rica kenapa?" Suara Yanti yang muncul, membuat Fadli dan Rica mendongak.

Fadli menggeleng kecil sedangkan Rica segera mengusap wajahnya. Rica sudah mengetahui tentang Yanti yang merupakan kekasih dari Fadli saat pertemuan di rumah sakit saat itu. Tidak menyangka dunia sesempit ini.

"Maaf aku lama, Sayang. Masih ada urusan sebentar." Yanti duduk di samping Fadli yang tersenyum ke arahnya.

"Kamu nangis?" tanya Yanti menatap Rica.

Rica tersenyum sebagai jawaban. Entah kenapa, calon ibu itu merasa tidak nyaman lagi berhadapan dengan Yanti. Dia sendiri tidak tahu alasannya apa, yang jelas perasaannya mengatakan seperti itu. Rica mengira hanya dirinya yang diajak bertemu, tetapi Yanti juga diajak oleh Fadli.

Hopeless TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang