Zisel dan mama papanya pagi ini berangkat dari jakarta menuju ke semarang. Jam 6 pagi pun mereka sudah sampai di stasiun karena perjalanan panjang kali ini menggunakan kereta api.
Zisel berangkat dari rumah hanya memakai piyama dilapis cardigan. Jujur saja badannya masih terasa sangat capek efek event kemarin.
Di dalam kereta kegiatan Zisel hanya tidur, makan dan tidur lagi. Main handphone bukan solusi yang tepat untuk saat ini karena bikin mual dan pusing apalagi badannya sedang tidak fit.
Secapek-capeknya orang, enggak bakalan bisa tidur enak jika berada di kendaraan. Zisel sendiri pun begitu. Matanya tetap saja merem, tetapi pikirannya kadang suka ke mana-mana.
Perjalanan jauh berhasil membuat pantatnya kebas. Zisel membunuh kejenuhannya dengan tidur, berharap saat terbangun dia sudah sampai di kota tujuannya.
Dia lega sekali karena berhasil bebas dari kendaraan yang membuat pantatnya kebas itu, sekarang dirinya sedang berdiri menghadap bangunan klasik yang masih terlihat kokoh dan terawat itu.
Matanya bergerak mengamati keadaan sekitar, udara di sini masih sejuk sekali. Pantas saja Omanya betah. Dia bertekad bahwa suatu saat nanti jika semesta mengizinkan, dia akan membangun ruman pensiun untuk papa mamanya di sini.
"Zi, ayo masuk!" suruh papanya mendahului Zisel yang masih berdiri tetap di tempatnya dari tadi.
Setelah puas mengamati keadaan luar, dia masuk ke dalam rumah yang berdasar kayu, sangat sederhana. Banyak sekali perubahan di rumah ini. Dia hampir tidak mengenali karena setiap tahun omanya yang selalu diboyong untuk ke Jakarta. Entah, Zisel juga tidak tahu alasannya.
Tak kuasa menahan rindu, ketika melihat sosok wanita tua muncul dari dalam, dirinya langsung menghambur ke pelukan wanita tua yang dipanggilnya Oma itu.
"Cah, ayu tenan, ik!" Oma mengelus teratur punggung Zisel.
"Iya, kan cucunya Oma!" balasnya merasakan kehangatan dari elusan lembut dipunggungnya.
"Lha ... biasane ibu sing dijemput ..."
"Omaaa, mau tau juga, Indonesian please!!!" pintanya lembut memotong perkataan Omanya. Dia tidak terlalu paham tentang bahasa Semarang karena belasan tahun tidak pernah ke Semarang.
Oma tersenyum tulus sambil mengelus rambut cucunya. "Ada apa ke sini? Biasanya ibu yang dijemput." Oma melihat ke arah anaknya dan menantunya.
"Kangen tau Zisel, padahal kemarin baru aja event di sekolah Oma. Zisel tampil bareng cowo di depan panggung. Zisel beranikan?" Lagi-lagi Zisel menyahut layaknya anak kecil.
"Wah, ncen jos gandhos tenan kowe, Cah." Selepas meladeni cucunya, Oma kembali menatap 2 orang di seberangnya.
"Kangen sama ibu, terus mau nyamperin abangnya Zisel," ucap mamanya ragu.
Bukan menjawab, Oma malah diam menatap anaknya dengan wajah gusar.
Zisel yang paham akan situasi yang terjadi pun berkata, "Zisel udah di ceritain mama, Oma." Oma lagi-lagi menatap heran anaknya. Pasalnya dulu anaknya mempunyai trauma berat karena kehilangan anak pertamanya yaitu abangnya Zisel.
KAMU SEDANG MEMBACA
OWNER KOS [END]
Teen Fiction⚠️ Cerita serupa di wattpad maupun lapak lainnya itu plagiat. Pernahkan kalian merasakan jatuh cinta dengan penghuni kos milik kalian sendiri? Aku pernah. Penghuni kos di kamar pojok bawah, dengan sikap dinginnya menjadikan diriku tertantang untuk...