19. Terpilih atau Dipilih?

3.3K 239 12
                                    

Istirahat kali ini berbeda dengan sebelumnya, karena kebetulan sekolah kedatangan alumni. Kantin sekolah jadi full. Zisel tadi nekat memesan makanan lewat aplikasi online dan mengambilnya melalui pintu belakang sekolah. Syukur saja sampai sekarang aman belum ada panggilan yang berasal dari ruang tata usaha atas tindakan yang nekat dia lakukan.

"Woi, masuk-masuk!" teriak Akmal dari ambang pintu. "Med, cari anak ipa 2 buruan. Bilang ada pengumuman penting." Terlihat beberapa kali Akmal sibuk membaca lembaran kertas di tangannya.

"Bel belum bunyi. Gue mau ngantin lagi, Mal!" bantah Liona.

"Ada pengumuman. Lo nggak makan bentar nggak bakalan kurus. Gue malah belum istirahat sama sekali. Sana duduk!" Akmal mendorong punggung Liona hingga ke tempat duduknya. Ketua kelas itu tampak frustasi melihat anggotanya yang sulit di atur dan sangat lemot.

Zisel baru saja membuang sampah lalu masuk kelas dengan santai. "Buruan!" suruhnya.

Dia mengedarkan pandangannya mengecek satu persatu teman kelasnya. Ternyata sudah duduk dengan rapi di kursi masing-masing kecuali dirinya dan Akmal.

"Gue mulai, ya? Tolong di dengerin karena nggak ada pengulangan! Kalau nggak paham boleh tanya selesai gue jelasin ..."

Liona mengangkat tangan kanannya. "Mal, tanya!"

"BELOM!" sentak Akmal.

"Jadi gini, 1 minggu lagi sekolah bakalan ngadain event. Setiap kelas wajib ngeluarin 2 pasangan buat lomba fashion show, 6 orang dance dan 1 orang untuk pidato bahasa inggris. Yang minat habis ini ke sekretaris buat didata. Syarat dan ketentuan bakal di tulis di papan sama wakil sekretaris. Selengkapnya kalian bisa lihat di papan pengumuman depan ruang Osis atau instagram sekolah. Ada yang perlu ditanyakan?" Semuanya tampak bertatapan lalu menggeleng.

"Yaudah, kalau ada yang tanya atau masih bingung bisa ke depan, ya!"

Meskipun dikenal lemot dan susah diatur kelas ipa 2 selalu kompak jika ada sesuatu. Seperti sekarang keadaan kelas ramai karena berdiskusi untuk menyiapkan event yang diadakan.

"Zi, fashion show! Style lo bagus-bagus. Ada merk lagi." Liona mencoba menawarkan Zisel untuk menjadi salah satu perwakilan dari kelas ini.

Zisel menolak. "Fashion show bukan tentang style aja, secara personal juga harus siap."

Raisa menggeleng tidak mengerti. "Maksud personal?" Dia membenarkan posisinya menatap Zisel.

"Kriteria fashion show banyak. Yang meliputi personal itu keberanian catwalk, keserasian musik, dan pasangan lo. Dilihat dari yang pertama gue udah ..." Dia melanjutkan dengan gelengan. Kelemahan terbesar Zisel selama ini adalah takut jika tampil di depan umum.

"Demam panggung," gumaman Liona diangguki setuju oleh Zisel.

Zisel setiap ada acara selalu tidak pernah mau tampil, setiap tahunnya dia duduk cantik sebagai penonton dan support system saja.

Akmal berdiri di depan papan tulis seperti ingin menyampaikan sesuatu. "Pidato bahasa inggris gue aja, ya?"

"Gue sih setuju. Accent lo bagus, grammar lo juga fasih, public speakingnya apalagi," puji Zisel tanpa sadar membuat wajah Akmal memerah.

OWNER KOS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang