||27|| Hopeless

8.5K 515 32
                                    


Happy reading and be happy

Sudah hampir sebulan, Rica menetap di rumah orang tuanya. Sebulan itu juga, Abi sama sekali tak datang menemui dirinya. Setiap telepon atau pesan yang dikirimkan Rica, tak dibalas satu pun meskipun pria itu dalam keadaan online.

Rica lelah dengan semuanya. Abi sungguh berubah seperti orang asing. Dia begitu merindukan sikap lemah lembut Abi, yang sudah lama tak dirasakannya. Namun, apa mau dikata? Jika suaminya saja hilang entah ke mana.

Dia bisa saja mendatangi apartemen untuk bertemu Abi, tetapi penjagaan rumah ini begitu ketat. Ferdinan dengan segala kuasanya, membuat Rica tak bisa berkutik. Namun, untuk hari ini pengecualian. Dia punya janji dengan Ando, sepupu jauhnya. (Ando ada di part 5)

Mendapat izin dari Ferdinan, Rica boleh pergi. Asal diantar Pak Seno---supir dari Anin. Wanita hamil itu terlihat cantik memakai terusan ibu hamil, yang menampilkan perut buncitnya. Rambutnya digerai indah, dengan riasan natural yang tampak di wajah putihnya.

Selama perjalanan, Rica mengamati jalanan sekitar. Jakarta dan segala isinya tidak pernah tidur sedetik pun. Berbagai aktivitas terlihat di setiap sudut ibukota, seolah menjelaskan jika kota itu sangat tepat dijadikan ibukota negara.

"Pak, tolong berhenti sebentar!"

Rica memaku pandang pada sosok gadis seusianya yang berada di pinggir jalan. Masih memakai seragam, dan terlihat sedang berdebat dengan seorang pemuda yang juga masih mengenakan seragam.

"Siska ngapain?" tanyanya pelan.

Rica turun dari mobil, setelah pemuda itu pergi memakai motor besarnya---meninggalkan Siska yang menangis.

"Siska."

Gadis yang dipanggil menoleh. Segera mengusap air matanya dengan cepat, saat menyadari sosok Rica di depannya saat ini.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Rica.

"Bukan urusan, Lo!" ketus gadis itu.

Rica mengangguk paham. "Ikut aku, ya! Enggak baik kamu di jalan dalam keadaan seperti ini. Apalagi kamu masih pakai seragam."

Menyadari ucapan Rica yang sepenuhnya benar, Siska mengangguk. Tidak ada pembicaraan yang terjadi selama di mobil. Rica tahu jika Siska sedang diliputi masalah saat ini. Mungkin adik iparnya itu sedang dilanda masalah asmara.

Siska ingin bertanya, saat melihat mobil hitam itu memasuki sebuah restoran sea food ternama di Ancol. Namun, dia urung apalagi Rica sudah menatapnya sambil tersenyum.

"Kita makan dulu, ya."

Mau tak mau, Siska menurut. Dia juga lapar saat ini dan membutuhkan asupan setelah bertengkar hebat dengan Geri, pacarnya yang telah resmi menjadi mantan beberapa saat lalu. Dia diputuskan dengan alasan Geri telah menjalin kasih, dengan Sonya---musuh bebuyutannya di sekolah.

Keduanya beriringan menuju meja yang di sudut dekat jendela. Sebuah meja yang telah duduki seorang pemuda tampan sambil memainkan ponsel.

"Maaf, aku terlambat," ujar Rica mengejutkan sosok pemuda itu.

"Enggak apa-apa, Mbak." Ando berdiri, mengalihkan perhatian pada sosok gadis di samping Rica. Untuk hitungan detik keduanya saling berpandangan, sebelum Siska memalingkan wajah dan Ando berdeham pelan.

Hopeless TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang